Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Syeikh Tamim: Saudara Kandung Syeikh Nawawi Al-Bantani, Perintis Perjalanan Haji Indonesia

 

Jamaah haji Indonesia menuju Makkah bersama seorang perwira Belanda di Kapal Kongsi Tiga (Eye Film Museum)

Tidak sepopuler Syeikh Nawawi Al-Bantani, Syeikh Tamim Banten adalah orang pribumi pertama yang membuka biro perjalanan haji di Nusantara untuk jamaah haji ke Makkah

ARTIKEL singkat Ahmad Ginanjar Sya’ban membahas Syeikh Tamim, seorang ulama dan pengusaha asal Banten yang namanya luput disebut dalam pentas sejarah umat Islam Indonesia.

Sumber utama tentang tokoh ini terdapat dalam manuskrip “Tarajim Ulama Jawah”, yang ditulis oleh Raden Abubakar Djajadiningrat dan disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Syeikh Tamim tidak hanya dikenal sebagai ulama terkemuka, tetapi juga berhasil sebagai pengusaha bersekala internasional yang berkantor di Singapura. Informasi ini menjadi langka dan menarik karena keterbatasan referensi sejarah yang menyebutkan namanya.

Raden Abubakar Djajadiningrat, seorang bangsawan Sunda putera Raden Adipati Aria Natadiningrat yang pernah menjabat sebagai Bupati Pandeglang ini, dikenal karena kedekatannya dengan Snouck Hurgronje, seorang orientalis berpengaruh yang menjadi penasehat resmi kerajaan Belanda untuk urusan Pribumi di Hindia.

Keduanya pernah bekerja bersama di kantor konsulat Belanda di Jeddah sekitar tahun 1884-1912, menambah dimensi menarik pada hubungan antara intelektual Indonesia dan orientalis Eropa pada masa itu.

Kitab Tarajim Ulama Jawah yang dikirim oleh Djajadiningrat kepada Snouck Hurgronje di Leiden, tiba di meja kerjanya pada 17 Desember 1887. Manuskrip inilah yang kemudian menjadi salah satu sumber utama yang digunakan Snouck dalam bukunya “Mekka” (terbit tahun 1888), di mana ia mendokumentasikan beberapa ulama Nusantara yang berkarir di Makkah pada perempat terakhir abad ke-19 M.

Ini menunjukkan pentingnya kontribusi Djajadiningrat dalam menyediakan informasi tentang ulama Nusantara untuk karya sang orientalis terkenal tersebut.

Ulama Nusantara yang berkarier di Makkah dan tersebut namanya dalam kitab Tarajim Ulama Jawah karya Abubakar Djajadiningrat itu adalah Syeikh Tamim Banten, saudara kandung Syeikh Nawawi Al-Bantani, ulama terkemuka di Hijaz. Kedua nama tokoh itulah yang kemudian dikutip oleh Snouck dalam bukunya “Het Mekkaansche feest”.

Snouck lahir di Oosterhout pada 1857, ia menjadi mahasiswa teologi kristen di Universitas Leiden pada tahun 1874. Gelar doktor diraihnya di Leiden pada tahun 1880 setelah berhasil menyelesaikan disertasinya ‘Het Mekkaansche feest’ (“Perayaan Makkah”) dan menjadi profesor di Sekolah Pegawai Kolonial Sipil Leiden pada 1881.

Jika masyarakat muslim Nusantara banyak mengenang dan mengenal sosok Syeikh Nawawi Al-Bantani sebagai seorang ulama besar Makkah, penghulu ulama Hijaz, penulis puluhan karya dalam bahasa Arab, dan juga mahaguru para ulama Nusantara pada zamannya, maka tidak demikian halnya dengan sosok adik kandungnya Syeikh Tamim.

Meskipun memiliki kemampuan agama yang mumpuni seperti kakaknya, ia justru lebih memilih profesinya dengan menjadi seorang pengusaha.

Melalui manuskrip “Tarajim” dan “Makka”, dapat dilacak bahwa Syeikh Tamim Banten menjadi orang pribumi pertama yang membuka biro perjalanan haji di Nusantara, dengan kepemilikan kapal-kapal layar sebagai moda transportasi yang dia gunakan untuk mengangkut jamaah haji dari Nusantara ke Makkah.

Meskipun kurang dikenal secara luas, kontribusinya sebagai pengusaha biro perjalanan Haji itulah menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan haji Nusantara.

Snouck mencatat bahwa usahanya itu dirintisnya sebelum kapal uap digunakan, hal tersebut menunjukkan ketekunannya dalam bidangnya. Menurut Snouck pula, sebelum usaha itu berkembang menjadi biro perjalanan haji, Syeikh Tamim berprofesi sebagai “muthawwif”, semacam pembimbing (guide) dan agen yang mengurusi segala keperluan ibadah haji para jama’ah di Makkah.

Profesi “muthawwif” ini juga sekaligus menjalankan peran “badal haji”. Tampaknya, usaha pertamanya sebagai penyedia biro perjalanan haji dan profesi keduanya sebagai “muthawwif” di Makkah saling berkaitan.

Hal ini karena keduanya terlibat dalam pelayanan ibadah haji bagi para jemaah. Perannya sebagai pengusaha perjalanan haji dapat membantu memfasilitasi dan menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh jamaah haji Nusantara yang ingin melaksanakan ibadah haji di Makkah, menciptakan hubungan antara bisnisnya di Singapura dan tugasnya sebagai “muthawwif” di tanah suci.

