Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Lebih Jujur soal Kartoesoewirjo, Korban Pendzaliman Sejarah

Di dalam buku pelajaran sejarah, juga di berbagai museum yang memuatnya, sosok Sekar Maridjan Kartosoewiryo digambarkan sebagai sosok pengkhianat, gembong pemberontak, dan bahkan teroris, terkait dengan Gerakan Darul Islam-nya (DI/TII). Benarkah demikian? Tulisan ini setidaknya membuka paradigma baru tentang siapa sebenarnya Kartosoewiryo:

Sejarah Singkat

Namanya barangkali tak setenar Mohammad Natsir, Isa Anshari, Buya Hamka atau politisi muslim lainnya. Ketika kita membaca buku sejarah yang biasa diajarkan kepada siswa SMP ataupun SMA biasanya kita akan mendapati namanya identik dengan sebuah pemberontakan yang mengancam kesatuan NKRI sehingga namanya menjadi tabu untuk diperbincangkan.

Pandangan politik yang berseberangan dengan Soekarno-lah yang membuat nama Beliau menjadi tercoreng di kebanyakan masyarakat NKRI. Namun jika kita melihat kembali sejarah secara jujur, jasa beliau terhadap kemerdekaan Indonesia bukanlah hal yang remeh. Dia-lah Sekarmadji Maridjan Kartoesowirjo pendiri gerakan Darul Islam atau yang lebih dikenal dengan Negara Islam Indonesia. Sebuah gerakan politik yang menentang penjajahan Belanda atas umat Islam Indonesia.

S.M. Kartosoewirjo lahir di kota Cepu, Jawa Tengah pada tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1962 ditangan eksekutor TNI. Beliau adalah salah satu murid H.O.S Tjokroaminoto bersama dengan Soekarno dan Semaun. Menariknya meskipun 1 guru, 3 murid Tjokroaminoto ini mengambil pilihan hidup yang berlainan sekaligus bertentangan yang dikemudian hari akan mewarnai perjalanan sejarah Indonesia.

Dari Soekarno yang berpaham nasionalis sekuler lahirlah Proklamasi negara Pancasila pada tahun 1945, berawal dari Semaun yang berpaham komunis lahirlah proklamasi Negara Soviet Indonesia di Madiun pada tahun 1948 dan dari S.M Kartoesoewirjo lahirlah proklamasi Negara Islam Indonesia pada tahun 1949.

Kartoesoewirjo adalah anak seorang mantri candu yang mempunyai kedudukan tinggi dikalangan masyarakat pribumi. Tahun 1901 belanda memberlakukan politik etis untuk kalangan pribumi dengan menyediakan fasilitas pendidikan yang layak.

Berkat kedudukannya yang terhormat di mata masyarakat, Kartoesoewirjo melanjutkan pendidikan di Sekolah Kedokteran Belanda di Surabaya. Tetapi dikemudian hari Kartoesoewirjo dikeluarkan dari sekolah tersebut karena dituduh komunis.

Kartoesoewirjo bekerja di harian Fadjar Asia sebagai pimpinan redaksi, beliau sering menulis tulisan tentang penentangan terhadap penjajahan belanda termasuk terhadap raja dan bangsawan jawa yang bekerjasama dengan pihak kolonial.

Karir politiknya teruji ketika beliau bergabung dengan Jong Java, namun keberpihakannya kepada ideologi Islam membuatnya bergabung dengan Jong Islamieten Bond (JIB). Berkat bergabung dengan organisasi inilah beliau menjadi salah satu pelaku sejarah monumental yaitu Sumpah Pemuda.


Karir politik beliau semakin melejit ketika menjadi pengurus Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Ketika banyak organisasi-organisasi di Indonesia bekerjasama dengan pihak kolonial. Di PSII, Kartoesowirjo dipercaya untuk menyusun brosur sikap hijrah yang akan menjadi haluan politik PSII. Oleh karena itu beliau disebut juga sebagai konseptor politik “Hijrah” bagi PSII dengan tidak mau berkompromi dengan penjajah.

Haluan politik ini tetap beliau pegang meskipun dikemudian hari banyak anggota PSII yang tidak setuju. Bahkan karena keteguhan haluan politik hijrahnya membawa konsekuensi beliau bergerilya di hutan-hutan menghindari kejaran TNI.

