Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Oninaki Review – Kematian adalah Awal dari Segalanya

Tak semua developer berani mencoba hal baru. Karena mempertaruhkan bumbu dan formula yang terasa manis di masa lampau tak menentukan karya mereka di masa kini miliki rasa manis yang sama. Mungkin itulah yang kini tengah dipertaruhkan oleh Tokyo RPG Factory. Sukses dengan formula kesedihan di I Am Setsuna dengan pilihan sulit dan keputus-asaan, mereka kembali torehkan kesuksesan di Lost Sphear dengan sedihnya dilupakan. Kali ini, kesedihan juga menjadi senjata mereka di game ketiganya, Oninaki yang mengangkat sedihnya ditinggal mati.

Mengambil tema kematian seolah menjadi jalan pintas untuk hanyut dalam kisah sedih Oninaki. Buat kita yang saat ini menyia-nyiakan hidup menjadi ingin lebih menghargainya. Mengajari kita untuk tak merajuk dan ikhlas saat ditinggalkan yang tersayang ke dunia lain. Yang mana, mereka akan diproses hingga akhirnya terlahir kembali atau menuju dunia yang lebih baik. Namun, apakah Tokyo RPG Factory juga berhasil menyampaikan kisah sedih dan moral dari kematian di Oninaki kali ini?

Watcher, Para Indigo yang Ahli Bertempur

Merekalah polisi reinkarnasi.

Oninaki menceritakan tentang seorang anak lelaki bernama Kagachi yang ditinggal mati kedua orang tuanya saat masih kecil. Ia kemudian bergabung bersama para Watcher, sekumpulan individu yang dilatih dalam pasukan khusus yang membantu para arwah penasaran yang masih belum selesai urusannya untuk Bisa bereinkarnasi dengan pergi ke dunia orang mati. Pasukan ini dipimpin oleh Kushi, ayah dari teman masa kecil Kagachi yaitu Mayura yang terus menjaga lingkaran reinkarnasi agar berjalan dengan baik. Mereka mampu untuk melihat yang tak bisa dilihat manusia, atau bahasa kerennya, Indigo.

Tak hanya menuntun arwah untuk bereinkarnasi, para Watcher ini juga ahli dalam bertempur melawan monster yang membanjiri dunia orang mati. Oleh karenanya mereka dibekali kemampuan bertempur dan senjata untuk menjalankan misinya. Dengan kata lain, mereka ini gabungan antara orang yang biasa kita sebut dengan indigo dan pasukan pembela kebenaran yang terlatih untuk membunuh para monster.

Kagachi akan melakukan tugasnya dengan baik.

Dalam setiap misinya, Kagachi akan bertemu dengan berbagai arwah penasaran, memecahkan kasus mereka, serta menguak misteri di balik orang-orang yang mendekatinya. Termasuk seorang arwah anak kecil yang bertemu dengannya saat kedua orang tua Kagachi meninggal dunia.

Jelajahi Dua Dunia yang Sangat Berbahaya

Kamu bisa menjelajahi dua dunia berbeda.

Sebagai watcher, Kagachi memiliki kemampuan untuk berpindah dunia antara dunia orang mati dan dunia orang hidup. Dalam dunia orang mati Kagachi akan bisa bercengkrama dengan para arwah penasaran dan menanyakan masalahnya untuk membantu mereka bereinkarnasi. Sementara, apabila ia berada di dunia orang hidup, maka Kagachi akan bisa mendeteksi beberapa arwah yang masih belum bereinkarnasi dengan tanda siluet putih. Kamu bisa membantu mereka dengan pergi ke dunia orang mati dan berkomunikasi dengan mereka. Terkadang, arwah-arwah ini tidak sadar bahwa mereka sebenarnya sudah mati sama seperti arwah anak kecil yang bisa ditemui di awal permainan. Beberapa arwah yang tak segera bereinkarnasi karena tidak sadar kalau mereka sudah mati atau mungkin masih punya keinginan yang belum terkabul akan membuat mereka berubah menjadi monster bernama Fallen.

