Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Urgensi Ajaran Islam dlm Pelestarian dan Pengembangan Nilai-Nilai Adat dan Budaya bagi Generasi Muda

Oleh ; Buya Masoed Abidin

Gambaran budaya Minangkabau berdasarkan ABSSBK  menetapkan  “nan Bana, Nan Badiri sandiri nya” atau “Al Haq” itu hanyalah ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Yang Maha Khaliq,yang telah menciptakan Alam Semesta dan Memberikan Petunjuk/Pedoman Hidup Manusia di tengah peta alam semesta iini. Pengamalan syari’at agama (Islam) dengan keimanan (tauhid) yang benar akan mendorong setiap muslim memahami tentang arti kehidupan.

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ  وَالَّذِينَ كَفَرُوا  أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ  يُخْرِجُونَهُمْ  مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ

Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari berbagai kegelapan kepada nur(hidayah-Nya). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindung mereka ialah taghut ( sandaran kekuatan selain Allah) yang mengeluarkan mereka daripada nur (hidayah Allah) kepada berbagai kegelapan …. (Al-Baqarah, 257).

Maknanya ada bimbingan TAUHID dalam kehidupan dan menjadi kekuatan  merakit masa depan – di dunia dan akhirat — sejak masa kini.

Memerankan nilai-nilai tamaddun  Syariat Islam di dalam adat budaya ABSSBK di Minangkabau (Sumatera Barat) dikuatkan oleh Masyarakatnya terbanyak beragama Islam. Mereka paham agamanya. Mereka selalu pelihara prinsip hidup berakidah dan istiqamah. Ada identitasMinangkabau menjadi  izzah — martabat diri – pada  sikap mujahadah (kesungguhan) dengan sahsiah(personality) yang disebutkan  dalam kato pusako (adat budaya yang sudah diakui sejak lama) dan bakato nan bana (kkebenaran) melalui prinsip musyawarah dengan sikap  saling menghargai dan teguh berdiri sebagai pembela yang benar. Terbujur lalu terbelintang patah. Esa hilang dua terbilang.

MASYARAKAT  DI SUMATERA BARAT memiliki ciri khas adat ABSSBK adalah Masyarakat Beradat Dan Beradab. Kegiatan hidup bermasyarakat dalam kawasan ini selalu dipengaruhi oleh berbagai lingkungan tatanan (”system”) pada berbagai tataran(”structural levels”). Yang paling mendasar tatanan nilai dan norma dasar sosial budayayang akan membentuk Pandangan  Hidup dan Panduan  Dunia (perspektif) masyarakatnya yang akan (a). memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat kota  dan kabupaten di Sumatera Barat, berupa sikap umum dan perilaku serta tata-cara pergaulan dari masyarakat itu. (b). menjadi landasan pembentukan pranata sosial keorganisasian dan pendidikan yang melahirkan berbagai gerakan dakwah dan bentuk kegiatan yang akan dikembangkan secara formal ataupun informal. (c). akan menjadi pedoman petunjuk perilaku bagi setiap dan masing-masing anggota masyarakat di dalam kehidupan sendiri-sendirimaupun bersama-sama.

Hukum Syara’ menghendaki keseimbangan hidup rohani dan jasmani.  “Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup  selama-lamanya”  (Hadist). Budaya Minangkabau wujud dalam cita-cita kemakmuran ranah seperti diungkapkan “Rumah gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang tujuah sajaja, Sabuah si bayau-bayau,  Panenggang anak dagang lalu,  Sabuah si Tinjau lauik,  Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak kamanakan.  Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang”. Artinya, perhatian terhadap kemakmuran sangat tinggi. Ada ide bahwa kepentingan bersama berada pada tingkat paling utama. Dapat di maknai bahwa individualistic tidak diminati dalam tatanan masyarakat ABSSBK. Inilah sesungguhnya  gambaran masyarakat Madani yang bertauhid.

  

PDPH juga memberikan ruang dan batasan-batasan bagi pengembangan kreatif potensipelajar (remaja) di Sumatera Barat  dalam menghasilkan buah karya sosial, budaya dan berdampak ekonomi, serta karya-karya pemikiran intelektual, yang akan menjadi mesin perkembangan dan pertumbuhan Sumatera Barat di segala bidang.

