Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Semakin aneh semakin bagus untuk melompat?


Banyaknya review yang wara-wiri di timeline akun Movielitas, mau tak mau membuat rasa penasaran timbul. Sekilas dari poster juga terlihat rasa Film ini sepertinya "ramai". Tanpa membaca sinopsis singkat atau review berlebihan, akhirnya ada kesempatan menikmati film garapan sutradara Daniel Kwan dan Daniel Scheinert ini.

Berkisah tentang seorang imigran Chinese-American, Evelyn, dan suaminya Waymond yang juga imigran Chinese-American. Mereka bertahan hidup di Amerika dengan membuka bisnis laundry dan hidup bersama anak perempuan semata wayang Joy. Di tengah pergolakan konflik keluarga, bisnis Laundry Evelyn juga sedang dalam tahap audit pajak yang sepertinya "kurang sehat".

Kesan pertama yang muncul dalam menikmati Film Ini adalah bukan genre favorit Movielitas. Dan, ada nama A24 di belakang film ini, yang memang beberapa karyanya pernah Movielitas nikmati. Dan, rata-rata film dari A24 ini memang agak anti-mainstream. Alur cerita dan konfliknya kebanyakan seperti  memiliki taste berbeda dari film biasa. Movielitas sebagai penikmat film awam yang jauh dari kepahaman soal seni oleh film juga teknikal nya, agak sulit menikmati film dengan konflik serta alur cerita yang seolah-olah penuh dengan "simbol" dan dengan penyampaian metafora.

Setidaknya ada pengulangan menonton film ini sebanyak tiga kali. Hingga kali ketiga, Movielitas bisa menyimpulkan konflik dalam film ini adalah berpusat pada karakter Evelyn yang sedang berusaha keras menyelamatkan keluarga dan bisnis nya menjelang Imlek atau Tahun Baru Cina. Di tengah usaha nya tersebut muncul berbagai rintangan menghadang "seolah-olah" datangnya dari alam lain , yaitu Alphaverse (seperti lazimnya saat ini metaverse). Versi Movielitas.

Awalnya, Movielitas menduga bahwa penampilan Michelle Yeoh disini akan seperti penampilan Jackir Chan dalam film Shinjuku Incident yaitu full akting drama tanpa keahlian beladiri seperti Yeoh yang banyak dikenal sebagai artis film laga. Tapi ternyata meleset, meski aliran film ini fantasi-komedi tapi juga menyelipkan beberapa adegan ketrampilan beladiri.

Secara keseluruhan, bagi Movielitas film ini memiliki nilai plus pada akting Yeoh yang sangat maksimal. Jauh dari kesan ahli beladiri. Meskipun sudah berusia banyak tapi untuk beberapa adegan beladiri masih mantap. Nilai plus lainnya tentu saja pada permainan teknologi visual efeknya yang smooth. Itu saja. Secara alur cerita, Movielitas kurang bisa menikmati. Secara konflik kurang sederhana, terlalu "ramai" dan rumit. Konflik lompatan ruang dan waktu, jujur Movielitas kurang begitu memahami makna nya. Secara komedi, biasa saja.

Mungkin film ini sangat cocok bagi mereka yang paham tentang seni film secara mendalam, mereka yang menggemari dunia absurdist, atau juga pengamat film. Satu hal yang menarik lagi dari film ini, apakah film ini atau karakter di film ini terasa seperti "Jackie Chan"? Bila membaca via wikipedia, memang ada faktor "Jackie Chan" di belakang film ini.

Everything Everywhere All At Once (2022) - 5/10



This post first appeared on Jurnal Film, please read the originial post: here

Share the post

Semakin aneh semakin bagus untuk melompat?

×

Subscribe to Jurnal Film

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×