Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Periodisasi Zaman Praaksara

Pra-aksara adalah bagian awal dari sejarah budaya Indonesia. Pengetahuan tentang pra aksara adalah sistematis berdasarkan materi yang didapat sejauh ini. Beberapa pandangan tentang perkembangan kehidupan manusia pra-aksara telah diungkapkan oleh para ahli sejalan dengan penemuan banyak data arkeologi, khususnya bukti kehidupan Praaksara, ada berbagai masalah yang perlu dipecahkan. Salah satu masalah yang sering menjadi tempat debat pakar adalah konsep periodisasi Pra-aksara. Sebagaimana diketahui, periode pra-aksara adalah sarana penting untuk memahami kehidupan Pra-aksara. Dengan periodisasi ini, diharapkan kehidupan Pra-aksara dapat dijelaskan dalam dimensi ruang dan waktu. 

periodisasi Zaman sejarah, perkembangan bumi secara geologi, zaman praaksara secara arkeologi, periodisasi masa praaksara secara geologis, dasar pembagian periodisasi punden berundak, periodisasi manusia purba, zaman praaksara secara arkeologi, jelaskan kehidupan masa berburu dan meramu, apakah yang dimaksud dengan ekofak, sebutkan periodisasi, periodisasi manusia purba, zaman praaksara secara arkeologi, periodisasi zaman logam, periodisasi zaman sejarah, ciri ciri pada zaman batu tua, periodisasi masa praaksara secara geologis, periodisasi zaman sejarah, gambar zaman arkaekum, bagaimana ciri ciri zaman arkaekum, periode zaman paleozoikum, jelaskan periodisasi secara geologis, periodisasi secara arkeologis, periode paleolitikum, jelaskan ciri ciri zaman paleozoikum, ciri ciri kehidupan food gathering, masa awal munculnya kehidupan secara geologis

A. Model Teknologi

Pembentukan Periode Praaksara pertama kali diusulkan oleh C.J. Thomsen dari Denmark pada tahun 1836. Ide Thomsen disebut sistem tiga usia, yang membagi Pra-keaksaraan ke: zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi. Dalam penerapannya, sistem Thomsen dikembangkan menjadi sistem empat usia di mana zaman batu dibagi menjadi zaman batu tua (paleolitik) dan zaman batu muda (neolitik). Akhirnya, ia menyusun sistem lima usia yang meliputi: paleolitik, mesolitik, neolitik, perunggu, dan besi.

Contoh kerangka seperti itu telah dikompilasi oleh G.C. McCurdy pada tahun 1925. Sistem pembagian Pra-Keaksaraan di Eropa Barat ini kemudian dikenal sebagai model teknologi yang terutama berkaitan dengan pengembangan teknik pembuatan pekerjaan manusia. Setiap tingkat perkembangan ditandai dengan penciptaan alat dengan bentuk dan bahan tertentu. di Indonesia atas prakarsa PVvan Stein Callenfels (1934) dan meneruskan van der Hoop (1938), R von Heine Geldern (1945), dan akhirnya didirikan oleh HR van Heekeren (1955).

Seperti di Eropa, Pra-Literasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa tingkat teknologi yang memprioritaskan pengembangan budaya material. Tingkat ini terdiri dari: paleolitik, mesolitik, neolitik, besi-perunggu (atau besi-perunggu digabungkan menjadi logam paleometalik). Tingkat khusus ditambahkan ke kronologi di Indonesia, yaitu tingkat megalitik. Tingkat ini ditempatkan sejajar dengan neolitik dan paleometalik.

B. Model Sosial Ekonomi

Model ini berfokus pada masalah sosial dan ekonomi yang akan diselesaikan melalui data di zaman Praaksara. Suatu pendekatan yang berfokus pada kehidupan ekonomi telah dikemukakan oleh J.C.D. Clark pada tahun 1952, sementara pendekatan sosio-struktural dilakukan oleh v. Gordon Childe pada tahun 1958. Fokusnya adalah pada kemajuan teknologi dan sosial dari komunitas Praaksara Eropa.

Kemajuan sosial ini ditandai oleh Revolusi Neolitik dan Revolusi Urban. Metode pendekatan sosio-ekonomi ini juga disebut model subsisten yang membagi tingkat kehidupan menjadi perburuan dan pengumpulan makanan diikuti oleh kehidupan dalam pertanian.

