Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Pura Mayura Lombok: Sebuah Taman Air yang Menyimpan Jejak Sejarah Kerajaan Bali

Pura Mayura Lombok adalah sebuah taman air yang dibangun pada tahun 1744 oleh Anak Agung Ngurah Karangasem, seorang raja dari Kerajaan Bali yang saat itu masih berkuasa di pulau Lombok. Nama Mayura berasal dari kata "merak", yaitu burung yang dipelihara di taman ini untuk mengusir ular-ular yang sering mengganggu para peziarah. Pura Mayura Lombok tidak hanya merupakan tempat peribadatan umat Hindu, tetapi juga tempat pertemuan dan penyambutan tamu kerajaan. Pura Mayura Lombok memiliki arsitektur yang unik, yaitu perpaduan antara gaya Jawa, Bali, dan Lombok. Pura Mayura Lombok juga menyimpan banyak cerita dan legenda yang menarik, serta menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di pulau Lombok.

Arsitektur hebat di Pura Mayura di Mataram Lombok, candi air Hindu etnis di pulau Lombok, Indonesia.



 Keindahan dan Keunikan Pura Mayura Lombok


Pura Mayura Lombok terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian taman air dan bagian pura. Bagian taman air adalah area yang paling menonjol dan menarik perhatian pengunjung. Di tengah-tengah taman air terdapat sebuah kolam besar yang dihiasi dengan bunga teratai dan ikan-ikan berwarna-warni. Di tengah kolam terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Kambang, yaitu sebuah paviliun terapung yang dihubungkan dengan jembatan kayu. Bale Kambang adalah tempat dimana raja dan tamu-tamunya duduk dan berbincang-bincang sambil menikmati pemandangan taman. Bale Kambang memiliki atap joglo yang khas Jawa, serta hiasan-hiasan yang bercorak Bali dan Lombok.


Bagian pura adalah area yang lebih sakral dan khusus untuk beribadah. Pura Mayura Lombok memiliki empat pura utama, yaitu Pura Ngelurah, Pura Gunung Rinjani, Pura Padmasana, dan Pura Gedong. Keempat pura ini memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda, serta memiliki arsitektur yang indah dan megah. Pura Ngelurah adalah pura tertua dan terbesar di kompleks Pura Mayura Lombok. Pura ini didedikasikan untuk Dewa Siwa, dewa pencipta dan penghancur dalam agama Hindu. Pura Ngelurah memiliki gapura besar yang berukir halus, serta candi-candi kecil yang berjejer di halamannya. Pura Gunung Rinjani adalah pura yang didedikasikan untuk Dewi Anjani, dewi pelindung Gunung Rinjani, gunung tertinggi di pulau Lombok. Pura ini memiliki bentuk segi delapan, serta hiasan-hiasan yang bermotif flora dan fauna. Pura Padmasana adalah pura yang didedikasikan untuk Dewa Wisnu, dewa pemelihara alam semesta dalam agama Hindu. Pura ini memiliki bentuk persegi panjang, serta atap bertingkat-tingkat yang melambangkan tingkatan dunia dalam kosmologi Hindu. Pura Gedong adalah pura yang didedikasikan untuk Dewa Brahma, dewa pencipta alam semesta dalam agama Hindu. Pura ini memiliki bentuk persegi empat, serta atap berbentuk limas yang melambangkan api suci.


Cerita dan Legenda di Balik Pura Mayura Lombok


Pura Mayura Lombok tidak hanya memiliki keindahan dan keunikan arsitektur, tetapi juga memiliki cerita dan legenda yang menarik dan mengandung hikmah. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang asal-usul nama Mayura. Konon, pada zaman dahulu, taman air ini masih berupa hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan liar. Di hutan ini juga banyak berkeliaran ular-ular berbisa yang sering menggigit dan membunuh para peziarah yang datang ke pura. Raja Anak Agung Ngurah Karangasem merasa prihatin dengan keadaan ini, dan mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Ia kemudian mendapat ide untuk memelihara burung-burung merak di taman ini, karena burung merak dikenal sebagai musuh alami ular. Raja kemudian memerintahkan para pengawalnya untuk mencari dan membawa burung-burung merak dari berbagai tempat, dan melepaskannya di taman ini. Burung-burung merak kemudian berkembang biak dan menjaga taman ini dari gangguan ular-ular. Para peziarah pun merasa aman dan nyaman untuk beribadah di pura. Taman air ini kemudian diberi nama Mayura, yang berarti merak dalam bahasa Sanskerta.