Nilai-nilai ajaran Islam mengajarkan agar setiap Muslim wajib mengagungkan Allah. Menghargai nikmat-Nya yang menjadi sumber dari rezeki, kekuatan, kedamaian. Nilai nilai itu membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya kemajuan. Artinya ada kemauan kuat melakukan perubahan. Memanfaatkan alam sesuai dengan tata ruang yang jelas. Keyakinan bahwa semua tindakan dan perbuatan akan disaksikan oleh Allah dan Rasul serta semua orang beriman.  Strategi membangun masyarakat adat akan berhasil manakala selalu kokoh dengan prinsip, qanaah dan istiqamah. Berkualitas dengan iman dan hikmah. Berilmu dan matang dengan visi dan misi. Amar makruf nahyun ‘anil munkar dengan teguh dan professional. Research-oriented berteraskan iman dan ilmu pengetahuan.  Mengembalikan Minangkabau keakar Islam tidak boleh dibiar terlalai agar tidak lahir bencana.

Idealnya “Syara’ mangato, Adaik Mamakaikan”. 

Agama Islam yang dianut masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat diyakini dapat menjadi penggerak pembangunan. Hal itu telah terbukti dalam sejarah yang panjang menjadi kekuatan mendinamisir masyarakat adat Minangkabau menampilkan jati diri adat mereka. 

Namun Realitasnya kini tengah terjadi perbahan “adaik indak dipacik arek, agamo indak dipagang taguah”.  Fenomena negatif ini berakibat langsung kepada angka meningkatnya kemiskinan karena kemalasan, hilangnya motivasi, hapusnya kejujuran, hilangnya kebiasaan  manaruko dan lemahnya minat  marantau sehingga musibah sosial berupa kemelaratan dan kebodohan  mulai mengancam.

Dari perubahan itu tampil fenomena kehidupan dan perilaku yang menyedihkan.Minat penduduk kepada pengamalan agama Islam di kampung-kampung mulai melemah. Daya tarik dakwah agama mulai kurang. Banyak bangunan agama yang kurang terawat. Alim ulama suluah bendang mulai tidak diminati (karena kurang konsisten, ekonomi, pengetahuan, penguasaan teknologi, interaksi)  oleh masyarakat lingkungan.

Tantangan masa kini  antara lain infiltrasi dan penetrasi budaya sekular yang menjajah mentalitas manusia  serta suburnya budaya lucah yang menonjolkan keindahan sebatas yang dilihat, didengar, dirasa, disentuh, sensual, erotik, seronok atau sikap hedonis, kadang-kadang ganas (anarkis), dengan kebiasaan menengggak miras, pergaulan bebas dan kecanduan madat dan narkoba. Hal sedemikian terjadi karena mengabaikan batasan-batasan perilaku luhur yang telah menjadi ”kesadaran kolektif” di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan dalam menata kehidupan bersama.

Pergeseran budaya terjadi ketika pengabaian nilai-nilai agamaPranata sosial budaya(”social and cultural institution”) adalah batasan-batasan perilaku manusia atas dasar kesepakatan bersama yang menjadi ”kesadaran kolektif” di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan main dalam menata kehidupan bersama.  Pengabaian nilai-nilai itu menumbuhkan penyakit social yang kronis. Menjauh dari aqidah tauhid menjadikan perilaku tidakberakhlak Islami serta suka melalaikan ibadah. Sulusinya mengupayakan Pendidikan dengan pengenalan  Iman dan Akhlaq Qurani .  

Kecanggihan pendidikan Budaya Minang diawali sejak Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) di rumah tangga melalui metode  j u j a i  dan peran pembinaan dari rumah tangga dalam perkerabatan Minangkabau tampak jelas. Generasi Minangkabau selalu tumbuh dengan Iman yang kokoh. Ajaran syarak (Islam) mendorong sikap untuk maju. Namun tatanan nilai yang baik itu dapat berubah karena longgar menjaga tatanan adat istiadat. Rapuhnya akhlak anak generasi  akan merusak bangunan  kehidupan. Budaya Minangkabau membentuk generasi berakhlak nan kuriek kundi nan sirah sago, nan baik budi nan indah baso. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasul Allâh SAW yang mengingatkan bahwa“Ada tiga faktor yang membinasakan manusia yaitu mengikuti hawa nafsu, kikir yang melampaui batas dan mengagumi diri sendiri (‘ujub).” (HR. al-Tirmidziy).  

Tantangan Pendidikan di kota dan kabupaten di Sumatera Barat ke depan sangat berat. Hubungan kekerabatan  yang harmonis  amat diperlukan, dimulai dari rumah tangga, lingkungan sekolah, lingkungan kehidupan masyarakat, dapat dijadikan  modal utama, mengawal pendidikan berkarakter di Sumatera Barat. Ada perasaan malu, bila tidak membina hubungan dengan baik. Seseorang akan dihargai, apabila ia berhasil menyatu dengan komunitasnya dengan terjaganya kaidah, ” nan tuo di hormati, nan ketek di sayangi, pandai ba gaul samo gadang ..”  

