Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Mulanya Dinasti Mamluk di Mesir

ILUSTRASI Benteng peninggalan Dinasti Mamluk di Mesir. Dinasti itu didirikan kalangan militer mantan budak atau keturunan budak.. | DOK REP AGUNG SUPRIYANTO 

Ahmad al-Usairy dalam Sejarah Islam menjelaskan, kata mamluk berarti ‘budak yang dibeli dengan uang.’ Istilah tersebut dalam bahasa Arab agak berbeda dengan ’abd.

Yang pertama itu adalah hamba sahaya yang berasal Dari kedua orang tua berstatus merdeka, tetapi pada masa anak-anak mereka dirampas dari bapak-ibunya dan akhirnya diperjualbelikan sebagai budak. Adapun 'abd berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh kedua orang tua yang juga berstatus budak.

Dalam pengertian lain, mamluk (bentuk jamak: mamalik) merujuk pada golongan budak yang berkulit putih, sedangkan ’abd berkulit hitam. Sebagian mamluk datang dari kaum Persia, Turki, Kurdi, dan Kaukasus. Ada pula yang berasal dari Eropa atau Romawi Timur (Bizantium).

Menurut al-Usairy, riwayat Dinasti Mamluk terbagi ke dalam dua fase, yakni Mamluk Bahriyah (648-792 H/1250-1389 M) dan Mamluk Barjiyah (792-923 M/1389-1517 M). Secara keseluruhan, pemerintahan keduanya berlangsung dalam kurun waktu 275 tahun. Dalam masa yang panjang itu, wangsa non-ningrat tersebut berperan besar dalam menjaga kedaulatan Islam.

Peta wilayah kekuasaan Dinasti Mamluk pada masa jaya hingga menjelang akhirnya. - (DOK BLOGSPOT)

Kemenangan mereka dalam Perang Ain Jalut pada 25 Ramadhan 658 H/3 September 1260 M merupakan bukti kehebatannya. Pertempuran tersebut memperhadapkan antara Dinasti Mamluk Bahriyah dan Mongol. Beberapa tahun sebelumnya, bangsa Mongol telah mencaplok satu per satu negeri Islam di sekujur Asia tengah dan sebagian besar Asia Barat.

Sejak pertengahan abad ke-13 M, anak keturunan Temujin atau Jenghis Khan (1162-1227) mulai menjadi ancaman besar bagi umat. Puncaknya adalah kejatuhan Baghdad. Pada Februari 1258, balatentara Hulagu Khan membumihanguskan pusat Kekhalifahan Abbasiyah itu. Ratusan ribu Muslimin dibantainya. Kota Seribu Satu Malam—yang telah berabad-abad lamanya menerangi peradaban dunia—seketika menjadi kota mati.

Seandainya pasukan Muslimin yang dipimpin Sultan Mamluk Bahriyah, Saifuddin Quthuz, tidak mampu menghalau balatentara Hulagu Khan, peradaban dunia tidak akan seperti yang dikenal saat ini. Ya, Ain Jalut merupakan sebuah titik balik sejarah.

Peta yang menggambarkan pergerakan dua pasukan di Ain Jalut. Dalam pertempuran pada Ramadhan 658 H itu kaum Muslimin meraih kemenangan telak. - (DOK WIKIPEDIA)

Untuk pertama kalinya, Mongol menderita kekalahan telak sehingga tidak mampu membalas. Di lembah tersebut, mitos bahwa agresi yang dilakukan bangsa dari Asia Timur itu tidak terbendung seketika pupus.

Mamluk Bahriyah juga berperan penting dalam menggerakkan jihad untuk mengusir Tentara Salib. Pada 590 H/1291 M, pasukan yang dikomandoi Sultan Quthuz berhasil membebaskan Syam dari cengkeraman agresor tersebut. Kerajaan Latin Yerusalem pun dapat dikuasainya. Sesudah itu, kawasan Mediterania timur kembali berada dalam kendali Muslim. Termasuk di dalamnya adalah Baitul Makdis.

Pasca era-Saladin

Awal kelahiran Dinasti Mamluk Bahriyah yang berpusat di Mesir tidak terlepas dari situasi Dinasti Ayyubiyah yang kian merosot. Wangsa yang namanya mengadopsi dari sosok Sultan Shalahuddin al-Ayyubi itu kian melemah. Apalagi, sesudah tokoh yang disebut Barat sebagai Saladin itu wafat pada 1193. Maka, memasuki abad ke-13 M, kekuasaan Bani Ayyubiyah di Mesir diwarnai intrik politik yang kian gawat.

Antara tahun 1240 dan 1249, Sultan as-Shalih Ayyub menjadi penguasa Ayyubiyah. Semasa berkuasa, ia membina para budak (mamluk) dari Asia barat. Para hamba sahaya itu sejak masih berusia muda sudah dibinanya agar menjadi prajurit-prajurit tangguh di kemudian hari. Mereka ditempatkan di sebuah pulau yang berada dekat muara Sungai Nil, yakni Pulau Raudhah. Di sana, sang raja membangun pusat-pusat pelatihan militer, ketangkasan, balai pendidikan, serta barak-barak sebagai tempat tinggal mereka.

Dengan demikian, para mamluk yang direkrut as-Shalih Ayyub hidup terisolasi dari umumnya masyarakat lokal. Saat dewasa, walaupun statusnya sudah merdeka, mereka menjadi tentara yang sangat terlatih dan setia pada atasan. Banyak di antaranya yang diangkat menjadi panglima. Karena semasa kecil hingga remaja ditempatkan di sebuah pulau, kalangan tersebut juga dikenal dengan sebutan “para budak lautan” atau al-mamalik al-bahriyyah. Dari situlah, nama Dinasti Mamluk Bahriyah berasal.

Lukisan yang menggambarkan sosok Syajar ad-Dur. - (DOK WIKIPEDIA)

Pada 1249, as-Shalih Ayyub gugur dalam sebuah perang melawan Tentara Salib di Dimyath. Untuk menjaga semangat juang pasukan Muslimin, istrinya yang bernama Syajar ad-Dur menyembunyikan berita tentang kematian sang suami. Kemudian, wanita yang sesungguhnya berdarah non-ningrat itu mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala pemerintahan de facto Ayyubiyah. Selama 80 hari, dinasti tersebut dipimpin oleh seorang ratu.

Meskipun terus dirahasiakan, kabar wafatnya as-Shalih Ayyub akhirnya bocor juga. Putra mahkota almarhum, Turansyah, lantas bertolak dari Syam—tempatnya bertugas sebagai gubernur—ke Mesir untuk mengambil haknya atas takhta. Namun, sesampainya di lembah Sungai Nil anak tiri Syajar ad-Dur itu dibunuh sekelompok orang. Kuat dugaan, mereka adalah orang suruhan sang ratu.Rol



This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

Mulanya Dinasti Mamluk di Mesir

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×