Sejarah yang perlu diluruskan

Pepatah mengatakan bahwa “sejarah ditulis oleh mereka yang menang”. Mencermati sejarah gerakan beliau yaitu Darul Islam dari sudut pandang kurikulum sejarah kita akan menemukan bahwa gerakan beliau adalah sebuah pemberontakan yang merongrong kesatuan NKR dan mendirikan Negara dalam Negara.

Padahal sejarah berbicara tidak demikian, gerakan yang beliau pimpin diproklamasikan di daerah Jawa Barat yang sedang berada dalam kondisi kosong kekuasaan (Vaacum of Power) akibat ditinggalkan TNI tepatnya divisi Siliwangi dan perangkat pemerintahan Republik Indonesia yang eksodus ke Yogyakarta akibat konsekuensi perjanjian Renville yang ditanda-tangani pada tahun 1948. Pada awalnya beliau tak memberontak kepada proklamasi 1945.

Namun kekecewaan demi kekecewaan beliau alami hingga puncaknya pada tahun 1948 ketika terjadi perjanjian Renville. Beliau menganggap Republik sebagai para tentara yang kabur dari medan perang dan telah menjual kedaulatan bangsanya.

Sebelum renville, perjanjian Linggarjati juga telah merugikan bagi Indonesia. Perjanjian Renville membuat teritorial RI hanya berkisar Yogyakarta dan sekitarnya sedangkan proklamasi Darul Islam dikumandangkan di Jawa Barat tepatnya di daerah Tasikmalaya. Sehingga secara nalar hubungan antara NII dan RI bukanlah negara dalam negara tetapi negara dengan negara dikarenakan memilki wilayah kekuasaan yang berbeda.

Tentara Republik memilih meninggalkan Jawa Barat sedangkan Laskar Hizbullah yang dipimpin oleh Kartoesoewirjo memilih mempertahankannya bersama rakyat Jawa Barat dari cengkraman kolonialisme.

Ketika daerah Jawa Barat mengalami kosong kekuasaan, berkumpullah para ulama-ulama untuk bermusyawarah yang menghasilkan Konferensi Cisayong, Qanun Asasi/UU Dasar, dan peleburan laskar Hizbullah dan Sabilillah menjadi Tentara Islam Indonesia (TII).

Terkait konferensi Cisayong, sebagai gambaran singkat, konferensi cisayong berisi 7 butir tahapan perjuangan Islam yang memiliki tujuan akhir pan Islamisme yaitu penegakan Khilafatul Islam di muka bumi. Jadi tidak benar jika ada anggapan NII hanyalah gerakan lokal. jika kita mencermati hasil konferensi cisayong kita akan melihat bahwa NII adalah salah satu tahap untuk menuju tujuan akhir sebenarnya yaitu tegaknya Khilafatul Islam di muka bumi.

Ditengah kekosongan kekuasaan atas wilayah Jawa Barat, Kartoesowirjo akhirnya memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia pada tanggal 7 Agustus 1949.

Dan inilah proklamasi yang beliau serukan :



PROKLAMASI BERDIRINYA NEGARA ISLAM INDONESIA

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan nama Alloh yang Maha Pemurah dan yang Maha Asih

Asyhadu anlaa ilaaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadan Rosulululloh

Kami ummat Islam bangsa Indonesia menyatakan BERDIRINYA NEGARA ISLAM INDONESIA maka hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu ialah HUKUM ISLAM.

Allohu Akbar! Allohu Akbar! Allohu Akbar!

Atas nama ummat Islam bangsa Indonesia

Imam Negara Islam Indonesia

S.M. Kartosuwiryo

Madinah – Indonesia, 12 Syawal 1368/ 7 Agustus 1949

Dikemudian hari, Belanda dengan sifat munafiknya melanggar perjanjian Renville dengan menyerang teritorial RI di Yogyakarta hingga Yogya dikuasai dan pemerintahan republik mengibarkan bendera putih sbg tanda menyerah kepada belanda.

Atas dasar itu maka diinstruksikan Tentara Republik untuk kembali ke pos yang telah ditinggalkannya di Jawa Barat. Setelah itu maka bertemulah divisi siliwangi TNI dan TII di Jawa Barat, pihak TII menjelaskan bahwa selama Jawa Barat ditinggalkan oleh mereka, merekalah yang mempertahankan Jawa Barat dan telah diproklamasikan NII di wilayahnya.



