Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Perbedaan Kenikmatan Hati dengan Nafsu

Diriwayatkan bahwa Allah SWT berkata kepada Nabi Musa AS:

”Wahai Musa, jika engkau melihat seorang fakir datang, maka katakanlah, ’Selamat datang syiar kaum sholihin.’


Wahai Musa jangan lupakan Aku, sebab ketika seseorang melupakan-Ku dia akan berbuat banyak dosa. Dan jangan merasa senang dengan memiliki banyak harta, sebab banyak harta akan mengeraskan hati.’

Wahai saudarakau, ketahuilah, orang-orang sebelum kita hidup di zaman yang baik. Mereka hidup selalu memandang orang-orang mulia dan cerdas, bersikap shidq dalam mencapai semua tujuannya dan berlomba-lomba mengamalkan sunnah. Hati merekapun menjadi bersih. 

Kenikmatan hati adalah Kenikmatan yang sebenarnya. Orang yang berhati bersih menikmati berbagai kebajikan, merasakan kesenangan batin dan berkelanan dengan pikiran-pikiran  baiknya. Orang yang berhati bersih akan merasa cukup dengan harta (qona’ah), menyukai semangat yang muncul dari pikiran mereka dan menikmati batin serta taman-taman pemikiran mereka. 

Sedangkan kenikmatan orang yang terbelenggu oleh nafsu kadang sulit didapat dan melelahkanseperti usaha untuk menumpuk harta tetapi tidak menyedekahkannya, usaha untuk membalas dengam dan usaha untuk menghindari musuh dan penentang. Semua usaha ini melelahkan. Demi memenuhi keinginan syahwat yang hina, manusia rela melakukan berbagai dosa besar.

Setelah zaman yang baik ini berlalu, penghuninya pergi, kebaikanpun hilang. Mereka yang hidup di akhir zaman tidak merasakan nikmatnya akhlak mulia serta tidak menyaksikan orang-orang yang shidq. Ahirnya mereka mencari kenikmatan lain, kenikmatan yang rendah dan melelahkan. Mereka tidak merasakan berbagai kenikmatan mulia yang diperoleh orang-orang zaman dahulu.

Nafsu harus disibukkan dengan sesuatu. Begitulah fitrah nafsu. Jika mampu nafsu akan mencari kemuliaan dan jika tidak mampu maka dia akan menggantinya dengan perbuatan-perbuatan yang hina. 

Oleh karena itu, Wahai Saudaraku, sibukkanlah nafsumu dengan kenikmatan hati. Itulah kearjaan sejahtera. Kenikmatan ini tidak diketahui oleh para pecinta dunia yang diuji dengan mengumpulkan harta dan menyimpan harta.

Barang siapa mengerjakan amal soleh, baik pria maupun wanita, dalam keadaan beriman,maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (An-Nahl 16:97).

yaitu perasaan qona’ah dan bahagia walau tak memiliki harta. Perasaan ini merupakan hubungan yang baik. Sebaliknya, engkau melihat seorang hamba memiliki kekayaan dan kehidupan yang baik, tetapi merasa tersiksa. Dadanya terasa sempit, ahlaknya jelek dan kesedihan selalu menyertainya. Sebab dia mengabaikan hak-hak Allah SWT.



Sumber: Kitab Idhahu Asrori ‘Ulumil Muqorrobin


This post first appeared on Musholla RAPI Online, please read the originial post: here

Share the post

Perbedaan Kenikmatan Hati dengan Nafsu

×

Subscribe to Musholla Rapi Online

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×