Bisa berpindah dunia sesuka hati.

Dunia orang mati dan orang hidup bisa dibilang paralel atau saling berhubungan. Hal ini diperkuat dengan jenis monster yang mirip, bahkan mini-boss bernama Sight Stealer yang akan membuka jalanmu lebih lanjut di dunia orang mati akan sama persis dengan yang kamu temui di dunia orang hidup. Yang membuatnya berbeda adalah bahwa dalam dunia orang mati, kamu akan bisa merasakan efek yang berbeda. Misalnya saja serangan kritikal terus menerus, hingga jika kamu menyerang terlebih dahulu, jika akan mendapatkan HP bonus.

Tebas… Tebas Semua Musuhmu!

Berbeda dengan game buatan Tokyo RPG Factory sebelumnya yang mencoba adaptasi mekanik layaknya Chrono Trigger, Oninaki justru mengadaptasi action sebagai mekanismenya. Buatmu mampu menyerang dan menghindari serangan musuh layaknya Dark Souls atau seri Ys. Cepat atau tidaknya seranganmu tergantung dengan senjata yang kamu gunakan.

Manifest akan perkuat serangan, kecepatan, dan kritikalmu.

Kamu juga bisa memperkuat dirimu dengan Manifest yang bisa diaplikasikan dengan menekan L1 atau LT. Manifest bisa dilakukan jika affinity point yang tertera di pojok kiri bawah layar telah mencapai 100%. Ia akan tetap dalam jumlah tertentu meskipun kamu telah berganti senjata dan selama masih belum digunakan. Berada dalam mode Manifest akan mempercepat dan memperkuat serangan sekaligus kritikalmu.

Sightstealer bentuknya bermacam-macam, namun yang pasti ia miliki aura hitam di sekitar tubuhnya. Mengalahkannya akan membuka jalanmu selanjutnya.
Kamu tak bisa melanjutkan perjalananmu sebelum mengalahkan sightstealer.

Saya sangat senang sekali ketika bisa menikmati mekanik barunya dari turn-based menjadi action. Hal ini berarti pace permainan akan semakin cepat agar bisa melanjutkan ke kisah selanjutnya. Di sisi lain, gameplay action akan menguji ketangkasan dan keahlian saya apakah saya mampu menghindari serangan musuh dan menghafal patternnya. Memberikan kepuasan tertentu saat berhasil mengalahkan musuh yang cukup menantang. Meskipun terkadang, bosnya memang cukup sulit untuk dikalahkan. Sama seperti game action lainnya, kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan menjadi kunci terpenting dalam battlenya. Hal ini dikarenakan musuh tak hanya menyerang satu-persatu, namun berbarengan.

Waystone, Cara Baru Hadirkan Save Point

Waystone akan muncul di dua dunia.

Konsep dua dunia yang sangat berbahaya juga mengubah beberapa elemen JRPG yang selama ini kita kenal. Save point misalnya yang akan digantikan oleh sebuah tugu bernama waystone. Mendekatinya akan mengembalikan HP-mu dan mengusir para musuh yang mengejarmu.

Kamu hanya bisa melakukan fast travel di setiap waystone yang sudah kamu temukan dan ajak interaksi.

Uniknya lagi, kamu hanya bisa berganti party, tingkat kesulitan, fast travel, dan menonton cerita Daemon. Sebuah menu yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan menu equipmentmu. Di mana kamu akan bisa cek status karakter, ganti equipment, setting, dan meningkatkan skill Daemon.

Senjatamu hanya bisa diupgrade di menu alchemy

Di pertengahan cerita, kamu akan diperkenalkan dengan Alchemy. Satu-satunya fitur yang akan mengganti total fitur equipment senjatamu. Ya, kamu takkan bisa membeli senjata sama sekali dan harus mencarinya di dungeon. Setiap senjata bisa ditingkatkan melalui NPC Alchemy hingga level maksimum.

