Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Situs Sejarah Manuk Beri

Situs ini adalah situs bersejarah yang dikenal sebagai Pasiraman Manuk Beri, yang menurut sejarah dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II. Terletak di Kampung Gedongkuning, Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kotamadya Yogyakarta, situs ini saat ini hanya menyisakan sebuah dinding yang dihiasi dengan relief burung.

situs manuk beri (rejowinangunkel.jogjakota.go.id)

Pemandangan relief burung ini mengingatkan pada patung serupa yang dapat ditemukan di situs Gua Siluman, yang menegaskan hubungan sejarah antara keduanya. Dengan bukti berupa relief burung yang berfungsi sebagai pancuran, tempat ini dapat dipastikan sebagai bekas pemandian.

arca manuk beri dengan lubang pancuran di bagian perut (nyariwatu.blogspot.com)

Menurut beberapa sumber, Pasiraman Manuk Beri ini adalah bagian dari warisan bersejarah Sultan Hamengkubuwono II, sejalan dengan Gua Siluman.

Lokasi

Untuk mencapai lokasi ini, perjalanan sangatlah mudah. Anda dapat mengikuti Jalan Kusumanegara dari kilometer nol Yogyakarta menuju arah timur ke arah Kebun Binatang Gembira Loka. Dari persimpangan Gembira Loka (pintu masuk kebun binatang), teruslah ke timur mengikuti Jalan Kusumanegara.

Setelah melewati pertigaan ke kanan (selatan) yang kedua setelah persimpangan tersebut, belok ke kanan untuk masuk ke Gang Manuk Beri. Lokasi situs ini berjarak sekitar 300 meter dari gapura, berada di sebelah timur jalan.

Di situs ini, terdapat sebuah ornamen berbentuk manuk (burung) beri yang paruhnya berfungsi sebagai sumber air. Air dari pancuran manuk beri ini berasal dari mata air yang mengalir dari timur ke barat, awalnya di wilayah yang kini dikenal sebagai Kampung Juru Genthong.

Juru kunci yang mengawasi aliran air tersebut tinggal di sebelah timur Pemandian Manuk Beri, yang saat ini terletak di sebelah utara kantor Desa Banguntapan.

Manuk Beri?

Mungkin ada di antara pembaca yang bertanya-tanya Manuk Beri itu wujud aslinya seperti apa? Sama... penulis juga penasaran... 

Dan berikut ini hasil penelusuran di mesin telusur gambar punyanya Google:

manuk beri versi kayu (hobikoe.com)

Gambar ini adalah versi "jelas" dari manuk beri, tapi sudah berupa cinderamata dari kayu (yang saat ini masih aktif ter-listing di toko online).

Selanjutnya, coba nyari di Wikipedia, namun juga tidak banyak yang bisa kami temukan. Malah ketemu dengan sebuah cerita rakyat dari daerah Cilacap tentang sunan kalijaga vs manuk beri. 

Sunan Kalijaga vs Manuk Beri

Ini adalah cerita legenda yang beredar di wilayah Donan, Cilacap. Pada masa lalu, Adipati Donan dan penduduknya merasa gelisah karena adanya burung raksasa yang disebut Manuk Beri. Manuk Beri seringkali menyerang hewan ternak milik penduduk Donan.

Hal ini kemudian ditanggapi oleh Adipati Donan dengan mengadakan sayembara. Hadiah dalam sayembara itu sungguh istimewa. Siapa pun yang berhasil membunuh Manuk Beri akan diberikan takhta Donan dan akan dijodohkan dengan putri Adipati Donan.

Sayembara yang menarik ini menarik perhatian banyak orang. Mereka berusaha mengikuti sayembara tersebut untuk mencoba membunuh Manuk Beri. Namun, sebagian besar peserta sayembara tidak mampu mengalahkan atau membunuh Manuk Beri. Akhirnya, penduduk setempat mulai menganggap Manuk Beri sebagai burung yang memiliki keajaiban.

Di sisi lain, pada saat itu, Sunan Kalijaga dari Demak tengah mencari air mata kuda sembrani di wilayah Nusakambangan. Sayangnya, misinya gagal. Sunan Kalijaga kemudian teringat bahwa senjatanya yang disebut cis tertinggal di Donan.

Sunan Kalijaga menyamar sebagai seseorang dengan kulit melepuh atau gudhigen. Dengan penyamaran ini, ia menjadi dikenal sebagai santri gudhig, tetapi tetap berdakwah untuk agama Islam. Santri gudhig saat itu tinggal di Kadipaten Limbangan. Ia kemudian mendengar kabar tentang sayembara Manuk Beri.

Singkat cerita, santri gudhig memutuskan untuk mengikuti sayembara di Donan sambil berharap bisa mendapatkan kembali senjata cisnya. Ia kemudian meminta agar sebuah lubang digali dengan kedalaman 2 meter, dicarikan sehelai kain mori, dan dipinjami senjata cis milik Adipati Donan.

Santri gudhig menyelimuti dirinya dengan kain mori dan masuk ke dalam lubang yang telah digali. Ia mencoba memancing Manuk Beri agar mendekat. Rencana itu berhasil karena Manuk Beri mencoba menyerang kain mori yang menutupi santri gudhig.

Sebelum serangan terjadi, dengan cepat santri gudhig menusuk kaki dan dada Manuk Beri dengan senjata cis yang dipinjamnya dari Adipati Donan. Manuk Beri akhirnya tewas dan jatuh di atas kayu panggang dekat sungai. Akhirnya, sungai itu diberi nama Sungai Cipanggang.

Atas keberhasilannya, santri gudhig mendapatkan hadiah. Namun, ia menolak hadiah berupa takhta Donan dan putri Adipati. Ia lebih memilih untuk meminta senjata cis yang dipinjamnya dari Adipati Donan. Permintaannya pun disetujui oleh Adipati Donan.

Santri gudhig yang sebenarnya adalah Sunan Kalijaga kemudian melanjutkan perjalanannya ke Demak. Dari perjalanannya ke Demak, banyak tempat yang mendapat nama dan tercipta karena peristiwa yang dialami oleh santri gudhig. [via serayu.com]



This post first appeared on Wisata Yogya, please read the originial post: here

Share the post

Situs Sejarah Manuk Beri

×

Subscribe to Wisata Yogya

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×