Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Walisongo Keturunan Cina? Teori Sesat ala Prof. Slamet Muljana Bagian 2

 

Mungkin juga ada nama-nama pribumi asli yang dibaca atau ditulis menurut lidah China, karena pengaruh setiap bahasa dan lidah suatu bangsa atas bahasa yang lain memungkinkan terjadinye penyesuaian ejaan. Contohnya Khabar Menjadi Kabr, I’lan menjadi Iklan, dsb. Lebih-lebih pendatang baru bangsa China yang disebut TOTOK, huruf “r” (Indonesia) ditukar menjadi huruf “l”. Sehingga kerja menjadi kelja, borong menjadi Bolong, sabar menjadi sabal, dan sebagainya. akhirnya terjadilah seperti apa yang dikira itu, terdapat nama nama yang berubah dari nama aslinya seperti dalam naskah poortman itu, seperti misalnya :
-KERTABHUMI MENJADI KING TA BU MI,
-SUHITA MENJADI SUNG KI TA,
-TRENGGANA MENJADI TUNG KA LO,
-MUKMIN MENJADI MUK MING,
-BONANG MENJADI BE NANG,
-KI AGENG GRIBIG MENJADI SIAWU JI BIG,
-KI AGENG PENGGING MENJADI HONG PA HING,
-JAKA TINGKIR MENJADI NA PAO CING,
-BINTORO MENJADI BING TO LO,
-RADEN HUSEIN MENJADI KINSAN,
-TOYYIB (PANGERAN HADIRI, SUAMI RATU KALINYAMAT) MENJADI TOO YIT,
-GELAR KEBANGSAWANAN ARYA MENJADI A LU YA,
-JA’FAR SHODIQ (SUNAN KUDUS) MENJADI JA TIK SU,
-JAMBI MENJADI CHAN PEI,
-DSB.
Lagipula dalam didalam bukunya Prof Dr. Slamet Mulyana terdapat kontradiksi antara tokoh Fatahillah (Toh A Bo) yang menjadi Ipar sekaligus ditulisnya sebagai putra Sultan Trenggana (Tung Ka Lo). Demikianlah keterangan Prof Dr. Tujimah.
DOKUMEN YANG HILANG
“Naskah Poormant” yang kemudian menjadi lampiran XXXI dalam “TUANKU RAO” yang konon hanya dicetak untuk kalangan tertentu saja, ternyata hingga saat ini tidak dapat ditemukan walau satu lembarpun.
Naskah yang diberikan kepada Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang berkedudukan di Istana Negara Jakarta, ternyata disana, yakni ruang arsip, tidak diketemukan. Kata Ir. Parlindungam, yang di Jakarta itu tersimpan di Musium Jakarta, tetapi kemudian “hilang ketika Jepang masuk ke Indonesia” Entah ini gara-gara Ir Parlindungan untuk menghilangkan jejak atau benar-benar hilang ketika jepang masuk, tidak ada orang yang tahu.
Menurut Ir. Parlindungan lagi, konon yang lain tersimpan di Musium Granada Spanyol, dan ada lagi yang disimpan di gedung Negara Rijswijk Nederlanda. Namun salah seorang Orientalis Perancis yang ternama, yaitu Denys Lembard, karena tertarik akan penemuan yang sensasional itu, dalam masa cutinya ia telah berkeliling Belanda untuk mencari naskah poortman itu, tetapi ia tidak menemukan apa-apa. Bahkan putra Residen Poortman sendiri tidak tahu menahu tentang apa yang dikatakan sebagai naskah atau laporan yang katanya dicetak dalam jumlah tertentu itu, terlebih lagi, tempat menyimpan naskah poortman itu yang bernama Gedung Negara Risjswijk itu tidak pernah ada, yang ada hanyalah Algemeen Rijksachief.
 