Namun sayang sekali pihak TNI tidak menerima sehingga terjadilah perseteruan berlarut-larut antara TII dan TNI yang berakhir dengan tertangkapnya SM Kartoesoewirjo pada tahun 1962. Namun, sejarah yang diajarkan kepada para pelajar bertahun-tahun secara Dzalim mencap beliau dan gerakannya sebagai sebuah pemberontakan.

Pemikiran Beliau

Meskipun tak pernah mengenyam pendidikan Islam secara formal, melihat tulisan Kartoesowirjo terasa kental sekali corak ideologi Islamnya. Beliau adalah seorang pemikir Islam yang menyusun konsep politik “Hijrah” lewat brosurnya sekaligus seorang Negarawan.

Lewat beliau-lah cita-cita Pan Islamisme Tjokroaminoto dilanjutkan setelah 2 murid lainnya yaitu Soekarno dan Semaun memilih pedoman hidup selain Islam untuk masa depan bangsanya. Secara konsep, jika kita membaca karya pemikir Islam terkemuka lainya seperti ideolog Ikhwanul Muslimin Sayyid Quthb dan Abul A’laa Al Maududi pendiri Jemaat Al Islami Pakistan terasa sekali kesamaan corak pergerakan beliau dengan mereka.

Padahal beliau tak tercatat pernah berinteraksi dengan mereka. Apakah karena kesatuan sumber pikiran ?

Bahkan Kartoesowirjo seperti telah merealisasikan buah pikiran mereka dalam bentuk praktis yaitu tegaknya sebuah tatanan kehidupan Islam selama 13 Tahun meskipun akhirnya dikalahkan oleh tentara Soekarno.

Dengan tulisan ini, penulis hanya tidak ingin kedzaliman sejarah ini terus menerus ditanamkan kepada generasi bangsa, adalah sebuah kekhawatiran dicabutnya keberkahan oleh Allah S.W.T kepada negeri Indonesia akibat dibangun diatas kebohongan dan pembunuhan karakter terhadap tokoh yang seharusnya dihormati.

Seorang pejuang kemerdekaan. Sungguh upaya pelurusan sejarah bagi mereka yang mengetahui adalah sangat penting untuk generasi bangsa agar mereka mengetahui kebenaran sejarah bangsanya. Terlepas dari pihak pro atau kontra, bukankah Allah telah membimbing kita agar jangan sampai kebencianmu terhadap suatu kaum menghalangimu untuk berlaku adil ?

Haluan politik hijrahnya-lah yang membuat perbincangan tentang Kartoesowirjo penulis rasa berbeda dengan Negarawan Muslim yang lain seperti tokoh partai Masyumi yang cenderung mengekor dan toleran terhadap pemerintahan Nasionalis Sekuler pimpinan Soekarno. Keteguhan atas sikap hijrahnya ini-lah yang membuat beliau rela bergerilya belasan tahun dan akhirnya membawa beliau di tiang eksekusi Rezim Orde Lama pada tanggal 16 Agustus 1962.

Beliau menghembuskan nafas terakhir sebelum cita-citanya benar-benar tercapai. Beliau sebenarnya mendapatkan amnesti pengampunan dari Soekarno, tapi dengan tegas beliau mengatakan “Haram hukumnya saya meminta ampun kepada manusia bernama Soekarno, cepat laksanakan hukuman yang telah hakim terhormat putuskan, saya ingin melihat hasil Ijtihad saya dihadapan Allah S.W.T.”

Menurut sebuah tulisan tentang dirinya, barangkali jasad beliau telah tiada dan ketiadaanya dibarengi dengan tuduhan propaganda negatif terhadapnya, namun jiwa perjuangannya akan tetap abadi sepanjang masa terutama bagi kaum muslimin yang sadar tugasnya sebagai Khalifah dan hamba Allah di muka bumi. Firman Allah :



’Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya’’ (2:154)

Wallahua’lam

Nb : Diolah dari berbagai sumber

Oleh: Muhammad Yusron Mufid



This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

Lebih Jujur soal Kartoesoewirjo, Korban Pendzaliman Sejarah

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×