Salah satu legenda yang paling menarik adalah tentang Bale Kambang, yaitu paviliun terapung di tengah kolam. Konon, Bale Kambang adalah tempat dimana raja Anak Agung Ngurah Karangasem bertemu dengan seorang putri cantik dari Kerajaan Lombok, yang bernama Dewi Mas. Dewi Mas adalah putri dari raja Lombok yang bernama Prabu Selaparang, yang merupakan musuh bebuyutan dari raja Bali. Dewi Mas dan Anak Agung Ngurah Karangasem saling jatuh cinta saat pertama kali bertemu di sebuah pesta pernikahan. Mereka kemudian sering bertemu secara diam-diam di Bale Kambang, dan berjanji untuk menikah. Namun, hubungan mereka terbongkar oleh ayah Dewi Mas, yang sangat marah dan kecewa. Prabu Selaparang kemudian mengirim pasukannya untuk menyerang Kerajaan Bali, dan memerintahkan putrinya untuk menikah dengan seorang pangeran dari Kerajaan Sumbawa. Dewi Mas tidak mau menuruti perintah ayahnya, dan memilih untuk melarikan diri bersama Anak Agung Ngurah Karangasem. Mereka kemudian menyeberangi laut menuju pulau Bali, dan hidup bahagia selamanya.


 Peristiwa Sejarah yang Terjadi di Pura Mayura Lombok


Pura Mayura Lombok juga menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di pulau Lombok, terutama yang berkaitan dengan pergolakan politik dan perang antara Kerajaan Bali, Kerajaan Lombok, Belanda, dan Jepang. Salah satu peristiwa sejarah yang paling penting adalah Perang Lombok tahun 1894, yaitu perang antara Kerajaan Bali dan Belanda yang berlangsung selama enam bulan. Perang ini dipicu oleh pemberontakan rakyat Lombok yang tidak puas dengan pemerintahan Kerajaan Bali yang otoriter dan korup. Rakyat Lombok kemudian meminta bantuan dari Belanda, yang saat itu sudah menguasai sebagian besar wilayah Indonesia. Belanda kemudian mengirim pasukannya untuk menyerang Kerajaan Bali di Lombok, dengan dalih membantu rakyat Lombok. Perang ini berlangsung sengit dan berdarah-darah, dengan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Puncak perang ini terjadi di Pura Mayura Lombok, dimana raja Bali yang bernama Anak Agung Nengah Sakti bersama keluarga dan pengikutnya melakukan puputan, yaitu bunuh diri massal dengan cara menyerbu pasukan Belanda tanpa senjata. Peristiwa ini sangat menggemparkan dunia, dan menjadi simbol perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Belanda.


Selain Perang Lombok tahun 1894, Pura Mayura Lombok juga menjadi tempat penting dalam sejarah Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Pada tahun 1942, Jepang berhasil mengalahkan Belanda dan menguasai Indonesia, termasuk pulau Lombok. Jepang kemudian membangun beberapa fasilitas militer di pulau Lombok, salah satunya adalah lapangan terbang di dekat Pura Mayura Lombok. Lapangan terbang ini digunakan oleh Jepang untuk mengirim pesawat-pesawat tempur dan pembom ke berbagai wilayah Indonesia dan Asia Tenggara.


Pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan Jepang. Namun, Belanda tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia, dan berusaha untuk merebut kembali wilayahnya. Belanda kemudian mengirim pasukan-pasukannya ke Indonesia, dan terjadi perang kemerdekaan yang berlangsung selama empat tahun. Salah satu pertempuran yang terjadi adalah Pertempuran Lombok tahun 1946, yaitu pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda yang berlangsung di pulau Lombok. Pertempuran ini dipimpin oleh Kolonel Zulkifli Lubis dari pihak Indonesia, dan Mayor Jenderal D.C. Buurman van Vreeden dari pihak Belanda.


Pertempuran Lombok tahun 1946 dimulai pada tanggal 21 Agustus 1946, ketika pasukan Belanda mendarat di pantai Ampenan dan Tanjung Karang. Pasukan Belanda kemudian bergerak menuju kota Mataram, dengan tujuan untuk merebut lapangan terbang Jepang di dekat Pura Mayura Lombok. Pasukan Indonesia yang berjumlah sekitar 2.000 orang berusaha untuk menghalau pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 6.000 orang. Pasukan Indonesia menggunakan senjata-senjata sisa Jepang, seperti senapan, pistol, granat, dan mortir. Pasukan Indonesia juga menggunakan taktik gerilya, yaitu menyerang secara mendadak dan mengejutkan musuh dari berbagai arah.


Pertempuran Lombok tahun 1946 berlangsung sengit dan berdarah-darah selama dua minggu. Pasukan Indonesia berhasil menimbulkan banyak korban jiwa di pihak Belanda, tetapi juga mengalami banyak kerugian. Banyak pejuang-pejuang Indonesia yang gugur dalam pertempuran ini, termasuk Kolonel Zulkifli Lubis yang tewas tertembak pada tanggal 1 September 1946. Pasukan Belanda akhirnya berhasil merebut lapangan terbang Jepang di dekat Pura Mayura Lombok pada tanggal 4 September 1946, dan menguasai pulau Lombok hingga tahun 1949.