Transmute adalah satu-satunya cara agar kamu membuat senjata.

Kamu juga bisa membuat senjata melalui menu Transmute dengan menggabungkan senjata lain sesuai poin yang dibutuhkan. Jadi, kamu takkan pernah bisa membuat senjata dari bijih besi atau batu mineral lain. Membuatnya menjadi unik sekaligus kompleks karena kamu perlu bekerja keras untuk membunuh banyak monster dan grinding demi sebuah drop. Resep Transmute juga akan berubah per-100 kill. Saya menyarankanmu untuk mengubah tingkat kesulitannya menjadi Maniac untuk terus dapatkan drop. Namun perlu kamu tahu, musuh akan menjadi semakin brutal dari biasanya, termasuk boss.

Shadow berwarna putih akan berimu hadiah fantastis jika kamu berhasil mengalahkannya sebelum ia kabur.

Dalam situasi yang sangat langka, kamu akan menemukan bayangan putih yang mereka namai cukup simple yakni Shadow. Shadow muncul saat kamu berada di dunia orang hidup. Menungganginya dan langsung berpindah ke dunia orang mati akan mempertemukanmu dengan fallen spesial. Mengalahkannya akan berimu hadiah langka mulai dari senjata atau yang lain. Namun kamu harus segera mengalahkannya, karena ia bisa kabur dan akan sangat susah untuk bertemu dengannya lagi. Dari pengalaman saya pribadi, saya hanya bertemu sekali saja sampai menamatkan gamenya.

Daemon, Arwah Spesial Sekaligus Pelindungmu

Daemon akan muncul menemani setiap perjalananmu.

Berbicara mengenai senjata, maka tak lengkap rasanya apabila tidak membicarakan Daemon. Simplenya, Daemon merupakan perwujudan dari class yang bisa kamu gunakan. Menurut cerita gamenya, ia merupakan arwah spesial yang tak bisa bereinkarnasi sama sekali. Para Daemon ini juga tak miliki ingatan masa lalunya.

Daemon bisa ditemukan dengan tanda hijau di map di dunia orang mati. Jadi, misalnya kamu masih berada di dunia orang hidup dan menemukan tanda hijau di map, maka kamu perlu pergi ke dunia orang mati untuk mendapatkannya.

Kamu bisa mengganti skill hingga equipment daemonmu.
Sebuah cerita singkat akan ditulis setiap kamu mendapatkan daemon baru.

Terdapat total 11 Daemon yang bisa kamu dapatkan sampai gamenya tamat. Namun hanya 10 saja yang bisa kamu dapatkan sekali jalan. Sementara Daemon ke-11 hanya bisa didapatkan setelah kamu menamatkan gamenya dan load ulang save terakhirmu.

Salah satu skilltree dari salah satu daemon, Zaav.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Daemon merupakan perwujudan class. Beberapa skillnya juga bisa ditingkatkan. Caranya cukup dengan menggunakan batu senjata atau null stone yang kamu dapatkan. Batu senjata seperti Sword Stone, Spear Stone, dsb bisa didapatkan dengan terus-menerus menggunakan Daemonmu. Sementara null stone bisa kamu dapatkan dari kotak harta atau drop monster. Jadi, misalnya kamu ingin meningkatkan kemampuan Daemon pertamamu yakni Aisha yang menggunakan pedang, maka kamu harus sering menggunakannya hingga mendapatkan Sword Stone. Namun kamu juga bisa meningkatkannya dengan menggunakan null stone jika tak memiliki Sword Stone.

Level Daemon bisa ditingkatkan hingga level 10.

