Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Pengalaman Anak ke Dokter Gigi

Sebagian besar anak kecil takut kalau diajak ke dokter gigi. Bener enggak? Kevin sejak kecil gigi depannya bermasalah. Kayaknya enggak kuat tuh. Saat baru tumbuh sih bagus, tapi...herannya beberapa waktu kemudian saya lihat kok gigi atasnya geripis ya. Saya kira dia habis menggigit-gigit mainannya. Ternyata bukan, giginya memang rapuh, pelan tapi pasti 2 gigi depannya keropos jadi seperti bulan sabit bentuknya.

Sebenarnya waktu belum parah sudah sempat diajak ke dokter gigi, tapi saat itu Kevin ketakutan dan meronta-ronta. Dokter giginya angkat tangan, enggak bisa membantu. Beberapa waktu lalu dia terbentuk dan 1 giginya lepas. Anehnya dia enggak nangis, tahu-tahu memberikan patahan giginya pada saya. Pada mulanya saya yang saat itu lagi menerima telpon tidak mengerti apa sih yang dikasih oleh Kevin. Terus tahu-tahu dia menunjuk gusinya. Baru saya sadar kalau yang diletakkan di tangan saya itu patahan gigi :) .

Jadi deh Kevin ompong. Beberapa waktu lalu tahu-tahu ada 1 gigi atasnya yang hilang, tapi masih tersisa akarnya. Ya ampun deh Kevin...Banyak orang kalau ngeliat Kevin tertawa geli sambil bertanya lho mana tuh giginya kok hilang...

Beberapa hari ini dia bilang gigi bulan sabitnya goyang. Diajak ke dokter gigi dia menolak. Hari ini entah mengapa kok hatinya lagi enak, dia mau diajak ke dokter gigi. Jadi kami pergi rombongan (buat jaga-jaga, siapa tahu butuh megangin tangan, kepala, dan kaki Kevin) :) .

Setiba di tempat praktek dokter gigi herannya Kevin enggak takut tuh. Kami yang menduga dia bakal nangis dan berontak sampai takjub. Dengan patuh dia bersandar di kursi dokter gigi. Bahkan sebelum disuruh dia sudah dengan suka rela membuka mulutnya. Rasanya enggak percaya deh...

Dokter gigi tersebut cewek, orangnya ramah dan sabar. Dokter gigi bilang sebaiknya gigi yang goyang itu dicabut, sedang yang satunya lagi enggak apa-apa dibiarin dulu saja. Terus gigi Kevin tersebut diberi kapas yang ada obat mati rasa. Katanya biar giginya tidur. Eh Kevin langsung merosot dari kursi tersebut mengambil posisi tidur. Dengan sabar dokter giginya menjelaskan, eh yang tidur giginya, ayo dibuka lagi ya mulutnya.

Setelah itu dokter mengambil tang dan dalam sekali tarik sudah deh selesai. Darah yang keluar juga sedikit sekali. Wah Kevin hebat deh, enggak nyangka banget. Surprise...

Sekarang giliran Steven, dengan patuh dia duduk di kursi dokter gigi tersebut, tapi waktu melihat alat yang bentuknya seperti sabit ukuran kecil itu Steven takut. Dokter gigi tersebut bilang, ya sudah biarin dulu, biar perkenalan dulu aja.

Waktu membayar ternyata dokter gigi tersebut benar-benar baik hati. Ongkosnya murah lho hanya Rp 40.000 (atau memang standarnya segithu ya?). Steven enggak membayar. Terus saat mau pulang, dokter gigi tersebut membuka lacinya dan mengambil 2 buah penghapus berbentuk mobil-mobilan, satu untuk Kevin, satunya lagi untuk Steven.

Setelah mengalami pengalaman kurang menyenangkan saat anak potong rambut di salon, hari ini justru sebaliknya, saya merasa puas. Bangga karena Kevin tidak rewel dan kooperatif, juga puas akan pelayanan dokter gigi tersebut.



This post first appeared on Pengalaman Pribadi | Permasalahan Anak, please read the originial post: here

Share the post

Pengalaman Anak ke Dokter Gigi

×

Subscribe to Pengalaman Pribadi | Permasalahan Anak

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×