Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Meninjau Ulang Cita-Cita Reformasi 1998

Tags: reformasi

Kita tentunya masih ingat dengan peristiwa jatuhnya rezim presiden Soeharto pada tahun 1998 yang dikenal dengan Reformasi. Kini 14 tahun sudah (1998-2012) reformasi berjalan, namun masih banyak kalangan yang menilai reformasi masih jauh dari harapan dan telah terjadi penyimpangan dari cita-cita adanya perubahan dan perbaikan mendasar di Indonesia. Hal senada juga dikemukakan oleh Drs Syarif Makhya M.Si seorang pengamat politik dari Universitas Lampung. Masalah yang banyak mendapatkan sorotan adalah makin maraknya tindak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di era reformasi ini.

Reformasi dianggap belum berhasil

Reformasi 1998 berhasil menjatuhkan pemerintahan rezim Soeharto, tetapi belum berhasil membangun tatanan demokrasi baru yang ideal. Saat ini bangsa Indonesia justru terjerat oleh berbagai masalah serius, KKN yang terus merebak, penegakan hukum yang lemah, dan sistem ketatanegaraan yang masih carut marut. Sejumlah kasus pada akhir era Orde Baru seperti kerusuhan Mei 1998, serta kasus Trisakti dan Semanggi I-II hingga saat ini belum tertuntaskan. Saat ini masyarakat disibukkan dengan kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang yang justru dilakukan oleh tokoh-tokoh politik yang dulu gencar menyuarakan reformasi yang anti-KKN.

”Saya heran dengan kondisi saat ini. Dahulu, Orde Baru dikoreksi oleh era reformasi karena ditengarai melakukan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Namun, sejumlah tokoh reformasi yang sekarang berkuasa justru terlihat makin serakah terhadap kekuasaan dan korupsi,” ujar Effendy Choirie, anggota Komisi I DPR.

Koordinator lapangan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Nelson Ladutubun, mengatakan, masih banyaknya rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan merupakan indikasi lain reformasi masih jauh dari harapan yang dicita-citakan saat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Menurut Syarif Makhya pada situs warta digital antaralampung.com, telah terjadi disorientasi pada kalangan kaum elite politik yang sekarang memegang kekuasaan.

“Orientasinya, bukan lagi menjalankan amanah kekuasaan dengan baik, tetapi telah bergeser pada kepentingan merebut dan melanggengkan kekuasaan dengan berbagai cara” ujar Syarif.

Disorientasi inilah yang menyebabkan masih maraknya tindak KKN dan suburnya politik uang dikalangan pilitisi sekarang ini. Effendy Choirie menambahkan bahwa politisi sekarang lebih memilih memainkan politik uang untuk mencapai tujuan mereka.

Mahasiswa dalam reformasi

Melihat dari kacamata pendidikan, mahasiswa mempunyai peranan penting dalam mengawal perjalan reformasi guna mencapai cita-cita reformasi yang sesuai dengan tujuan bangsa dalam pembukaan UUD 1945. Sebagai calon pemegang tampuk kekuasaan, perlu adanya pembinaan dini di dunia kampus mengenai pendidikan berpolitik. Apalagi melihat trend sekarang ini, banyak politisi muda yang mulai berkecimpung dan memegang peran legislatif maupun eksekutif di pemerintahan Indonesia. Namun kinerja politisi muda ini dirasa masih jauh dari harapan.

”Pertama, mungkin karena tidak sabar, ingin cepat kaya dan berkuasa dengan cara yang mudah. Kekuasaan dan kekayaan itu nikmat. Kedua, mungkin karena frustrasi setelah melihat KKN tetap marak. Akibatnya, mereka lalu berpikir, daripada idealis tapi tidak dapat apa-apa, lebih baik ikut KKN,” kata Effendy.