Meningkatkan skill Daemon juga akan menambahkan levelnya. Terdapat 10 level yang harus kamu tingkatkan. Semakin tinggi level berkat skill pasif yang kamu tingkatkan, maka semakin kuat dan cepat pula seranganmu. Beberapa skill yang sering kamu gunakan juga akan bisa memberikan efek tertentu yang disebut “Awakening”. Terdapat empat slot efek yang bisa kamu tambahkan di skillmu. Misalnya saja Stun, atau HP recovery. Semua akan bisa dibuka hanya dengan menggunakannya sesering mungkin.

Daemon miliki kisah masa lalunya yang bisa kamu buka seiring berjalannya cerita.

Kehilangan ingatan bukan berarti kamu tak bisa melihat dan mengembalikan ingatan para Daemon. Terdapat setidaknya masing-masing empat Daemon Story yang bisa kamu buka di setiap Daemon. Setiap cerita akan bisa dibuka melalui skill tree. Menontonnya akan membuka skill baru yang belum terbuka di skill tree. Rata-rata kisahnya sangat sedih, mulai dari kisah cinta sehidup semati yang kandas, hingga kesombongan yang membuat mereka harus mati dan menjadi Daemon-mu. Menggugah rasa iba-mu terhadap nasib mereka yang tak bisa bereinkarnasi dan harus menjadi “pelayan”-mu. Di sisi lain, mereka juga merupakan manusia yang masih memiliki akal.

Kesedihan yang Sering Menghampiri

Meski hanya teks, nuansa sedihnya justru terasa.

Tak hanya Daemon saja yang memiliki kisah sedih, semua yang berhubungan dengan Oninaki memiliki banyak sekali kisah sedih yang menyelimutinya. Formula inilah yang menjadi senjata Tokyo RPG Factory untuk menarik para fans demi memainkan gamenya. Banyaknya kisah sedih juga secara tak langsung mengingatkanmu untuk terus sayang kepada orang yang kamu kasihi dan tak merajuk dan ikhlas ketika ditinggalkan. Namun di sisi lain, juga memberikan rasa iba kepada orang lain. Banyak sekali penyebab kematiannya, mulai dari pembunuhan, mati karena sakit, sekarat dan tak bisa mati, hingga campur tangan politik.

Kisah sedih seperti sepasang suami istri ini akan kamu temui di beberapa poin tertentu.

Perjalanan Kagachi menjalankan tugas sebagai Watcher, atau polisinya reinkarnasi membuatnya menjadi penentu hukum paling mutlak di dunia. Kamu akan bertemu berbagai kasus di mana mereka yang ditinggalkan tak rela. Membuat para arwah tak bisa bereinkarnasi. Hingga cerita arwah yang masih memiliki keinginan terakhir yang baru bisa bereinkarnasi ketika keinginannya kamu kabulkan. Beberapa arwah yang masih tidak menerima bahwa ia telah mati akan berubah menjadi makhluk bernama Fallen, monster jahat yang siap menghabisimu. Tak hanya Fallen, beberapa manusia yang membuat onar juga akan menjadi musuhmu. Simplenya, kamu akan dituntut sebagai detektif sekaligus pembasmi monster, ya mirip-miriplah dengan Geralt di The Witcher.

Siapakah cewek ini?

Tugas Kagachi memang paling utama, namun Tokyo RPG Factory tak meninggalkan kisah personalnya untuk menguak siapa gerangan musuh utamamu yakni Night Devil. Kagachi yang ditinggal kedua orang tuanya diasuh oleh Kushi dan anaknya, Mayura. Seiring berjalannya cerita, kamu akan dihantarkan ke beberapa kontroversi. Berbagai misteri yang menyelimuti gamenya juga akan semakin jelas terungkap, salah satunya adalah bagaimana reinkarnasi bekerja di dunia Oninaki.

Ceritanya bisa dibilang slowburn untuk kamu yang suka cerita to the point. Kamu akan diajak berkeliling agar paham betul tugas dari seorang Watcher. Tak jarang, kamu juga akan ditunjukkan keprofesionalan Kagachi menjalankan tugasnya. Hingga akhirnya kamu akan fokus pada kisah pribadimu.