Snouck mencatat bahwa Syeikh Tamim Banten awalnya menjadi orang kaya melalui pekerjaannya, tetapi omset keuangannya mengalami penurunan setelah dibukanya rute kapal uap dari Batavia ke Jeddah oleh perusahaan Belanda.

Akibatnya, Syeikh Tamim memilih menetap di Penang, Malaya dan bukan di tempat kelahirannya di Banten. Menurut Snouck, tekanan dari pemerintah kolonial Belanda terhadap Syeikh Tamim dan ulama Banten lainnya, terutama setelah peristiwa “Geger Cilegon” pada tahun 1888, menjadi faktor logis dalam keputusan ini.

Syeikh Tamim Banten, seperti kakak kandungnya, Syeikh Nawawi Al-Bantani, dan saudara-saudaranya yang semuanya menetap di kota suci Makkah, lahir di Tanara, Serang, Banten pada awal tahun 1800-an.

Meskipun tidak sepopuler kakaknya sebagai ulama, Syeikh Tamim memiliki kemampuan bahasa Arab yang sangat baik. Snouck mencatat bahwa Tamim bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan sangat fasih, menunjukkan keterampilannya dalam penggunaan bahasa ini.

Syeikh Tamim memulai pendidikan agama Islam sejak usia lima tahun, belajar langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudaranya, ia mempelajari pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran, dan tafsir.

Pada usia delapan tahun, bersama kakanya Syeikh Nawawi Al-Bantani, Tamim dan adiknya Ahmad Syihabuddin, belajar agama kepada KH. Sahal, seorang ulama terkenal di Banten. Ia kemudian melanjutkan menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta, menandakan perjalanan pendidikannya yang terus berkembang hingga Tamim dan dua orang saudaranya lantas menjadi mukimin di kota suci Makkah.

Syeikh Tamim dan keenam saudaranya, yaitu Syeikh Nawawi Al-Bantani, Sa’id, Abdullah, Tsakilah, Sariyah, dan Ahmad Syihabudin, adalah anak-anak dari pasangan bangsawan Banten, Umar bin Arabi, dan Siti Zubaiadah binti Muhammad Singaraja.

Keluarga mereka memiliki latar belakang yang kaya dalam tradisi dan budaya Banten. Ayahnya merupakan generasi ke-8 keturunan langsung Syeikh Tajuk Arsy yang bergelar Pangeran Sunyararas anak dari Maulana Hasanuddin, raja pertama kesultanan  Banten yang bergelar Pangeran Sabakingking putera Sunan Gunung Jati, salah seorang walisongo.

Sebagaimana penguasa Islam lainnya di Nusantara yang berpengaruh, nasab Syeikh Tamim dan saudara-saudaranya disebutkan dapat ditelusuri hingga kepada Fatimah Azzahra, puteri Rasulullah Muhammad ﷺ.

Hal ini menunjukkan pentingnya warisan keturunan dan hubungan mereka dengan keluarga Rasulullah dalam konteks spiritual dan budaya di masyarakat Nusantara. Berikut adalah silsilah beliau yang dikutip dari berbagai sumber tercatat sebagai berikut;

Syeikh Tamim bin Umar bin Arabi’ bin Ali bin bin Jamad bin Janta bin Masbuqiel bin Masqun bin Masnoon bin Maswi bin Syeikh Tajuk Arsy (Pangeran Sunyararas) bin Sultan Maulana Hasanuddin (Pangeran Sebakiking – Sultan Banten Pertama) Ibnu Pangeran Syarif Hidayatullah bin Sultan Maulana Syarif Abdullah Mahmud Umdatuddin (Maulana Ishaq Syarif Abdullah- Raja Champa 1471-1478) bin Ali Nurul Alam (Ali Nurul Alam) Azamat Khan Bin Sayyid Husain Jumadil Kubro bin Sayyid Jamaluddin Akbar Azamat Khan al-Husaini (Syekh Jumadil Kubro) bin Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmat Khan bin Sayyid Abdullah Azamat Khan bin Sayyid Abdul Malik Azamat Khan bin Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut) bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath (Hadramaut) bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alawi ats-Tsani bin Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Sayyid Alawi Awwal bin Sayyid al-Imam ‘Ubaidillah bin Sayyid Ahmad al-Muhajir bin Sayyid ‘Isa Naqib ar-Rumi bin Sayyid Muhammad an-Naqib bin Sayyid al-Imam Ali Uradhi bin Sayyidina Ja’far ash-Shadiq bin Sayyidina Muhammad al-Baqir bin Sayyidina Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib

Informasi tentang Ismail Tamim Albantani Al-Makkiy, yang pernah menjadi salah satu Imam di Makkah, menunjukkan kelanjutan warisan keilmuan dari Syeikh Tamim Banten.

Sebagai pemilik nama lengkap Sheikh al-Muqri’ Dato’ Ismail Tamim bin ‘Abd. al-‘Aziz al-Bantaniy al-Makkiy, ia memberikan kontribusi penting dalam bidang keilmuan di Nusantara, khususnya di Malaysia.

Hal ini mencerminkan pentingnya peran keluarga Syeikh Tamim dalam melestarikan dan mengembangkan ilmu agama bagi dunia dan peradaban Islam.*/Abdullah Abukabar Batarfie, Ketua Pusat Dokumentasi & Kajian Al-Irsyad Bogor



This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

Syeikh Tamim: Saudara Kandung Syeikh Nawawi Al-Bantani, Perintis Perjalanan Haji Indonesia

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×