Maka pendidikan berbasis aqidah, mesti menjadi cerminan idealitas masyarakat ABSSBK dengan mempertahankan pembelajaran budi akhlak. Disini pentingnya pengenalan terhadap syari’at agama (Islam) menjadi salah satu solusi untuk mengatasi problematika keumatan dengan melaksanakanpendidikan aqidah pada anak-anak sejak usia dini (PAUD) dari rumah tangga dalam satu manajemen suku yang jelas menanamkan akhlak dengan menjaga ibadah dan pembentukan karakter umat dengan berpedoman wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW.

Nilai-nilai ideal kehidupan masyarakat ABSSBK itu terlihat pada, (1). adanya rasa memiliki bersama(2). kesadaran terhadap hak milik(3). kesadaran terhadap suatu ikatan kaum dan suku, (4). kesediaan untuk pengabdian, (5). terjaga  hubungan positif  akibat hubungan pernikahan,  hubungan semenda menyemenda, bako baki, ipa bisan, andan pasumandan, dan hubungan mamak kamanakan. Kelima nilai ideal itu akan menjadi kiat untuk meraih keberhasilan.  Dek sakato mangkonyo ado, dek sakutu mangkonyo maju.  Artinya perlu kesepakatan  dalam tujuan bersama pencapaian cita-cita bersama,  “hasanah fid dunya wa hasanah fil akhirah”. .. Konsep hidup ini diterapkan di dalam warisan adaik salingka nagari.

Pemantapan tamaddun agama (Syariat Islam) dan adat budaya menjadi landasan dasar pengkaderan di nagari-nagari di Minangkabau dengan kewajiban,

a). Memelihara dan menjaga generasi pengganti yang lebih sempurna, kaluak paku kacang balimbiang, sayak timpuruang lengang-lenggangkan, anak di pangku kamanakan di bimbiang, urang kampuang di patenggangkan,

 b). Mengupayakan berlangsungnya timbang terima kepemimpinan dalam kaum dan nagari secara alamiah, Ingek sabalun kanai, kulimek sabalun abih, Agak-agak nan ka pai, ingrk-ingek nan ka tingga, Patah tumbuah hilang ba ganti. 

 c). Teguh setia melaksanakan pembinaan dan mengajarkan adat istiadat kepada  anak kemenakan dan menjaga lingkungan dengan baik.  “ Handak kayo badikik-dikik, Handak mulie tapek i janji, Handak tuah ba tabue urai, Handak  namo tinggakan jaso, Handak luruih rantangkan tali, Handak pandai rajin baraja, Handak bulieh kuek mancari, Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek ka parak, Nan munggu ka pandam pakuburan, Nan rawang  ranangan  itiek, Nan padang kubangan kabau, Nan bancah jadikan sawah, Nan gauang ka tabek ikan.. ”.   

Pranata sosial Masyarakat di Sumatera Barat yang didiami masyarakat adat Minangkabau semestinya berpedoman kepada Syariat Agama Islam yang bersumber kepada Kitabullah (Al Quranul Karim) dan Sunnah Rasulullah. Indikator pengamalan ABSSBK  terekam dalam Praktek Ibadah, Pola Pandang dan Karakter Masyarakatnya, Sikap Umum dalam Ragam Hubungan Sosial masyarakatnya serta tutur kata yang baik. Dalam keniscayaan ini, maka kekerabatan yang erat  menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan. Kekerabatan tidak akan wujud dengan meniadakan hak-hak individu orang banyak.

Rasulullah SAW menegaskan  ….  لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارَهُ بِوَائِقَهُ  .. “Tidak dapat masuk sorga orang yang tetangganya tidak merasa  aman dari gangguannya”. (H.R. Muslim).

Wasiat Rasulullah berkenaan dengan masalah  kekerabatan bertetangga ini  di Minangkabau direalisir melalui  manajemen suku  dengan membangun komunitas masyarakat yang senantiasa saling tolong-menolong, bahu membahu dalam kebaikan dan tidak tolong menolong dalam kejahatan dan dosa serta permusuhan. Dengan demikian perinsip amar ma’ruf dan nahi munkar  mulai dapat diwujudkan. Sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang rukun, damai, aman, dan sentosa  dengan keharmonisan dan sopan santun penduduknya.

Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur (akhlaqul karimah) ini melahirkan tindakan terpuji dan menumbuhkan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas). Rasulullah SAW bersabda.

صِلَةُ الرَّحِمِ وَ حُسْنُ الخُلُقِ وَ حُسْنُ الِجَوارِ يُعَمِّرْنَ الدِّيَارَ وَ يُزِدْنَ فِى الأَعْمَارِ

“Silaturrahmi, berakhlak mulia serta bertetangga dengan baik akan membangun dunia dan memperpanjang usia”.  

Generasi Muda adalah kelompok besar di tengah satu bangsa semestinya  menjadi Generasi Unggul(khaira Ummah) yang akan memikul amanah pelopor perubahan (agent of changes) berbekal  keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT. Melaksanakan misi amar makruf nahyun anil munkar.  Firman Allah menyebutkan, kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.Ali Imran : 110).

Generasi Unggul  wajib lahir dengan budaya luhur (tamaddun) yang berasaskan  tauhidik. Memiliki daya inovasi dan daya kreasi yang tinggi ditupang oleh tamaddun yang luhur . Cahaya akal mesti diletakkan di bawah naungan wahyu agar berpadu kepintaran dengan kebijaksanaan. Berpadu pengetahuan dengan hidayah. Maka  rahmat dan barakah dapat diraih. Ihsan dan kasih sayang dapat dicapai.

Generasi Unggul adalah generasi dinamik yang tumbuh dengan kejelian akal fikir disertai kejernihan budi pekerti. Pucuak pauah sadang tajelo, Panjuluak bungo galundi,  Nak jauh silang sangketo, Pahaluih baso juo  basi. Anjalai tumbuah di munggu, Sugi-sugi di rumpun padi, Nak pandai sungguah baguru, Nak tinggi naiakkan budi.”  Dinamika kehidupan dapat dibangun dengan budi akal yang jernih dsn pekerti luhur.

Generasi Unggul itu sanggup bersanding dan bertanding di tengah perubahan, karena memiliki sikap mandiri yang madani dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Apabila generasi kini dibiarkan terlena  dan lupa membenah diri dengan  kekuatan ijtima’i (kebersamaan), tentulah generasi  itu akan dijadikan jarum kelindan  di dalam satu pertarungan gazwul fikri.

Membangun Generasi Unggul dengan iman yang kokoh.  إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى  Merekalah para pemuda yang penuh dengan keimanan kepada Allah dan Allah lengkapkan mereka lagi dengan hidayah. (QS.al Kahfi) . Generasi Unggul memiliki akal budi yang jernih. Mampu menghadapi berbagai tantangan global. Mereka memiliki  jati diri sesuai fitrah anugerah Allah. Memiliki imah yang kuat dan selalu mengajak kepada kebaikan serta melarang dari kemungkaran.

Generasi Unggul adalah ilmuan muda, cendikiawan yang perlu meningkatkan kualitas kepimpinan dengan kemahiran tanzim Islami. Teguh ubudiyyah dan zikrullah. Mampu menilai teknologi informasi. Mahir bergaul dan berkomunikasi. Cakap menyelesai konflik. Mampu menarik minat dan dukungan umat banyak, serta mahir berpolitik. Menguasai bahasa, falsafah dan sejarah. Mahir merancang dan mengurus. Mampu melatih dan membimbing. Memelihara kesinambungan proses  pembelajaran generasi terdidik dengan paksi Islam. Mesti diawasi,  bahwa perilaku luhur akan bergeser ketika menipisnya ukhuwah dan berkembangnya perbuatan maksiat.  Dengan ilmu yang berteraskan iman, para aktivis Generasi Unggul (khaira ummah) akan dapat merumus fikrah harakiahuntuk merancang gerak sesuai visi dan misi di dalam membangun kehidupan yang diredhai Allah Azza wa Jalala.

