Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

CREATION THEORY - BAGIAN 2

Lanjutan Bagian 1


III. Penciptaan dari Agama-Agama

1. Agama Hindu
Agama Hindu yang mempunyai banyak sekali dewa (± 300 juta dewa) mempunyai banyak sekali cerita tentang penciptaan.


Salah satu cerita mengatakan bahwa manusia pertama yang bernama Purusa mengorbankan dirinya. Badannya menjadi seluruh Alam Semesta. Bagian bawah tubuhnya menjadi bumi, sisanya menjadi surga.


Bermacam-macam kasta yang terdapat dalam manusia berasal dari badan Purusa. Manusia yang berasal dari lengannya menjadi kasta satria, kaki bagian atas menjadi orang biasa, dan kaki bagian bawah menjadi kasta sudra.


Buku Vedic mengatakan bahwa alam Semesta berasal dari nafas dewa Wisnu, dengan nafasnya Wisnu menciptakan segala sesuatu, baik di alam semesta maupun di bumi

2. Agama Budha
Agama Budha juga mempunyai banyak cerita tentang asal usul alam semesta. Salah satunya terdapat didalam naskah Buddhis, yang dinamai "Visuddhimagga". Didalam bagian-bagian yang tertentu, dari naskah "Visuddhimagga" itu, diberikan deskripsinya tentang Alam Semesta, yang disebutkan terdiri atas tiga tingkatan.


Yang paling kecil, dinamai "Sistem Dunia Minor". Kumpulan dunia kecil atau minor membentuk "Sistem Dunia Pertengahan” dan kumpulan dunia pertengahan membentuk Tingkatan terakhir, yaitu "Sistem Dunia Mayor" atau “Sistem Dunia Besar”.


Ajaran Budha lain mengatakan bahwa Kehidupan alam semesta bermula dari Kalpa (Universal cycle) yang berada dalam kegelapan dan berada di permukaan air. Kemudian manusia spiritual yang berada dalam alam semesta lahir kembali.


Salah satu dari mereka mengambil bentuk manusia dan memulai kehidupan manusia. Semua mahluk hidup kembali ke jiwanya, dan daur kehidupan berputar terus (inkarnasi). Sampai mereka menemui pencerahan.

Jadi dalam agama Budha yang dipentingkan bukan penciptaan alam semestanya, tetapi proses manusia dalam inkarnasinya hingga mencapai pencerahan, seperti Budha Gautama.

3. Agama Islam
Kitab suci agama Islam Al Qur’ an tidak secara jelas menyatakan tentang waktu dan cara penciptaan langit dan bumi, tetapi dari ayat-ayat yang ada agama Islam mengakui bahwa Allah pencipta langit dan bumi, dan mereka mengakui alam semesta terdiri dari 7 langit.


Surat 21 ayat 30: "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"


Surat 67 ayat 3 Artinya: "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis- lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Karena itu lihatlah berulang- ulang adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?"


Surat 71 ayat 15-16 Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?"


‘Tidakkah orang-orang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menggumpal, lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Apakah mereka tidak mau beriman?’ (S.21 Al-Anbiya:31)


Dalam Al’ Quran tidak disebutkan secara spesifik proses penciptaan alam semesta, tetapi dari ayat-ayat yang ada, mereka mengakui bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah mereka, dan alam diciptakan dalam 7 tingkat langit.

IV. Teori Ilmiah Tentang Penciptaan
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan pada akhir-akhir ini mengakibatkan makin maraknya bermunculan teori-teori tentang penciptaan. Masing-masing ahli mengemukakan pendapatnya tentang asal muasal alam semesta. Pada bahasan ini teori penciptaan alam semesta dibahas hanya dari 2 teori yaitu:

1. Teori Evolusi (Darwin)
Pada mulanya Darwin hanya mengemukakan hipotesa mengenai asal usul manusia, dimana hipotesanya ini tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat untuk mendukung asal mula kehidupan di bumi.


Darwin mengatakan bahwa semua bentuk kehidupan yang ada di planet bumi sekarang ini diturunkan dari nenek moyang yang sama karena beberapa varian bertahan hidup melalui suatu proses yang disebut seleksi alam.


