Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

AIPAC, Pelobi Utama Israel di Amerika Serikat Sejak 1951

AIPAC meraih tingkat kekuasaan dan pengaruh yang baru pada tahun-tahun pemerintahan Reagan. Foto/Ilustrasi: forward
Mantan anggota Kongres AS , Paul Findley (1921 – 2019), menyebut pengaruh Israel terhadap pemerintah AS telah menjadi legenda, terutama disebabkan oleh apa yang disebut lobi Israel.

Menurutnya, meskipun ada suara-suara yang berusaha untuk mengecilkan kekuatannya, sesungguhnya semua politisi, orang-orang di balik pemberitaan, dan orang-orang lain yang telah berhadapan dengan lobi itu membuktikan pengaruh yang luar biasa besarnya dari para pendukung Israel di Kongres dan dalam perumusan kebijaksanaan Luar Negeri AS.

"Di antara begitu banyak kelompok pro Israel, tidak ada yang diorganisasi secara lebih baik, lebih aktif, atau lebih kuat dibanding AIPAC, lobi utama yang mendukung Israel di Amerika Serikat sejak 1951," tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).

AIPAC adalah akronim American Israel Public Affairs Committee. Pengaruhnya pada Kongres sangat besar sehingga selama ini Israel dapat menikmati tingkat bantuan keuangan yang luar biasa dan keuntungan-keuntungan istimewa, yang kesemuanya diberikan hanya melalui sepatah kata dalam diskusi serius.

Paul Findley menyebut AIPAC menjadi sasaran iri hati lobi-lobi lainnya karena aksesnya yang sangat mudah ke tingkat-tingkat pemerintahan tertinggi. Kini AIPAC mempunyai anggaran belanja tahunan US$15 juta, kira-kira lima puluh ribu anggota pemberi iuran, dan, selain markas besarnya di Washington, D.C., beberapa kantor lain di delapan kota. Dukungannya terhadap seorang kandidat politik biasanya mendatangkan sumbangan-sumbangan dari hampir seratus komite aksi politik pro Israel di seluruh negeri.

Pengaruh Besar

Pada 1987 New York Times melaporkan bahwa AIPAC telah menjadi kekuatan utama dalam menyusun kebijaksanaan Amerika Serikat di Timur Tengah... Organisasi ini telah meraih kekuasaan untuk mempengaruhi pemilihan kandidat presiden, menghalangi praktis setiap penjualan senjata ke sebuah negara Arab dan bertindak sebagai katalisator bagi hubungan militer yang erat antara Pentagon dan angkatan bersenjata Israel.
Para pejabat puncaknya dimintai nasihat oleh Kementerian Luar Negeri dan para penyusun kebijaksanaan Gedung Putih, para senator, dan jenderal.

Laporan Times itu menyimpulkan bahwa AIPAC "telah menjadi sasaran kecemburuan para pelobi yang saling bersaing dan kecaman para ahli Timur Tengah yang ingin menguatkan ikatan dengan bangsa-bangsa Arab pro Barat".

Satu tahun kemudian, seorang wartawan lepas Eric Alterman menyelidiki AIPAC dan sampai pada penilaian yang sama. Dia melaporkan: "Tak diragukan lagi, AIPAC adalah lobi etnis paling kuat dalam sejarah Amerika belakangan ini. Dapat dikatakan bahwa, sesungguhnya, ia merupakan lobi Washington paling kuat di antara semua lobi lainnya... pengaruh AIPAC dapat dirasakan bukan hanya di Capitol Hill tetapi juga di Gedung Putih, Pentagon, kementerian luar negeri, kantor perbendaharaan negara, dan sejumlah kantor lainnya. Dan pengaruhnya tidak tergantung pada bantuan dari suatu pemerintahan yang bersahabat; lebih sering, justru sebaliknyalah yang terjadi."

Kathleen Christison, mantan analis CIA, menulis pada 1988: "Di bawah [Presiden] Reagan, AIPAC telah menjadi mitra dalam penyusunan kebijaksanaan... Komite Urusan Publik Israel-Amerika itu telah menyusup sedemikian jauh di Gedung Putih dan juga di Kongres sehingga mustahil untuk memastikan di mana tekanan lobi itu akan berhenti dan pemikiran presiden yang independen dimulai."

Superlobi

AIPAC meraih tingkat kekuasaan dan pengaruh yang baru pada tahun-tahun pemerintahan Reagan. Kekuatannya telah tumbuh demikian pesat sehingga koresponden-veteran Hedrick Smith melaporkan dalam The New York Times bahwa ia merupakan suatu "superlobi..."