Pertempuran Lombok tahun 1946 adalah salah satu peristiwa sejarah yang menunjukkan semangat juang dan pengorbanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan asing. Pura Mayura Lombok menjadi saksi bisu dari pertempuran ini, dan menjadi simbol perlawanan rakyat Lombok terhadap penjajah Belanda. Pura Mayura Lombok juga menjadi tempat peringatan dan penghormatan bagi para pahlawan yang gugur dalam pertempuran ini. Di dekat Pura Mayura Lombok, terdapat sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang jasa-jasa para pejuang kemerdekaan Indonesia di pulau Lombok.


 Cara Mengunjungi Pura Mayura Lombok


Pura Mayura Lombok berlokasi di Jalan Langko No. 1, Cakranegara Barat, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pura ini berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Mataram, dan mudah dijangkau dengan berbagai moda transportasi. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor, atau menggunakan kendaraan umum seperti angkot, taksi, ojek, atau online. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa mengikuti rute berikut:


  • Dari Bandara Internasional Lombok (BIL), ambil Jalan Raya Bandara Internasional Lombok menuju Jalan Raya Praya - Mataram.
  •  Ikuti Jalan Raya Praya - Mataram hingga sampai di simpang empat Cakranegara.
  • Belok kanan ke Jalan Pejanggik, lalu belok kiri ke Jalan Langko.
  •  Ikuti Jalan Langko hingga sampai di Pura Mayura Lombok yang berada di sebelah kanan jalan.


Jika Anda menggunakan kendaraan umum, Anda bisa menggunakan angkot jurusan Ampenan - Cakranegara - Sweta dari terminal Ampenan atau terminal Sweta. Turun di halte Cakranegara Barat, lalu jalan kaki sekitar 500 meter ke arah utara menuju Pura Mayura Lombok. Anda juga bisa menggunakan taksi, ojek, atau online dari bandara atau tempat penginapan Anda dengan menunjukkan alamat Pura Mayura Lombok.


Fasilitas dan Tips Berwisata di Pura Mayura Lombok

Berikut adalah beberapa Fasilitas yang bisa ada Anda temukan di Pura Mayura Lombok:

Pura Mayura Lombok memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung. Di dekat pintu masuk, terdapat loket tiket yang menyediakan tiket masuk dengan harga Rp 10.000 per orang untuk wisatawan domestik dan Rp 20.000 per orang untuk wisatawan asing. Di samping loket tiket, terdapat tempat penyewaan sarung dan selendang yang wajib digunakan oleh pengunjung yang ingin masuk ke area pura. Harga sewa sarung dan selendang adalah Rp 5.000 per set.


Di dalam area pura, terdapat beberapa fasilitas seperti toilet, mushola, tempat sampah, gazebo, dan warung-warung yang menjual makanan dan minuman ringan. Anda juga bisa menemukan beberapa pedagang kaki lima yang menjual oleh-oleh khas Lombok seperti mutiara, kerajinan rotan, kain tenun, dan lain-lain. Anda juga bisa menyewa pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarah dan keunikan Pura Mayura Lombok dengan lebih detail.


Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk berwisata di Pura Mayura Lombok:


  •  Datanglah pada pagi atau sore hari untuk menghindari terik matahari dan mendapatkan suasana yang lebih sejuk dan tenang.
  •  Hormatilah adat istiadat dan aturan yang berlaku di Pura Mayura Lombok. Gunakanlah pakaian yang sopan dan tertutup, serta gunakan sarung dan selendang saat masuk ke area pura. Jangan membuang sampah sembarangan, membuat suara bising, atau mengambil foto di tempat-tempat yang dilarang.
  • Berhati-hatilah saat berinteraksi dengan monyet-monyet yang ada di sepanjang jalan Hutan Pusuk. Jangan memberi makan atau mengganggu monyet-monyet tersebut, karena mereka bisa menjadi agresif dan mencuri barang-barang Anda.
  • Nikmatilah pemandangan dan suasana alam yang indah di Pura Mayura Lombok. Anda bisa berjalan-jalan di sekitar taman air, melihat bunga teratai dan ikan-ikan di kolam, duduk-duduk di Bale Kambang, atau berfoto-foto dengan latar belakang pura dan bukit-bukit. Anda juga bisa belajar tentang sejarah dan budaya Lombok dari pemandu wisata atau papan informasi yang tersedia.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang salah satu objek wisata sejarah dan budaya yang menarik di pulau Lombok. Jika Anda tertarik untuk mengunjungi Pura Mayura Lombok, jangan lupa untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, dan selamat berwisata! 



This post first appeared on Lombok Travel Guide, please read the originial post: here

Share the post

Pura Mayura Lombok: Sebuah Taman Air yang Menyimpan Jejak Sejarah Kerajaan Bali

×

Subscribe to Lombok Travel Guide

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×