Hal serupa juga dapat dilihat ketika mahasiswa yang menyuarakan reformasi pada tahun 1998 yang kini telah menjadi elite penguasa, namun “komunitas” tersebut ironinya banyak terjerat kasus korupsi. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab yang dikemukakan oleh Effendy Choirie pada harian kompas,antara lainnya adalah motivasi berpolitik yang telah menyimpang dari memperjuangkan kepentingan rakyat menjadi mendapatkan uang dan kekuasaan, dan kurangnya penopang untuk menjaga idealisme dan nilai-nilai dalam berpolitik. Selain itu penyebab lainnya adalah hilangnya jati diri bangsa (national identity) pada kalangan pemuda Indonesia. Tentunya kehiduan dikampus sangat berpengaruh terhadap pembentukan jati diri dan budaya para generasi muda.

Sebenarnya apabila menilik dunia kampus sekarang ini, kemerosotan jati diri dan idealisme telah banyak terjadi sejak di masa kuliah. Tindak-tindak yang menjadi cikal bakal korupsi pun telah biasa terjadi. Sebut saja tindakan mencontek saat ujian, plagiarisme dalam mengerjakan tugas, hingga fenomena “titip absen” telah menjadi hal yang biasa di kalangan mahasiswa. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan apabila mengacu pada cita-cita reformasi yang anti KKN. Fenomena lain yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa adalah berkurangnya jiwa sosial dan kepedulian terhadap sesama. Mahasiswa cenderung apatis tehadap isu sosial yang ada disekitatnya. Hal ini mendorong sifat mementingkan diri sendiri yang nantinya akan menjadi awal dari sikap tidak amanah dan penyelewengan wewenang apabila menjadi elite penguasa kelak. Boleh jadi mahasiswa yang melahirkan gerakan reformasi dan mengawal pelaksanaan reformasi malah menjadi pihak yang mejadikan cita-cita reformasi kelak jauh dari kata terwujud. Perlu adanya perubahan budaya pada dunia kampus, dan harus dimulai tidak lain oleh mahasiswa itu sendiri. Mulai dari hal kecil dan sekarang ini juga. Semua kegiatan pendidikan baik formal mauapun non formal harus mengacu pada butir-butir pancasila dan sesuai dengan semangat serta cita-cita persatuan. Budaya-budaya yang mengacu pada tindakan korupsi yang telah disebutkan sebelumnya harus segera dikikis untuk mencegah timbulnya mental korupsi di kalangan mahasiswa. Hal tersebut juga menjadi penting adanya untuk mencegah merosotnya idealisme yang dulu sempat identik dengan mahasiswa.

Tentunya tercapainya cita-cita reformasi bukan menjadi tanggungjawab pemerintah semata, namun juga tanggungjawab semua pihak. Mahasiswa yang menjadi pengawal pelaksanaan reformasi perlu membenahi diri sejak dini agar tidak terjadi shock culture ketika mendapat giliran menjalankan amanah reformasi dari generasi sebelumnya. Apabila kerjasama yang apik dari semua pihak dapat terlaksana, bukan mustahil suatu saat cita-cita reformasi akan dapat terwujud sepenuhnya untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Referensi :

Agenda Reformasi 1998 Dikhianati, Harian KOMPAS edisi Senin 21 Mei 2012

Kembalikan Arah Reformasi pada Jalan yang Benar, http://nasional.kompas.com/read/2012/05/21/23524366/Kembalikan.Arah.Reformasi.pada.Jalan.yang.Benar

Tinjau Ulang Perjalanan Reformasi, http://nasional.kompas.com/read/2012/05/21/23504153/Tinjau.Ulang.Perjalanan.Reformasi

Reformasi Masih Jauh dari Harapan, http://nasional.kompas.com/read/2012/05/21/1739409/Reformasi.Masih.Jauh.dari.Harapan

Pengamat: Terjadi Penyimpangan Cita-Cita Reformasi, http://www.antaralampung.com/berita/262956/pengamat-terjadi-penyimpangan-cita-cita-reformasi


Filed under: opini Tagged: Cita-cita reformasi, KKN, Korupsi, PEran Mahasiswa, Reformasi, Reformasi 1998


This post first appeared on Anak Banyumas, please read the originial post: here

Share the post

Meninjau Ulang Cita-Cita Reformasi 1998

×

Subscribe to Anak Banyumas

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×