Model ini kemudian diluncurkan oleh PR. Soejono pada tahun 1970 sebagai model periode Praaksara Indonesia yang disusun menjadi: periode berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, periode berburu dan mengumpulkan makanan lanjutan, periode pertanian, dan periode partisipasi. Penerapan model sosio-ekonomi sering dilengkapi dengan makna perkembangan teknologi.

C. Model Lingkungan

Aspek lingkungan adalah salah satu elemen penting yang membentuk budaya masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengetahui Praaksara kehidupan manusia, Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kondisi lanskap tempat manusia praaksara hidup.

Seperti diketahui manusia periode Praaksara masih sangat bergantung pada alam, sehingga hubungan erat antara manusia dan lingkungan memiliki konsekuensi bahwa manusia harus selalu beradaptasi dengan lingkungan yang ditempati. Sejak awal kehadiran manusia yang terpelopori di bumi ini selalu diikuti oleh peristiwa alam yang tentu saja mempengaruhi ekologi manusia pra-sastra yang dihuni pada masa itu.

Lingkungan Alami Zaman Plestosen. 

Zaman Plestosen adalah bagian termuda dan terpendek dari periode geologis. Namun untuk sejarah kehidupan manusia, saat ini adalah periode tertua dan terlama yang telah dilalui manusia. Ketika Plestosen berlangsung sekitar 3 juta hingga 10 ribu tahun yang lalu (Soejono 1984). Saat itu sudah ada beberapa perubahan iklim. Secara umum pada waktu itu glaciation (zaman es) terjadi, di mana suhu bumi turun dan glester meluas di permukaan bumi.

Pada saat itu terjadi, bagian barat kepulauan Indonesia terkait dengan daratan Asia Tenggara sebagai akibat dari penurunan permukaan laut. Sementara itu, kepulauan Indonesia bagian timur terhubung ke daratan Australia. Tanah yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia Tenggara disebut tanah Sunda (dalam periode interglasial adalah paparan dari Sunda atau Sunda shelf), dan tanah yang menghubungkan Papua dengan Australia disebut tanah Sahul (dalam periode antar-terjemahan adalah paparan Sahula atau Sahulshelf). Semua peristiwa alam yang disebutkan di atas secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi cara hidup manusia.

Lingkungan Alam Zaman Holocene

Zaman Holosen berlangsung sekitar 10.000 tahun yang lalu sampai sekarang. Pada saat ini aktivitas gunung berapi, gerakan mengangkat, dan pelipatan masih terus berlanjut. Meskipun endapan sungai dan letusan gunung berapi terus membentuk endapan aluvial, topografi kepulauan Indonesia tidak jauh berbeda dari topografi saat ini. Perubahan penting yang terjadi pada awal holocene adalah perubahan iklim. Akhir periode glasial Wurm sekitar 20.000 tahun yang lalu menyebabkan berakhirnya musim dingin dan berakhirnya zaman es.

Iklim kemudian menjadi panas dan ada usia panas dengan hasil bahwa semua tanah yang semula terbentuk karena penurunan permukaan laut, kemudian ditutup lagi, termasuk paparan Sunda dan Sahul seperti yang dikenal saat ini. Pengaruh fenomena pada kehidupan termasuk pemutusan hubungan antara kepulauan Indonesia dari daratan Asia Tenggara dan Australia. Sebagai akibat dari wilayah Indonesia yang terputus dari daratan Asia dan Australia pada akhir periode glasial Wurm, ada juga hubungan-hubungan hewan yang terputus di wilayah tersebut. Hewan yang hidup di pulau-pulau kecil kemudian hidup dalam isolasi, dan dipaksa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, dan beberapa dari mereka kemudian mengalami evolusi lokal.

Perbeaan unik yang ditemukan antara fauna vertebrata di wilayah tersebut menyebabkan saran ahli tentang keberadaan garis yang memisahkan berbagai kelompok fauna veterbrata, yaitu kelompok yang mirip fauna daratan Australia. Garis pemisah fauna adalah garis Wallace, garis Weber, dan garis Huxley. Di Holocene, iklim di daerah tropis dan di Indonesia khususnya telah menunjukkan kesamaan dengan iklim saat ini. Iklim saat ini adalah tingkat awal dari periode glasial dan pluvial kelima.

Demikianlah penjelasan mengenai Periodisasi Zaman Praaksara, semoga apa yang dijelaskan di atas bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang sejarah Indonesia.



This post first appeared on Kata Ilmu, please read the originial post: here

Share the post

Periodisasi Zaman Praaksara

×

Subscribe to Kata Ilmu

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×