Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Cara Aman Transaksi Non Tunai

Tuminesia kali ini akan membahas bagaimana cara aman bertansaksi via non Tunai. Mengingat masyarakat saat ini tidak lepas dari sistem transkasi non tunai dibanding tunai.

Mengapa begitu? 

Karena transaksinya lebih cepat, mudah, dan canggih. Selain itu, transaksi non tunai juga memberikan manfaat signifikan bagi keuangan negara.

Perlu diketahui, banyaknya penggunaan instrumen non tunai akan membantu efisiensi baik untuk biaya produksi uang kartal maupun untuk pengedaran, pencabutan, penarikan, dan pemusnahan uang yang jelas membutuhkan biaya besar. 

Tidak hanya itu, transaksi non tunai juga mencegah adanya underground economy atau kegiatan ekonomi yang tidak dilaporkan secara resmi. Kegiatan ekonomi tak resmi tersebut berpotensi mengurangi pajak yang diterima oleh negara.

Layanan transaksi pun menjadi beragam. Mulai dari Anjungan Tunai Mandiri (ATM), mobile payment, hingga yang sekarang ramai dibicarakan adalah cryptocurrency seperti bitcoin.

Baca Juga: Bitcoin Masih Luar Biasa, Mau Main?

Namun


Dari sekian banyak pesona transaksi non tunai, ada banyak juga peluang kecurangan di dalamnya. Kecurangan itu bisa dalam bentuk pencurian data kartu, seperti nomor kartu, cvv, dan service code card.

Ilustrasi penjahat transaksi non tunai (Foto: www.finder.com.au)

Pertanyaan pun muncul, bagaimana cara aman bertransaksi non tunai yang aman? Mari kita pahami:

Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, pernah melarang penggesekan ganda (double swipe) dalam setiap transaksi non tunai lewat kartu kredit maupun debit. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pencurian data dan informasi kartu.

Menurut Agus, penggesekan di mesin kasir bisa mengambil profil dari pemegang kartu tanpa izin. Ia pun tidak mengizinkan pedagang melakukan penggesekan ganda, terlepas dari tidak adanya itikad buruk merchant.

Adapun pengaturan mengenai penggesekan ganda kartu nontunai telah tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran. 

Pada pasal 34 huruf b, Bank Indonesia melarang penyelenggara jasa sistem pembayaran menyalahgunakan data dan informasi nasabah maupun data dan informasi transaksi pembayaran selain untuk tujuan transaksi pemrosesan pembayaran. Dalam aturan ini, juga tercakup larangan pengambilan data melalui mesin kasir di pedagang.

Melihat kekhawatrian tersebut, Tuminesia merangkum sejumlah cara agar transaksi non tunai melalui kartu debit atau kredit dapat berjalan aman. Berikut caranya:


  • Pastikan Pakai Teknologi Chip




Per Januari 2016 lalu, BI telah menginstruksikan perbankan agar menggunakan chip pada kartu debit. Tujuan utamanya adalah keamanan.

Hal itu karena banyaknya kasus fraud akibat kecanggihan teknologi yang memanfaatkan kelemahan pada kartu debit yang menggunakan magnetic stripe.

Kelemahan magnetic stripe yang ada pada kartu debit, semakin terlihat seiring perkembangan teknologi. Salah satunya karena pita magnetik tidak dilengkapi dengan kode rahasia (enkripsi), sehingga dapat dibaca oleh semua alat pembaca pita magnetik.

Celakanya alat pembaca dan peng-copy data pada pita magnetik sudah beredar di pasaran yang dikenal dengan skimmer

Untuk itu, teknologi tersebut tidak lagi aman digunakan sebagai media penyimpan data nasabah dan data transaksi pada kartu debit.

Saat ini, rata-rata bank sudah memakai teknologi chip yang dikombinasikan dengan PIN untuk menjamin keamanan kartu nasabah. Namun jika belum, coba tanyakan ke pihak perbankan Anda untuk penjelasan lebih lanjut dan mintalah solusi keamanan terbaik.

  • Rutin Ubah PIN Kartu


Foto: infoperbankan.com

PIN Kartu Debit/ATM Anda adalah informasi yang paling rahasia. Untuk itu, perlu keamanan lebih serius untuk menjaganya.

Salah satu cara mudah adalah dengan rutin mengubah nomor PIN kartu. Setidaknya dua kali dalam satu tahun.

Jangan beritahu siapa-siapa, kecuali orang paling terpercaya. Jika Anda sulit mengingat PIN, catat saja dan simpan catatan tersebut di tempat yang jauh dari jangkauan orang.