Kisah sedih juga terjadi di kalangan Watcher.

Terdapat tiga ending dalam gamenya, mulai dari Good, Normal, dan Bad. Kamu tak perlu menyelesaikan tantangan tertentu untuk meraihnya. Karena semua pilihan ada di akhir kisahnya. Jadi, kamu tak perlu membunuh 300 monster atau mendapatkan sesuatu untuk melihatnya dan hanya perlu untuk memilih di akhir kisahnya saja.

Musiknya Mana Nih?

Fokus Oninaki pada kompleksitas gameplaynya sepertinya buat mereka jarang hadirkan musik. Bukan berarti dunianya hampa tanpa musik, namun kemunculannya yang cukup jarang membuatnya jadi berbeda. Beberapa musik hanya akan muncul saat melawan boss, sight stealer, maupun saat kamu melakukan Manifest. Buat dunianya terasa sepi dan hampa. Menyayangkan kualitas musik yang sebenarnya sangat bagus saat didendangkan.

Fresh dan Sangat Potensial, Tapi…

Dari sekian banyak JRPG yang saya mainkan, mungkin Oninaki menjadi salah satu game yang banyak membuat saya merasakan kekurangan. Terlebih dengan harganya yang lumayan tinggi yakni sekitar 715 ribu di Steam membuat saya mempertanyakan kenapa kok bisa menjadi seperti ini. Secara keseluruhan, kualitasnya cukup oke dan potensial. Namun secara spesifik, pada kenyataannya tidak begitu.

Jika kamu perhatikan kenapa saya menggunakan satu skill dalam dua tombol. Ini akibat saya mencabut DS4 di tengah permainan lalu memasangnya lagi. Tombol lingkaran jadi tak bisa digunakan sama sekali.

Dari masalah teknis yang saya alami di versi PC-nya misalnya (karena saya menggunakan versi PC untuk mereviewnya). Di mana nampak bahwa entah Tokyo RPG Factory atau pihak Square-Enix yang dipasrahi portingannya ke PC tidak melakukan sinkronisasi controller dengan baik. Bahwasanya hal ini hanya bisa diselesaikan dengan mendownload script custom override button untuk pengguna DualShock 4 buatan fans. Selain itu kamu harus mematikan PlayStation 4/Xbox support controller di settingan Steam, kemudian menyambungkan controller agar tombol LT/RT atau L2/R2 berfungsi dengan baik.

Lalu, bagaimana jika controller tercabut atau tiba-tiba sambungan putus dari PC? Maka mau tak mau kamu harus keluar dari game, mencabut controllermu dan menyambungkannya lagi sembari Steam masih berjalan kemudian membuka gamenya kembali. Jika tidak? Maka tombol controller akan kacau balau, meskipun kamu telah menekannya dengan benar.

Hilangnya kemampuan untuk membeli barang juga akan memberimu masalah saat potionmu habis. Kamu harus mencari save point untuk mengembalikan HP-mu kembali ke sediakala. Terlebih, potion hanya bisa didapatkan dari drop monster atau peti harta karun. Paksamu untuk mengubah difficulty ke maniac demi sebuah drop potion. Sebenarnya hal ini bisa diatasi dengan penambahan drop rate potion saja dari monster, jadi kamu tak perlu kesulitan saat tiba-tiba harus melawan boss.

Desain levelnya yang cukup luas dengan monster yang banyak memang sangat memuaskan bagi mereka yang suka sekali grinding. Namun saking luas dan banyaknya, seolah kamu mau tak mau harus menghabisi mereka semua sebelum mencapai tujuan ceritamu. Terlebih desain dua dunia kurang lebih sama. Yang membuatnya berbeda hanya efek dan warnanya saja. Beberapa sudut level juga kurang berikan barang atau sesuatu tertentu untuk membuatnya lebih menarik untuk dieksplorasi. Seharusnya Tokyo RPG Factory bisa memikirkan lebih matang untuk hal ini dengan memberikan item langka, desain musuh berbeda, atau mungkin rahasia di balik lore dunianya dibanding harus copy-paste dan ganti warna saja plus berikan efek.

