UJI Formalin DALAM BAHAN PANGAN
A. Tinjauan Pustaka
Formaldehida dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi.Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, pasta gigi, dan pembersih karpet. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil; Didunia kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat, yang biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10% (Yuliarti, 2011).
Penggunaan formalin pada bahan pangan merupakan suatau tindak kejahatan. Formalin biasanya digunanakan sebagai bahan pengawet mayat dan pengawetan hewan untuk penelitian. Formalin juga berfungsi sebagai desinfektan, antiseptik, antihidrolik serta bahan baku industri pembuatan lem plywood, resin dan tekstil (Saparinto & Hidayati, 2010).
Formalin merupakan zat pengawet yang sering digunkan untuk mengawetkan makanan. Formalin mempunyai sifat formaldehida mudah larut dalam air sampai kadar 55%, sangat reaktif dalam suasana alkalis serta bersifat sebagai zat pereduksi kuat, mudah menguap karena titik didihnya yaitu -21°C. Alaminya formaldehida juga dapat ditemui dalam asap pada proses pembakaran makanan yang bercampur fenol, keton dan resin (Winarno, 2012).
Formalin dalam jumlah yang sedikit akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Itu sebabnya formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Imunitas tubuh yang rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bias berdampak buruk terhadap kesehatan (Farida, 2010).
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Akumulasi formalin yang tinggi di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai keluhan, misalnya iritasi lambung dan kulit, muntah, diare, serta alergi. Bahkan bisa menyebabkan kanker, karena formalin bersifat karsinogenik.termasuk ke dalam karsinogenik golongan IIA (Mudjojanto, 2010).
B. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat
1) Sepuluh Tabung Reaksi 10 ml diberi nama A dan B
2) Pipet drop
3) Vorteks
4) Kertas saring
5) Pisau
6) Telenan
b. Bahan
1) Sosis ayam 10 gram
2) Chicken nuggets 10 gram
3) Galantin 10 gram
4) Bakso Ikan 10 gram
5) Bakso Udang 10 gram
6) Aquades 12 ml
7) KMnO4 1 N 1 tetes pipet drop
2. Metode
a. Mengisi tabung reaksi A dengan aquades sebanyak 2 ml
b. Menambahkan 1 tetes pipet drop KMnO4 1N
c. Menghomogenkan tabung reaksi A hingga tampak warna merah jambu
d. Mengisi tabung reaksi B dengan aquades sebanyak 10 ml
e. Memasukkan sampel 1 sebanyak 10 gram
f. Menghomogenkan tabung reaksi B
g. Menyaring dengan kertas saring untuk diambil filtratnya
h. Memasukkan filtrat ke dalam tabung reaksi A
i. Menunggu sampai 30 menit, jika warna merah jambu pudar maka menujukkan sampel tersebut mengandung formalin
j. Mengulangi pengujian pada sampel 2 sampai 5
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1. Uji Formalin dalam Bahan Pangan
No | Nama Bahan Pangan | Ciri-ciri | Asal Daerah | Ada / Tidak Berformalin | Menit Ke- |
1. | Galantin | Warna coklat Tekstur kasar | Malaysia | Ada | 10 |
2. | Nugget | Warna orange Tekstur kasar | Gulon | Tidak | 30 |
3. | Bakso Udang | Warna orange Tekstur kasar | Slamet Riyadi | Ada | 10 |
4. | Sosis | Warna coklat Tekstur kasar | Gulon | Ada | 10 |
5. | Bakso Ikan | Warna putih Tekstur kasar | Slamet Riyadi | Tidak | 30 |
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Mutu dan Keamanan Hasil Ternak 2015.