Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Waduk Cacaban dan “Kamp”(ung) Matematika Detik


PERNAH berkunjung ke Waduk Cacaban? Waduk yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1952, selain berfungsi mengairi ribuan hektar sawah di sekitarnya, juga difungsikan sebagai obyek wisata.
Letaknya tidak jauh dari Slawi, lebih kurang 9 km ke arah timur tepatnya di Desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng. Waduk dengan luas areal 930 hektar itu adalah objek wisata andalan di Kabupaten Tegal, selain Guci dan Pantai Purwahamba Indah.
Sebentar lagi ada sesuatu yang beda di Cacaban. Sejak 2002 hingga sekarang, Cacaban dikenal dengan satu paket kisah mistis dan ritual penenggelaman kepala kerbau. Mulai tahun 2017 ini, Cacaban terkesan lebih intelektual. Pasalnya, tidak lama lagi “Kamp(ung) Matematika Detik” akan muncul di perumahan penduduk di sekitar waduk.

“Alhamdulilah barokah Titik Ba, salah satu desa di wilayah kami akan dijadikan kampung matematika. Semoga sukses perjuangan adikku ini menjadikan Karanganyar sebagai kampung matematika,” kata Imam Maskur, camat Kedungbanteng, ketika menyambut Ahmad Thoha Faz, pendiri PPMD (Pusat Pengembangan Matematika Detik), kemarin (25/1).

Ahmad Thoha Faz, adik angkatan Imam Maskur semasa di SMP Penawaja, adalah penulis Titik Ba (Mizan, 2007) dan sebentar lagi menerbitkan seri ke-1 dari pentalogi (karya lima serangkai) Matematika Detik. “Ada dua misi besar yang diemban oleh PPMD. Pertama, menjadikan Tegal sebagai laboratorium besar di bidang pendidikan. Dalam hal ini, PPMD sudah bekerjasama dengan NU dan Muhammadiyah. Juga melalui Poros Ristek, PPMD mendapat sokongan intelektual muda kampus. Saat ini ada lima mahasiswi UNNES dan satu mahasiswa UGM bergabung dalam litbang Matematika Detik,” terang lulusan Teknik Industri ITB tadi.

“Kedua, menjadikan Matematika Detik menjadi icon ekonomi atau industri kreatif Tegal. Salah satunya dengan merintis Kamp(ung) Matematika Detik di dekat obyek wisata Waduk Cacaban ini. Semua peserta sengaja tinggal di perumahan warga, bukan di hotel atau penginapan, untuk menggerakkan perekonomian masyarakat.”

MAGNET KELAS NASIONAL

Gagasan Kamp(ung) Matematika Detik sebenarnya sudah lama ada di kepala Thoha. Namun, inisiatif tindakan datang dari calon konsumen, yaitu keluarga KH Abdi Kurnia Djohan, dosen UI Depok yang aktif menjadi pengurus Lembaga Dakwah PBNU. “Rencananya, pada bulan April nanti, anak-anak dua hari belajar Matematika Detik, satu hari wisata keliling Waduk Cacaban dan keliling desa,” lanjutnya.

Pada 2017, selain bulan April 2017, Kamp Matematika Detik juga akan diselenggarakan pada Desember. “Peminat dari Jakarta sudah banyak,” kata mantan ketua Lembaga Dakwah al-Azhar Jakarta itu.

Selain dari Jakarta, Jauhari Efendi, seorang eksekutif PT PUSRI menyatakan minatnya pada Matematika Detik. Pada 2011, PT PUSRI sudah mengundang Thoha. Enam tahun kemudian, giliran Jauhari Efendi terbang dari Palembang ke Tegal, khusus belajar Matematika Detik.

“Insya Allah, pertengahan Februari,” kata adik angkatan Thoha sewaktu di Teknik Industri ITB itu.

Itu baru permulaan. Matematika Detik juga belum terbit. Thoha sendiri tidak berharap Kamp(ung) Matematika Detik menjadi kegairahan sesaat. “Itulah pentingnya Matematika Detik diterbitkan secara bertahap. Perlu waktu supaya gagasan benar-benar mengendap, menjadi kebiasaan dan budaya,” terang mantan konsultan Institute for Education Reform (IER) Universitas Paramadina. (pb)

The post Waduk Cacaban dan “Kamp”(ung) Matematika Detik appeared first on Jadi Mitra Panturabisnis.com, Hubungi 085867717830.



This post first appeared on Pantura Bisnis, please read the originial post: here

Share the post

Waduk Cacaban dan “Kamp”(ung) Matematika Detik

×

Subscribe to Pantura Bisnis

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×