Dengan desain levelnya yang seperti itu, Tokyo RPG Factory secara tak langsung memaksa player untuk melakukan grinding dengan drop rate super lama. Kehadiran Shadow yang sangat terbatas juga menghambat proses grinding. Bagaimana tidak, dia hanya tersedia di dunia orang hidup saja dengan kehadiran yang amat jarang. Sudah seharusnya pihak developer mempertimbangkan bahwa ia juga bisa muncul di dunia orang mati, atau setidaknya menambah rata-rata kehadirannya.

Kamu harus menunggu animasi ini selesai setiap kamu meningkatkan skill daemonmu. Tidak, kamu tidak bisa skip.

Meningkatkan skill masing-masing Daemon memang cukup seru, karena bisa menggugah rasa penasaran skill apa yang cocok untuk kamu gunakan nanti. Namun di saat yang bersamaan juga menjengkelkan. Karena animasi membuka skill tak bisa diskip sama sekali. Terlebih saat level Daemon naik, kamu harus menunggu sepersekian detik untuk bisa melanjutkan membuka skill yang lain. Bayangkan jika misalnya kamu miliki potensi misalnya 10 skill yang bisa kamu buka di 10 Daemon dan harus menunggu musik dan animasinya, sampai lebaran ke-10 juga belum selesai-selesai. Saya tidak bisa berkata apa-apa selain menyarankan mereka untuk memberikan fitur skip.

Tak hanya kisah tentang arwah, cerita tentang ajaran sesat dan seluk beluk manusia juga akan hadir di sini.

Kisah dunianya memang sangat menarik dan potensial untuk dieksplorasi lagi. Namun Tokyo RPG Factory sepertinya enggan melakukannya. Perkenalan Watcher yang dirasa cukup dilanjutkan ke kisah kenapa mereka memberi judul Oninaki atau yang dalam bahasa Jepangnya miliki judul Oni no naku Kuni yang jika diterjemahkan secara harfiah menjadi Negara/dunia di mana Oni tiada. Mereka tidak mengeksplorasi ajaran sesat yang ada lebih lanjut, namun hanya menunjukkan, “ini lho tugasnya Watcher, ada macam-macam kasus yang bisa bikin reinkarnasi itu gagal, yaudah kita lanjut ke ceritanya Kagachi ya”.

Sayang, sidequestnya hanya bicara dan menyelesaikan misi saja. Tidak ada side quest seperti awal-awal gamenya.
Hubungan Kagachi dan setiap karakternya termasuk Mayura terasa kurang dalam berkat kekompleksan mekanisme gameplaynya yang baru.

Side questnya memang bermacam-macam, namun tidak sedetil dan menarik beberapa story filler utama yang berkesinambungan. Matinya beberapa karakter tertentu juga tidak memberikan efek sedih pada player karena ikatan yang mereka bangun kurang ditunjukkan dengan sangat kuat. Membuat saya bertanya, “kenapa saya harus sedih melihat salah satu karakter penting ini mati?”. Adegan awal saat Kagachi menyelamatkan arwah bocah kecil dan momen terakhir wanita tua yang pada dasarnya hanya NPC biasa waktu mati ditinggal suaminya, justru lebih menyentuh dibanding adegan tersebut. Membuat efek sedih yang dihasilkan I Am Setsuna dan Lost Sphear tak bisa dikalahkan oleh Oninaki. Sementara, kisah Kagachi sendiri yang sudah cukup bisa ditebak dari awal membuat rasa penasaran saya sirna. Sampai akhirnya tertutupi berkat twist yang tak bisa saya duga.

Kisah daemon sedih, tapi hanya sebatas tambahan agar kamu ingin tahu saja.