Beberapa ahli sepert Lance Castle dari Universitas Yale, dan M.C. Rikclefs dari Universitas London, keduanya pernah mengecek “NASKAH POORTMAN” langsung ke Nederland, tetapi naskah tersebut tidak pernah ada!!. Bahkan menurut kedua ahli tersebut, mengatakan bahwa gedung RIJSWIJK itu tidak pernah ada!!!
Seorang peminat sejarah dibidang ini (khusus seputar Naskah Poortmant) dari Semarang yang bernama LIEM EK HIAN, pernah bertanya kepada gurunya di NEDERLAND tentang Naskah Poortman ini, dan ia minta agar gurunya itu sudi untuk mengecek dan meneliti naskah yang kontroversial itu, setelah dicek, ternyata juga tidak diketemukan Naskah Poormant tersebut.
Juga Liem Ek Han pernah minta tolong kepada suami istri LEONARD BLUSSE, keduanya adalah sinolog yang sedang mengumpulkan desertasinya, diminta agar keduanya menyelediki “NASKAH POORTMAN” di perpustakaan Fakultas Sinolog di Leiden (Belanda) dan tempat tempat lainnya, tetapi dalam jawaban LEONARD BLUSSE mengatakan bahwa ia tidak berhasil menemukan (TEMPO 10 MEI 1980).
Menurut para ahli lainnya ternyata “NASKAH POORTMAN” itu hanya buatan IR PARLINDUNGAN saja. Lihatlah hasil wawancara Prof. Sartono Kartosodirjo dengan wartawan Andre Harjana dalam Sinar Harapan 11 – 10 – 1971 juga Drs. R. PITONO HARJOWARDOYO dalam catatan Sam Po Kong dalam Liberty 20- 12 1969, juga Drs.Hasan Jakfar Girindrawardana, Berapa Masalah Majapahit Akhir, Jakarta 1978, hal 21, Juga Prof. Dr Hamka dalam annatar Fakta dan Khayal TUANKU RAO, Jakarta 1974 (Tempo, 29 maret 1980)
Tentang tiga gerobak delman yang berisi “naskah yang berasal dari Klenteng Sam Po kong”, benar-benar Prof. Dr.Slamet Mulyana hanyalah mengandalkan Ir. Parlindungan saja. Hal ini juga sangat diragukan oleh LIEM EK HIAN dalam Tempo No 11 Tahun ke 10, bahwa gerobak delman di semarang ketika zaman dirampasnya tulisan dari Klenteng SAM PO KONG itu rata-rata berukuran 1,5 x 2 x 1m 3 = 3 m3, jadinya isinya tiga gerobak berarti 9 m3.
Kemudian dimanakah letak tulisan-tulisan yang sekian banyak itu yang banyaknya itu disimpan dalam ruangan di Klenteng SAM PO KONG Semarang, dalam gua ? dalam ruangan yang mana ? , atau dirumah sekitar klenteng? Kalau disimpan di Gua, jelas tidak mungkin karena tentu guanya tidak dapat memuat tulisan sebanyak itu. Lagipula pada tahun itu lantai gua belum ditegel atau diberi ubin atau semen, jadi udara dan lantai cukup lembab, tentulah rusak tulisan-tulisan penting itu. Lagipula gua-gua yang ada dalam klenteng itu adalah tempat ibadah utama yang mana ketika itu telah cukup banyak orang bersembahyang. Kalau disimpan dirumah di ujung tikungan yang berdekatan denga klenteng juga tidak mungkin, karena kedua rumah tersebut sempit lagi didiami oleh orang Tionghoa miskin.
DEMIKIANLAH MENGINGAT HAL HAL TERSEBUT DIATAS, DAN LAGIPULA “NASKAH POORTMAN” yang hilang itu, maka banyak ahli sejarah dan pengkaji sejarah berpendapat bahwa ‘NASKAH POORTMAN” ITU HANYALAH ISAPAN JEMPOL IR MANGARAJA ONGGANG PARLINDUNGAN SAJA.
 
