Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Bukan Sekedar Pacaran

Dailykirukkal - Bukan Sekedar Pacaran, Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasnya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah "pacaran" dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi. Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugrah yang kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita lawan jenis dan lain-lainnya. "Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang baik dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS.Ali Imran:14).

Bukan Sekedar Pacaran




Khusus kepada wanita, islam menganjurkan untuk mengejewantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana jujur, ramah dan yang paling penting adalah penuh dengan tanggung jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik. Rasullullah SAW bersabda, "Orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku". Cinta kepada lain jenis hanya ada dalam wujud ikatan formal. Namun dalam konsep islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, Chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung jawab yang disaksikan oleh banyak orang. Bahkan lebih 'keren'nya' ucapan janji itu tidaklah ditunjukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanitanya itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya. Mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi pelindung dan penganyomnya. Bahkan mengambil alih kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu jadilah seorang laki-laki itu "the real gentelman". Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul seorang gentelman atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi the real gentelman. Dalam istilah hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, ciuman dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, islam tidak pernah membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan 'mahram' (keharaman untuk menikahi). Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan.

Sedangkan pemandangan dimana ada orang yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyarakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama. Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi islam, tentu kita tidak melihat dari sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

Pacaran Bukan Cinta, Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu bertelpon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung. Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya. Padahal cinta itu memiliki tanggung jawab, ikatan sah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrument itu tidak terdapat sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

Pacaran bukanlah penjajagan atau perkenalan, bahkan kalaupun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajagan, perkenalan atau mencari titik temu antara kecua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan. Dalam format mencari pasangan hidup, islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu. Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Wanita itu dinikahi karena 4 hal : hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka perhatikan agamanya kamu akan selamat. (HR.Bukhari).

Baca Juga : Jangan Berpacaran

Inilah proses yang dikenal dalam islam sebagai ta'aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya. Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka yang dulu pernah dikunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran. Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus didalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penajajagan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuan. Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.


This post first appeared on Daily Kirukkal, please read the originial post: here

Share the post

Bukan Sekedar Pacaran

×

Subscribe to Daily Kirukkal

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×