Cerita Daemon menjadi tambahan yang sangat menarik. Ia menceritakan kisah sedih selama hidupnya dan akhirnya mati. Namun sayang, menjadi kurang nyaman untuk dinikmati karena sisa ceritanya yakni di chapter setelah chapter keempat bertemu denganmu. Tak adanya tujuan, hubungan dengan Watcher atau bahkan Kagachi sendiri menjadikannya hanya terbatas sebagai bumbu yang menarik saja. Akan lebih baik lagi jika ia miliki akhir setelah kamu tamatkan gamenya. Terlebih lagi jumlahnya ada 10, plus 1 jadi 11 jika kamu telah menamatkannya. Yang berarti terdapat total 44 Daemon Story yang ngga ada gunanya sama sekali. Bayangkan waktu yang harus sia-sia terbuang untuk menggugah rasa penasaranmu saja.

Kamu akan mendapatkan daemon ini jika telah menamatkan gamenya. But, nothing, tak ada yang spesial.

Konten setelah menamatkan gamenya juga cukup tak berguna sama sekali. Pihak developer menambahkan dungeon ekstra dan Daemon baru bernama Jex yang hanya bisa kamu dapatkan setelah menamatkan gamenya. Jex cukup spesial karena bisa menggunakan semua kemampuan Daemon. Dungeonnya berisi semua monster yang telah kamu temui demi menantangmu untuk menguji kemampuanmu. Membuat saya kembali mempertanyakan fungsi dari kedua konten tersebut. “Terus, ngapain ditambah Daemon baru kalau kamu hanya bisa menggunakannya setelah gamenya tamat?”

Kesimpulan

Oninaki mencoba membawakan hal baru di dunia JRPG. Meskipun mekanik actionnya sudah terlalu umum, namun tema dan model Daemon sebagai class yang terbilang cukup baru buatnya menjadi salah satu potensi yang dimilikinya. Sayang, kisah Daemon hanya menjadi bumbu belaka tanpa adanya kelanjutan.

Ketergesaan Tokyo RPG Factory dalam menggarap gamenya juga nampak sangat jelas. Terbukti bahwa mereka tidak mengeksplorasinya lebih dalam, membuat dunia orang hidup dan mati terasa sama saja tanpa side quest yang berarti. Hal ini mempengaruhi lore dunianya menjadi kurang padat. Buatnya hanya fokus pada cerita Kagachi yang telah digarap dengan cukup rapi. Sementara, kisah sampingannya terasa biasa saja dan terkesan tak mendukungnya.

Usaha developer untuk mengikuti kisah sedih yang mereka hadirkan di dua game mereka sebelumnya memang pantas diacungi jempol. Namun sayang, ikatan antar karakter yang kurang begitu dalam membuat kisah NPC justru lebih mengharukan dibanding karakter utama.

Beberapa masalah teknis untuk versi PC buat mereka seolah tidak niat mengerjakan porting gamenya. Terkesan menjadi game yang dikerjakan secara terburu-buru. Konten endgamenya juga kurang menarik. Seolah terasa dipaksakan dan tidak rewarding sama sekali.

Memang, gamenya sendiri bukan game yang besar sekelas Final Fantasy, namun studio yang berbasis di Tokyo ini seharusnya bisa menjadi backup game-game besar Square-Enix yang lainnya saat mereka sedang fokus pada franchise utama mereka.

Untuk saat ini saya tidak menyarankanmu untuk menikmatinya, mengingat harganya yang nyaris setara game AAA. Namun, jika kamu ingin mencicipi game JRPG klasik dengan ide yang cukup fresh dan unik yang berbeda dari yang lain, maka Oninaki bisa menjadi pilihanmu.



This post first appeared on Gamebrott Portal Beriita Videogame, please read the originial post: here

Share the post

Oninaki Review – Kematian adalah Awal dari Segalanya

×

Subscribe to Gamebrott Portal Beriita Videogame

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×