Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Pulau Buku Limau Beltim, kunjungan keempat kalinya

Blogger Belitung - Pulau Buku Limau adalah nama sebuah pulau yang masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Akses menuju ke pulau ini kalau menurut hemat saya bukan merupakan hal yang sulit. Ada banyak perahu bermotor milik nelayan yang diparkir di pelabuhan perikanan Kota Manggar bisa ditumpangi untuk menuju kepulau ini. Dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat juga tersedia, belum lagi perahu bermotor milik desa yang selalu tersedia.

Desa Buku Limau merupakan Desa Kepulauan yang terdiri dari 18 pulau kecil dimana jarak satu sama lainnya relative jauh. Diantara pulau-pulau tersebut terdapat 3 buah pulau yang berpenghuni, dimana Pulau Buku Limau sebagai pusat pemerintahan. Pulau Buku Limau memiliki luas wilayah daratan 54 Ha, sedangkan luas lautannya 390 Ha. Pulau ini bisa dikelilingi berjalan kaki dengan memakan waktu sekitar 15-20 menit. Hal ini telah saya lakukan bersama rombongan dari kantor saat berkunjung pertama kalinya pada tahun 2011 silam.

Jika anda ingin mengunjungi pulau ini, dan anda memutuskan untuk menumpang pada perahu bermotor perikanan cukup ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit, namun jika anda memutuskan untuk menumpang dengan perahu para nelayan maka akan membutuhkan waktu sekitar 45 menit atau kurang. Biar bagaimanapun sebaiknya anda harus mengkoordinasikan dengan pihak desa tersebut. Jika pasang sedang naik, saat anda dari Manggar menuju ke pulau ini maka perahu yang anda tumpangi akan bisa langsung merapat ke dermaga, akan tetapi jika sedang surutnya maka perahu anda tidak bisa merapat dan anda akan dijemput dengan menggunakan perahu sampan untuk mencapai daratan. Keseluruhan pantai ini dikelilingi oleh karang-karang yang berserakan dan anda tidak akan bisa menemukan pantai berpasir putih disini sebagaimana misalnya pantai Nyiur Melambai, Bukit Batu, Burung Mandi dan pantai-pantai di Pulau Belitung lainnya seperti yang sudah saya postingkan terdahulu dalam blog ini.



Sedikit tips dari saya, jika anda mendarat saat pasang sedang surut, anda mesti memakai celana pendek dan memakai alas kaki seperti sandal dari bahan karet, karena jika tidak kemungkinan kaki anda akan terluka atau minimal meringis menahan sakit saat menginjak serakan karang-karang jika tanpa alas kaki. Ya, hamparan bebatuan karang yang meyelimuti keseluhan pinggir pulau ini siap berperan sebagai “karpet merah beludru” alas pijak anda saat anda mendarat. Ini adalah cerita kunjungan saya 2011 silam.

Sekarang ini Pulau Buku Limau telah memiliki satu lagi tambahan dermaga sepanjang kurang lebih 400 meter. Dengan demikian anda tidak perlu lagi disambut karpet merah meskipun air laut sedang surut sekalipun. Kehidupan masyarakat disini sangat unik.

Hampir semua rumah disini adalah jenis rumah panggung tipe pesisir. Dirangkai dari bahan kayu. Jika dulunya yang dijadikan tiang adalah kayu balok, maka sekarang tiangnya sudah menggunakan cor adonan semen yang langsung ditancapkan atau dicetak langsung di tanah laut, meskipun sepengamatan saya masih ada lumayan banyak rumah yang bertiangkan kayu. Seperti yang tadi saya sebut diatas bahwa hampir seluruh rumah yang ada di pulau ini menggunakan kayu, ironisnya dipulau ini tidak tersedia bahan untuk membuat rumah. Dengan kata lain semuanya harus “diimpor dari Manggar”. Bisa anda banyangkan modal untuk membangun rumah yang sederhana disini. Dari kayu, papan, semen, bahkan pasir semuanya disuplay dari Manggar atau sekitarnya dan kesemua itu diangkut ke pulau dengan menggunakan kendaraan perahu bermotor. Suplay bahan makanan atau sembako pun dibeli penduduk pulau dari Manggar. Bisa anda bayangkan jika BBM yang menjadi pengerak perahu bermotor mengalami kelangkaan?


Masyarakat Buku Limau sepenuhnya adalah asli suku Bugis, bahasa Bugis kental sekali disini. Meskipun pulau kecil, dengan jumlah penduduk seperti yang telah saya sebutkan diatas, nuansa atau sensai tradisi nenek moyang bangsa Indonesia masih terasa sangat kental di pulau ini yaitu Gotong Royong. Seperti yang kita ketahui, tradisi tersebut berani saya sebut merupakan tradisi yang sudah menjadi “barang” langka untuk bisa kita temukan di daerah lain apalagi bagi anda yang tinggal di kota!

Jadi apakah sebenarnya yang menarik di pulau ini jika ingin berkunjung? Sedangkan pantainya saja tidak ada untuk bisa dinikmati! Pulau ini tempat yang sangat sempurna bagi para wisatawan yang ingin menikmati kegiatan rekreasi bagi peminat wisata bahari seperti berenang, diving, dan berjemur. Ini hanya saran saya saja. Bagi anda yang sedang mempelajari Antropologi dan Sosiologi mungkin pulau ini juga bisa masuk referensi penelitian anda. Mungkin juga anda yang sedang meneliti masalah Kelautan dan Perikanan pulau ini merupakan salah satu tempat yang sangat cocok.

Yang berikutnya, perlu anda ketahui bahwa air laut disini memiliki kejernihan yang tak kalah dengan daerah terkenal lainnya. Anda bisa melihat langsung dasar laut atau anda bisa mengekplorasinya dengan menyelam. Yang terakhir, justru inilah menurut saya yang bisa menjadi daya tarik pulau ini. Memancing! Yak, bagi anda yang gemar memancing, coba rasakan sensasi memancing didaerah ini. Anda bisa menyewa perahu nelayan di pulau ini dengan harga “miring” atau anda bisa berbaur dengan para nelayan pulau ini. Bukankah hal ini cocok sekali bagi anda yang memiliki hobi bertualang memancing? Pulau Buku Limau saya rasa bisa anda masukkan dalam “waiting list” agenda memancing anda.

Dipulau ini juga anda bisa melihat tata cara pembuatan ikan asin, serta pembuatan “bedak dingin” atau dalam bahasa setempatnya bernama “Ricak” yang merupakan ramuan khusus suku bugis turun temurun. Bedak ini berbahan dasar beras ketan yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Bedak ini berfungsi sebaga penahan panas, apa bila dioleskan ke anggota atau seluruh tubuh. Nah, bagaimana pendapat anda?

Mungkin juga anda ada komentar atau barang kali ada sesuatu hal yang ingin anda tanyakan? Silahkan aja tulis dibawah ini…


This post first appeared on Blog Dasril Iteza - Blogger Belitung, please read the originial post: here

Share the post

Pulau Buku Limau Beltim, kunjungan keempat kalinya

×

Subscribe to Blog Dasril Iteza - Blogger Belitung

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×