Paling penting, catatan PIN itu harus terpisah dari kartu debit/ATM.


  • Tutup Kode CVV dengan Label
Foto: crimejo.blogspot.co.id

Ada tiga digit angka yang terdapat di belakang kartu kredit maupun debit yang disebut CVV (Cardholder Verification Value) atau CSC (Card Security Code). Tiga angka ini merupakan kode keamanan kartu (nomor otorisasi manual untuk kartu) supaya bisa melakukan transaksi.

Untuk itu, lebih baik tutup tiga angka tersebut dengan kertas atau label.

  • Pakai Mesin ATM di Lokasi Aman
Foto ilustrasi: cermati.com

Jika Anda ingin menarik uang tunai atau melakukan transaksi lain di mesin ATM, pilihlah lokasi aman. Sebaiknya dekat kantor cabang bank penerbit kartu tersebut atau terdapat petugas penjaganya.

Dengan demikian Anda bisa segera menghubungi pihak bank atau keamanan apabila terjadi masalah.

  • Periksa Mesin ATM
Ilustrasi skimming

Sebelum memasukkan kartu ATM, sebaiknya periksa lubang ATM terlebih dahulu. Caranya adalah dengan menggoyang bagian tersebut dan pastikan lubang kartu ATM menempel dengan kuat.

Chip perekam yang dipasang pembajak, biasanya hanya direkatkan dengan lem atau selotip, sehingga mudah lepas. Atau jika mesin ATM tersebut terlihat mencurigakan, segera laporkan ke petugas berwenang atau cari ATM lain yang lebih meyakinkan.

  • Selalu Tutupi Tombol saat Memasukkan PIN
Foto: kreditgogo.com

Saat memasukkan kode PIN di ATM, Anda harus berhati-hati akan adanya kamera tersembunyi yang dipasang pembajak untuk merekam PIN. Maka, pastikan selalu tutupi tangan Anda saat memasukkan kode PIN.

  • Simpan Bukti Transaksi

Simpan bukti transaksi kartu di manapun, baik dari kasir maupun ATM. Paling tidak selama tiga bulan terakhir.

Hal ini berfungsi untuk mencocokkannya dengan data yang tertera pada buku tabungan. Jika ada perbedaan, segera laporkan ke pihak bank untuk dilakukan penyelidikan.

Selain itu, sering-seringlah memeriksa saldo tabungan agar terlihat jika ada transaksi yang tidak Anda lakukan. Pisahlah antara rekening untuk berbelanja dengan rekening untuk simpanan (tabungan). Hal ini demi meminimalisir kerugian yang cukup besar.

Sebagai tambahan, Anda juga bisa melihat infografi karya BI berikut ini:



Untuk diketahui

Bank Indonesia baru-baru ini sedang menyiapkan berbagai infrastruktur layanan transaksi di sektor digital. Mereka menyadari bahwa Indonesia punya banyak pemuda produktif yang butuh alat pembayaran aman dan lancar. Apalagi melihat kesehariannya yang tidak bisa lepas dengan smartphone.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Onny Wijanarko, mengatakan fasilitas transaksi non tunai maupun tunai masih terjadi fragmentasi hingga saat ini. Hal ini karena masing-masing perusahaan melakukan investasi sendiri-sendiri.

Menurut Onny, Bank Indonesia sebagai regulator memiliki strategi untuk terus menciptakan sistem pembayaran non tunai yang aman dan nyaman. BI tengah melakukan kajian lebih dalam terkait dengan sistem pembayaran non tunai di era digitalisasi.

Kajian tersebut memastikan bahwa data-data aman dengan infrastruktur yang sudah ada.

"BI telah bangun fintech office. Infrastruktur gerbang pembayaran nasional yang dilengkapi dengan aturan-aturan seperti PBI transaksi domestik, PBI GPN, dan PBI fintech," ungkap Onny dalam Seminar Warta Ekonomi tentang "Strategi Zaman Now perkuat sistem pembayaran non tunai" di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Dengan begitu, kecurangan transaksi non tunai dapat diminimalisir. Tidak hanya pada mesin EDC atau ATM, keamanan transaksi non tunai juga diperhatikan oleh BI sampai ke dunia maya. Semoga wacana tersebut dapat segera terwujud, agar kegiatan transaksi non tunai semakin nyaman digunakan.

Sumber: Detik, Danaxtra, BI


This post first appeared on Tumi Indonesia, please read the originial post: here

Share the post

Cara Aman Transaksi Non Tunai

×

Subscribe to Tumi Indonesia

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×