AIPAC berhasil mengembangkan kekuatan politik yang begitu besar sehingga pada 1985, AIPAC dan sekutu-sekutunya dapat memaksa Presiden Reagan untuk mengingkari perjanjian pembelian senjata yang telah disepakati bersama Raja Hussein [dari Yordania].

Pada 1986, lobi pro Israel itu berhasil mencegah Reagan membuat kesepakatakan pembelian jet tempur dengan Saudi Arabia; dan Menteri Luar Negeri George Shultz harus duduk bersama Direktur Eksekutif AIPAC --bukan para pemimpin kongres-- untuk menentukan sejauh mana penjualan persenjataan kepada Arab Saudi masih dapat diterima AIPAC. "

AIPAC begitu mendominasi pemerintahan Reagan sehingga Direktur Eksekutif AIPAC Thomas A. Dine melaporkan pada konferensi kebijaksanaan tahunan AIPAC kedua puluh tujuh pada 1986 bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan Israel tidak pernah sebaik ini sebelumnya --dan, secara implisit, itu berarti juga hubungan dengan AIPAC.

Dine mengatakan bahwa dalam proses perkembangan itu "seluruh jumlah pemilih baru yang mendukung Israel tengah dibangun tepat di wilayah di mana kita paling lemah --di antara para pejabat pemerintahan di negara bagian, di departemen-departemen perbendaharaan negara dan pertahanan, di CIA, di agen-agen ilmu pengetahuan, perdagangan, pertanian, dan di agen-agen lainnya."

Dia menambahkan bahwa Presiden Reagan dan Menteri Luar Negeri Shultz adalah dua sahabat terbaik Israel dan akan "meninggalkan suatu warisan yang penting artinya bagi keamanan Israel selama dasawarsa-dasawarsa mendatang."

Shultz, katanya, telah bersumpah padanya "untuk merintis persetujuan-persetujuan institusional sehingga delapan tahun dari sekarang, jika ada seorang menteri luar negeri yang tidak bersikap positif terhadap Israel, dia tidak akan mampu mengatasi hubungan birokratis antara Israel dan AS yang telah kita bangun kini."

Di kemudian hari pada 1986, mantan staf AIPAC Richard B. Straus menulis di The Washington Post bahwa "kebijaksanaan Timur Tengah Amerika telah berubah demikian dramatisnya dengan berpihak pada Israel" sehingga kini hal semacam itu hanya dapat dilukiskan sebagai suatu "revolusi."
Dia mengutip Dine yang mengatakan bahwa hubungan istimewa itu "merupakan suatu kemitraan yang mempunyai dasar luas dan mendalam, yang berkembang dari hari ke hari menuju suatu aliansi diplomatik dan militer sepenuhnya."

Straus menambahkan: "Para pendukung negara-negara Arab di Kementerian Luar Negeri mengakui bahwa kepentingan-kepentingan Arab hampir tidak pernah dijadikan bahan dengar pendapat di Washington sekarang ini. 'Biasanya kami mempunyai dua jalur kebijaksanaan,' kata seorang mantan pejabat Kementerian Luar Negeri. 'Kini hanya kepentingan-kepentingan Israel yang dipertimbangkan."

Dalam kenyataannya, hubungan itu menjadi demikian eratnya di masa pemerintahan Reagan sehingga tidaklah luar biasa jika para pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri dan Dine dari AIPAC membahas secara pribadi isu-isu kebijaksanaan Timur tengah dan cara menanganinya di Kongres.

Dine bahkan menerima telepon pribadi dari Presiden Reagan yang mengucapkan terima kasih kepadanya secara pribadi atas dukungan AIPAC dalam mencapai persetujuan kongres untuk mempertahankan Angkatan Laut AS di Lebanon pada 1983.

AIPAC diberitahu dua belas jam sebelum Asisten Menteri Luar Negeri untuk Permasalahan Timur Dekat Richard Murphy mengetahui tentang keputusan pemerintahan Reagan tahun 1984 untuk membatalkan penjualan persenjataan kepada Yordania dan Saudi Arabia.

Hubungan itu mendingin pada masa pemerintahan Bush, namun tidak sepenuhnya. Menteri Luar Negeri James A. Baker III memanggil Dine guna meminta bantuannya dalam upaya pemerintah untuk meyakinkan Israel agar menunda tuntutannya atas US$10 miliar dalam bentuk garansi pinjaman pada 1991. Dine menolak permintaan itu.

-pertontonkan-israel-yang-rentan-lemah-dan-impoten-1696842656">Operasi Badai Al-Aqsa Pertontonkan Israel yang Rentan, Lemah dan Impoten
(mhy)
Miftah H. Yusufpati


This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

AIPAC, Pelobi Utama Israel di Amerika Serikat Sejak 1951

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×