Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Tiga Pertanyaan Akidah Dasar



Tiga Pertanyaan Ajaib

oleh: Luky B Rouf, Lajnah Dakwah Sekolah (LDS) HTI, Pemerhati Remaja

Sobat, saya mau ngasih tau nih tentang tiga pertanyaan ajaib. Saya sebut ajaib karena kalo pertanyaan itu bisa kita jawab, maka kita akan tahu bagaimana pandangan hidup seseorang. Hanya dengan menjawab tiga pertanyaan ajaib ini, seseorang akan bisa ketahuan ke mana arah hidupnya, apa landasan hidupnya. Tiga pertanyaan itu adalah 'dari mana kita berasal', 'untuk apa kita hidup', 'ke mana setelah kita mati'? Tiga pertanyaan ajaib tersebut kelihatannya sepele, tapi justru dari tiga pertanyaan bisa muncul tiga Cara Pandang tentang kehidupan.

Pertama, ada cara pandang tentang alam, manusia dan kehidupan dilihat sebagai sebuah materi saja, wujud asalnya adalah materi dan melalui perkembangan serta evolusi dari satu materi ke materi yang lain. Menurut cara pandang ini, materi adalah nggak berawal dan nggak berakhir, itu artinya materi ada dengan sendirinya, nggak ada yang menciptakan, dan memang nggak ada Sang Pencipta menurut cara pandang kelompok yang pertama ini.

Untuk memperkuat pendapatnya, kalo teman-teman masih inget pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi) ada sebuah percobaan tentang kaldu ayam. Jadi, percobaan kapas yang dicelupkan ke kaldu ayam, dan dibiarkan. Trus kemudian ditaruh di sebuah cawan, dibiarkan beberapa hari, maka di kapas yang habis dicelupin kaldu ayam akan muncul belatung, sehingga mereka menyimpulkan munculnya belatung ada dengan sendirinya, muncul dari kaldu ayam yang membusuk. Cara pandang inilah yang kemudian disebut cara pandang Sosialis dan Komunis.

Kedua, yang memandang hidup, alam semesta dan manusia ada yang menciptakan, tapi tugas sang pencipta ibarat ‘pembuat jam'. Jadi, kalo kita lihat jam, ketika dia sudah dibikin dan dikasih baterai, maka jam akan berjalan dengan sendirinya. Begitulah cara pandang kelompok kedua ini, bahwa alam semesta, manusia dan hidup ini diciptakan oleh Sang Pencipta akan tetapi setelah diciptakan nggak perlu aturan, manusia berjalan dengan sendirinya. Karena itulah nggak ada dalam rumus pada cara pandang kelompok yang kedua ini Tuhan ikut campur dalam urusan kehidupan. Itu artinya, asas dari cara pandang ini adalah sekularisme, pemisahan urusan agama dengan urusan kehidupan. Cara pandang ini yang disebut Kapitalisme-Sekularisme.

Contoh sekularisme berlaku di negeri kita, gampang banget pembuktiannya. Lihat saja, ketika bicara pendidikan misalnya, agama hanya dikasih jatah waktu dalam pelajaran porsinya 2 jam selama seminggu. Udah gitu, pelajaran agama hanya disampaikan nggak beda dengan seruan moral saja. Hasilnya? Misalnya pelajaran shalat dari kita SD sampe kita SMA, ada pelajaran itu bahkan diujikan, di sekolah umum maupun sekolah berbasis agama, tapi apa hasilnya? Masih aja ada yang ngentengin nggak shalat nggak apa-apa, ataupun kalo shalat, akhirnya shalat itu nggak ngaruh pada kehidupan sehari-hari dia. Shalat sih, tapi maksiat juga jalan. Itu namanya sekuler.

Ketiga, adalah cara pandang Islam yang memandang alam semesta, manusia dan kehidupan ini jika dikaitkan dengan kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan dunia, ada yang menciptakan, dan jika kehidupan ini berakhir akan kembali kepada yang menciptakan. Jadi hidup ini, tidak terjadi dengan sendirinya, seperti pandangan pertama, atau hidup ini tidak hanya sekedar penciptaaan seperti cara pandang yang kedua, tapi hidup ini juga ada pertanggungjawaban atas penciptaaan.

Nah, ketika berbicara Sang Pencipta, maka pencipta itu nggak boleh yang sembarangan, nggak boleh ada awal dan ada akhirnya, sebab kalo ada awal dan akhirnya itu bukan pencipta tapi yang diciptakan alias mahluk. Jadi Sang Pencipta itu harus azali (nggak berawal dan nggak berakhir). Kemudian juga Sang Pencipta itu harus wajib keberadaannya (wajibul wujud), bukan hanya sekedar khayalan atau ilusi. Cara pandang inilah yang dimiliki oleh Islam. Sehingga Islam nggak cuman memiliki aturan-aturanyang mengatur masalah ibadah ruhiyah (ukhrowi) tapi Islam juga punya aturan-aturan yang ngatur masalah kehidupan dunia (duniawi), seperti aturan ekonomi, aturan pergaulan, aturan politik, hukum, pendidikan, kesehatan, dsb.

Well, kalo gitu jelas kita bisa mengkategorisasi seseorang itu punya cara pandang seperti apa, kalo kita rujuk dengan jawaban dia ketika menjawab tiga pertanyaan ajaib itu. Tentu bukan saja menjawab secara lisan, tapi ketika seseorang menjadikan jawaban dari tiga pertanyaan itu sebagai asas hidupnya sehari-hari, maka itulah ideologi dia. Nah, nggak bisa jadi jaminan meski secara fisik dia Muslim, bahkan mungkin kesehariannya ibadah ritualnya kenceng banget, maka dia berideologi Islam, tidak otomatis seperti itu. Karena sekali lagi, Islam itu agama yang lengkap mengatur kehidupan. Islam tidak hanya agama ritual tapi juga way of life, jalan hidup. []

Sumber: Tabloid Media Umat edisi 164, Desember 2015
---



This post first appeared on NEOPLUCK, please read the originial post: here

Share the post

Tiga Pertanyaan Akidah Dasar

×

Subscribe to Neopluck

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×