Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Mencari Solusi Tertibkan Becak

Wajah baru Kota Bandung itu namanya Jalan Kapatihan. Lokasinya ada di kawasan Alun-alun Kota Bandung. Dulu padat Pedagang Kaki Lima (PKL), kini sudah lengang. Pepohonan dalam pot, berjejer di pinggir jalan. Jalan yang biasanya satu arah pun jadi dua.

Begitulah Ridwan Kamil menancapkan asa. Lewat berbagai cara, Wali Kota Bandung itu berupaya menata Kota Kembang. Salah satunya, ya itu tadi, membenahi Jalan Kapatihan agar tak lagi semrawut. Warga Bandung sudah mafhum, betapa kroditnya jalan itu dulu.

Tengok saja hari-hari di jalan tersebut sebelum PKL ditertibkan. Tak ada satu pun yang lengang. Jalan betul-betul menyempit. Kendaraan berimpitan dengan PKL. Sudah dibuat satu arah, Kapatihan tetap supersibuk. Paling parah, menjelang Idul Fitri, Tahun Baru, atau hari raya lainnya.

Kini, harapan Wali Kota Bandung yang akrab disapa Emil itu mulai direalisasikan dengan memindahkan para PKL di Kapatihan ke kawasan Gedebage. Sempat ada penolakan, namun akhirnya berlangsung mulus. Perlahan tapi pasti, PKL sudah mulai bergeser.

Satu persoalan tersisa, keberadaan tukang becak. Niat mewujudkan wajah baru Kota Bandung di Jalan Kapatihan bisa terganjal jika becak masih berseliweran seenaknya. Program masa depan itu bisa jadi gagal, dan Jalan Kapatihan tetap terlihat semrawut.

Boleh jadi penertiban jadi salah satu solusi. Namun, langkah itu hendaknya dibarengi solusi nyata. Ide zonasi becak yang meluncur dari Ridwan Kamil patut diperhitungkan. Dengan sistem zonasi, bakal ada jalan-jalan yang memang tak boleh dilalui tukang becak.

Meminjam pernyataan Pakar Transportasi ITB, Prof Dr Ofyar M Tamim, topografi Kota Bandung yang berbukit-bukit, sebenarnya tak cocok untuk becak. Kendaraan tidak bermesin itu akan berjalan lambat. Jika digabungkan dengan kendaraan bermotor bisa mengganggu arus lalul intas.

Maka, Ofyar pernah mengusulkan, gerak becak harus dibatasi. Becak hanya diperbolehkan beroperasi di kawasan perumahan, yang menghubungkan tempat pemberhentian angkutan umum dengan rumah warga.

Yogyakarta boleh jadi cukup sukses mempertahankan becak sebagai alat tradisional. Di sana, pengemudi becak tak hanya mengandalkan otot, tapi bermodal pengetahuan. Banyaknya kunjungan turis ke Yogyakarta, membuat becak cukup diminati.

Jelas mereka punya kelebihan. Layaknya seorang tour guide, tukang becak bisa menjelaskan semua seluk beluk dan corak kebudayaan di Yogyakarta. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik. Walhasil, becak di Yogyakarta menjelma jadi gula yang dikerubuti semut.

Entah seperti apa solusi Ridwan Kamil nanti selain membuat zonasi becak. Namun yang jelas, semua keputusan harus atas perhitungan yang matang. Harapannya, upaya mewujudkan Jalan Kapatihan sebagai wajah baru Kota Bandung, berjalan mulus. (*)



This post first appeared on Kabar Matahari, please read the originial post: here

Share the post

Mencari Solusi Tertibkan Becak

×

Subscribe to Kabar Matahari

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×