Setelah melalui penelitian selama 30 tahun, Darwin menerbitkan "On the Origin of Species by Means of Natural Selection": pada tahun 1859. Teori Darwin diuraikan dalam 5 (lima) prinsip penting:
1. Pada setiap tingkatan sejarah suatu spesies, akan selalu terdapat variasi diantara anggota spesies itu (prinsip variasi)

2. Pada setiap tingkatan sejarah suatu spesies, banyak anggota baru yang
mampu bertahan untuk berkembang biak (prinsip perjuangan untuk eksistensi)

3. Pada setiap tingkatan sejarah suatu spesies, beberapa variasi diantara anggota suatu spesies merupakan variasi yang berhubungan dengan sifat-sifat yang mempengaruhi kemampuan mempertahankan diri dan berkembang biak, karena itu ada beberapa anggota spesies yang mampu mempertahankan diri dan berkembang biak (prinsip variasi dalam kemampuan)

4. Warisan adalah norma, dan kebanyakan sifat organisme atau anggota spesies diwariskan pada keturunannya (prinsip penurunan sifat)

5. Secara tipikal sejarah spesies akan menunjukkan modifikasi spesies tersebut yang mengarah pada karakteristik yang mendukung tugas mereka dalam mempertahankan diri dan bereproduksi dan sifat-sifat ini kemudian menjadi nyata dalam generasi-generasi spesies tersebut berikutnya (prinsip seleksi alam)

2. Big Bang Theory
Big Bang (bahasa Indonesia: "Dentuman Besar") dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari ledakan maha dahsyat yang terjadi sekitar 13.700 juta tahun lalu.


Ledakan ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi ini kemudian yang kemudian mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya dialam semesta ini.


Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.


Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Teori Big-Bang & Alam Semesta yang Mengembang


Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat.


Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari suatu ledakan sangat besar pada suatu saat di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.


Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong.


Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.


Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil, dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.


Berbagai macam energi yang ada di Alam Semesta ini jika ditelusuri adalah berasal dari energi Big Bang, yaitu energi pada saat penciptaan.


Berkembangnya alam semesta sebagaimana dikemukakan Edwin Hubble dalam tahun 1920 telah menjadi tonggak sejarah dalam kosmologi modern. Teori itu menyatakan bahwa alam semesta berkembang melebar dan meluas secara terus menerus.

Stephen Hawking sebagai salah seorang ahli phisika teoritis terkemuka, menulis dalam bukunya The Universe in a Nutshell:

‘Temuan tentang berkembangnya alam semesta merupakan salah satu revolusi intelektual di abad ke dua puluh. Temuan itu merupakan suatu kejutan mutlak yang telah merubah sama sekali bahasan tentang asal mula alam semesta.


Kalau semua galaksi yang ada bergerak menjauh satu sama lain, tentunya di masa lalu semuanya pernah sangat dekat . . . hal mana mengimplikasikan bahwa alam semesta dan waktu itu sendiri bermula dalam suatu ledakan yang luar biasa dahsyat.’ (H. 76)


Kontroversi apakah alam memang berkembang terus, berlangsung selama lima puluh tahun. Ketika kemudian tidak bisa dibantah kalau alam pada kenyataannya memang berkembang terus, muncul kontroversi lain yang menyatakan bahwa pengembangan alam itu menunjukkan bahwa pasti ada awalnya yaitu Ledakan Besar.


Dari sini muncul anggapan tentang adanya sang Pencipta, tidak saja karena menurut teori Ledakan Besar itu menggambarkan adanya suatu awal tetapi juga karena adanya hal yang tidak dimengerti di awal kemunculan alam itu. Semua kaidah fisika tidak berlaku dalam situasi demikian. Dalam ilmu fisika, titik waktu itu disebut singularitas.


Konsep bahwa alam bermula dengan singularitas tidak bisa diterima dengan baik oleh para astronom terkemuka. Herman Bondi, Fred Hoyle dan lain-lainnya berpegang pada teori status diam (steady state theory) sebagai usaha guna menjelaskan ekspansi alam yang tidak mengharuskan bahwa alam mempunyai awal, karena adanya awal menunjukkan adanya sang Pencipta. Namun teori mereka digugurkan karena tidak sejalan dengan data observasi.
Dalam bukunya yang populer, A Brief History of Time, Stephen Hawking kemudian mengajukan pertanyaan: ‘Kalau sudah begitu, buat apa ada sosok pencipta?'
Beberapa tahun kemudian, James Hartle dan Stephen Hawking mengusulkan sebuah model dimana dikatakan alam tidak bertepi, baik secara ruang mau pun waktu, dengan asumsi bahwa alam ada dengan sendirinya dan mencipta dirinya sendiri.

Dalam bukunya yang populer, A Brief History of Time, Stephen Hawking kemudian mengajukan pertanyaan: ‘Kalau sudah begitu, buat apa ada sosok pencipta?’


Ada dua keberatan utama pada teori Hartle-Hawking tersebut. Pertama, teori itu jadinya mengharuskan adanya sekumpulan akidah phisika sebelum eksistensi nyata, hanya guna menghindari adanya kondisi pembatasan. Kedua, berdasar kondisi sekarang ini, model tersebut sepenuhnya bersifat spekulatif yang kecil kemungkinan bisa diverifikasi melalui observasi.


Bersambung ke Bagian 3

Segala sesuatu diciptakan oleh Yesus


This post first appeared on Nelson Home Page, please read the originial post: here

Share the post

CREATION THEORY - BAGIAN 2

×

Subscribe to Nelson Home Page

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×