DENGAN DEMIKIAN BAHWA HIPOTES YANG MENGATAKAN BAHWA TOKOH-TOKOH KERAJAAN ISLAM DEMAK BESERTA Walisongo DIKATAKAN SEBAGAI ORANG ORANG CHINA ATAU PERANAKAN CHINA, DIPASTIKAN DIRAGUKAN KEBENARANNYA, DAN TERLALU DIBESAR-BESARKAN DAN TIDAK DAPAT DIPERCAYA KEBENARANNYA, KARENA TIDAK ADA BUKTI-BUKTI YANG MEYAKINKAN…
MAKSUD MAKSUD TERTENTU DALAM MEMALSUKAN NASAB WALISONGO DAN KESULTANAN DEMAK
1.Tidak lepas dari adanya pamrih dan maksud tertentu, mungkin ditujukan untuk hinaan, kebencian, menurunkan derajat, mengidentifikasian mereka sebagai tokoh-tokoh feodal dan stereotif buruk lainnya.
2.Ingin mencampur adukkan seolah-olah ada faham sinkritisme pada tokoh tokoh diatas, sehingga ajaran Islam seolah olah identik dengan tata cara ajaran sinkritisme.
3.Para tokoh-tokoh tersebut ingin dimitoskan atau didongengkan jadi seolah-olah tokoh yang tidak nyata, padahal mereka nyata.
4.Ingin dijadikan sebagai biang keladi hancurnya kerajaan Majapahit dan hilangnya agama yang terdahulu, padahal runtuhnya Majapahit hanya tinggal menunggu waktu saja karena kondisi didalamnya sudah lemah, sedangkan agama yang terdahulu menyingkir bukanlah karena diusir atau terjajah, mutlak karena saat itu mayoritas rakyat jelata banyak yang masuk Islam dan mereka lebih l memilih Walisongo dan Raden Fattah yang mengenalkan Islam secara damai dan menyamakan manusia dimata Tuhan kecuali ketakwaannya…sampai Raden Fattah wafat masih banyak daerah lain yang masih beragama yang terdahulu yang diberikan kebebasan beragama, seperti di Tengger, Blambangan, Bali dan sekitarnya. itu menunjukkan jika walisongo dan Kesultanan Demak sangat toleran terhadap agama yang lain.
5.Untuk kepentingan-kepentingan politik tertentu dikarenakan beberapa tokohnya berasal dari etnis China, artinya dengan menyangkut pautkan etnis tokoh tersebut dengan Walisongo, maka diharapkan akan timbul empati dan simpatik dari masyarakat awam, apalagi sentimen keetnisan pada bangsa ini cukup kuat. “Menjual” nama tokoh-tokoh besar seperti Walisongo dengan cara memalsukan sejarah itu adalah hal yang gegabah dan tidak tahu diri. Garis keturunan itu tidak boleh dipalsukan, kalau kita keturunan suku anu, akui saja, tapi kalau mengklaim atau memaksa tokoh seperti Walisongo keturunan China asli itu adalah hal lucu, mengingat nasab mereka itu semua berasal dari Imam Ahmad Al Muhajir melalui jalur Sayyid Abdul Malik Azmatkhan.Imam Ahmad Al Muhajir berasal dari Iraq yang hijrah ke Hadramaut.
Semua ulama ahli nasab juga sepakat kalau Walisongo adalah Bani Alawi yang nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW dan itu terdapat di beberapa kitab klasik yang sudah ditulis dan disusun rapi sebelum muncul tulisan Slamet Mulyana dan Ir. Parlindungan.
 
Di berbagai komplek makam Walisongo juga bisa dilihat bagaimana susunan nasab mereka, boleh dilihat adakah nama China disitu ? Kalau masih tidak percaya silahkan anda beli diagram nasab atau garis keturunan yang dijual bebas, lihat disitu apakah Walisongo itu China ?
Kesimpulannya, Tulisan Prof. Dr. Slamet Mulyana yang dijadikan rujukan oleh oknum-oknum penggiat Politik tertentu demi utnuk mencari simpati kepada masyarakat, jelas TERTOLAK !. Demi Sejarah, Demi Ilmu Nasab, Tulisan Prof. Slamet tidaklah layak untuk dijadikan rujukan. Sejarah harus jujur, nasab harus tegas karena ini nanti urusannya akan banyak berhubungan dengan cabang kehidupan yang lain.
Semoga mencecerahkan ……….
ikraalfattah


This post first appeared on Misteri Dunia Unik Aneh, please read the originial post: here

Share the post

Walisongo Keturunan Cina? Teori Sesat ala Prof. Slamet Muljana Bagian 2

×

Subscribe to Misteri Dunia Unik Aneh

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×