  1. Islam tidak mengenal  ada “pengabdian kepada benda”. Pengabdian kepada benda apapun selain Allah adalah suatu sikap yang munafik dan musyrik.
  2. Konsekwensnya seorang muslim dituntut semata-mata mengabdi (menyembah) hanya kepada Allah saja, tidak pada yang lain (Lihat QS.24:56, 18:110, 1:5).
  3. Ajaran Islam adalah Monotheisme berarti setiap Muslim menolak pengamalan semua bentuk ideologi dan falsafah di luar konsepsi tauhid tersebut. Allah adalah al Ma’bud  artinya sesuatu yang disembah, secara maknawi adalah pengabdian hanya kepada Allah SWT. Hanya kepada Allah seorang hamba minta pertolongan  (lihat QS.1:5). Dalam tatanan masyarakat Sumatera Barat dengan ciri adat Minangkabau dirakitkan keyakinan tauhid itu kedalam filosofi hidup anak nagarinya dengan adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah.
  4. Konsepsi Tauhid Uluhiyah harus istiqamah  terhadap hukum wahyu dalam gagasan keyakinan dan gerak pelaksanaan. Tanpa konsistensi keyakinan ini secara gagasan maupun gerak akan dinyatakan sebagai  musyrik (Lihat QS.6:106, 41:6,7).
  5. Realisasi tauhid uluhiyah adalah pengabdian (ibadah) hanya kepada Allah, semata-mata dapat terwujud kepada di akuinya lembaga kedaulatan Allah di bumi (Lihat QS.4:64, 4:80, 9:71, 120, 47:2,19, 47:33  yang menerangkan adanya kekuasaan atau Mulkiyah Allah).

Seluruh Rasul diutus dengan Misi Tauhid. Maka, “paradigma tauhid” – Laa ilaaha illa Allah – sebagai satu misi risalah (Lihat QS.7:59, 7:72, 16:36).

Konsepsi Tauhid adalah konsepsi tertinggi dalam ajaran ke-Tuhanan.  Karenanya apabila syarak telah mengata, maka adat mesti memakai. Disini terlihat peranan Akhlaqul Karimah.  “Pariangan manjadi tampuak tangkai,  Pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo luhak rang mangatokan. Adat jo syarak jiko bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban.”

Perpaduan Adat dan Syarak di Minangkabau sejak masa dulu  telah menjadi undang-undang di nagari. Undang-undang tersebut dilaksanakan dengan sempurna. Kehidupan bermasyarakat terjamin aman dan tenteram. Apabila kedua sarana ini telah berperan sempurna, maka akan didapati di kelilingnya masyarakat yang hidup dengan memiliki akhlaq perangai yang terpuji dan mulia (akhlaqul-karimah) sesuai bimbingan syarak.

Strategi Pemahaman pengamalan ABSSBK di Nagari adalah menggali potensi dan asset nagari. Mengabaikannya pasti mendatangkan kesengsaraan bagi masyarakat adat itu. Penerapannya dimulai dengan memanggil potensi unsur manusia yang ada di masyarakat nagari. Melalui kegiatan bermasyarakat itu pula observasinya dipertajam. Daya pikirnya ditingkatkan. Daya geraknya didinamiskan. Daya ciptanya  diperhalus. Daya kemauannya dibangkitkan  dengan mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.Tujuannya sampai kepada taraf yang memungkinkan untuk mampu berdiri sendiri dan membantu tanpa mengharapkan balas jasa. Pranata sosial budaya  adalah batasan-batasan perilaku manusia atas dasar kesepakatan bersama yang menjadi ”kesadaran kolektif” di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan main dalam menata kehidupan bersama. Optimisme banagari  mesti selalu dipelihara.

Peran amar ma’ruf nahi munkar mesti digerakkan dengan terarah dan terpadu. Gerakan da’wah  akhlaqul Karimah  untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia.   Ajakan dakwah Islamiyah berupa gerakan da’wah  akhlaqul Karimah dengan pengamalan syari’at (syara’ mangato adaik mamakai) tujuannya adalah untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia. Hilangnya Akhlak , umumnya disebabkan  Agama tidak diamalkan, Ibadah lalai, nilai etika budaya terabaikan. Akibatnya masyarakat hancur.

Demikianlah semoga kita dapat melestarikan dan menghidupkan tatanan masyarakat beradat dan beradab dikalangan generasi muda Sumatera Barat dalam pranata social masyarakat hokum adat yang memiliki filosofi ABSSBK sebagai bagian dari memelihara puncak puncak budaya Nasional Indonesia.

Wassalam.

Padang,  April 2012


Filed under: ABS - SBK, Adat Minangkabau Tagged: adat minang, budaya, ciloteh minangkabau, Kato Pusako, mas'oed abidin, minangkabau, padang, Tambo


This post first appeared on Adat Budaya Minangkabau | Ndak Lakang Dek Paneh, Ndak Lapuak Dek Hujan, please read the originial post: here

Share the post

Urgensi Ajaran Islam dlm Pelestarian dan Pengembangan Nilai-Nilai Adat dan Budaya bagi Generasi Muda

×

Subscribe to Adat Budaya Minangkabau | Ndak Lakang Dek Paneh, Ndak Lapuak Dek Hujan

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×