Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hukum Menceritakan Hubungan intim



Bimillahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah yang telah menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. orang hidup di dunia ini kebanyakan kalo tidak membicarakan isi perut ya bawah perut, isinya perut mulai dari mencari (usaha) saat memasukan ke perut (nikmatnya makanan) hingga membuangnya, tak beda juga dengan yang membicarakan yang namanya bawah perut intinya adalah wanita dari paras wajahnya, rambut dan bentuk tubuhnya yang selalu di bicarakan. Hinga pada titik inti bawah perut yang menjadi pembicaraan yang serius seperti bersengama..

Rasulullah sholallahu'alaihi wasalam bersabda

قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Siapa orang yang iman kepada Allah dan hari qiyamat maka bicaralah yang baik jika tidak lebih baik diam.

قالَ العلماءُ: ذِكْرُ مُجَرَّدِ الجِماعِ يُكْرَهُ لغيرِ حَاجَةٍ، ويُباحُ للحاجَةِ كذِكْرِه إعراضَها عنه، أو هي تَدَّعِي عليه العَجْزَ عن الجِماعِ، ونحوِ ذلك.

Para Alim Ulama berkata “Semata-mata membicarakan (seks) bersengama adalah makruh bila tanpa ada kepentingan, dan boleh bila ada kepentingan seperti memberi kiat-kiat bagi yang berpaling dari seks, atau memberi htips-tips bagi yang lemah melakukannya atau yang lain sebagainya”. [ Taudhiih al-Ahkaam Hal 441

Malam pertama memang menjadi momen yang indah karna halnya sudah berubah yang dulunya haram sudah menjadi halal karna sudah ada akat ijab qobul. Biarpun halal tidak boleh melakukan hal yang rahasia seperti hubungan intim di tempat umum di jalan atau sebagainya karna itu rahasia berdua. dan yang rahasia lagi ketika bersenang-senang dengan istrinya tidak boleh di ceritakan kepada orang lain karna itu merupakan aib.

Para ulamak menengaskan jika enkau menceritakan aktivitas hubungan intin. Secara detail, baik ucapan atau gaya pasangan dalam berpose, maka hukumnya adalah haram.

Adurohman ibnu sa'id menceritakan Aku mendengar dari aba sa'id al khutri dia berkata: Rasulullah sholallahu 'alaihi wasalam bersabda

إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا

“Sesungguhnya orang yang paling tercela kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang menggauli istrinya kemudian menceritakannya (ke orang lain).” (HR. Muslim, no. 1437)

Sebagai seoarang muslim tentu takut dengan ancaman Allah karna itu kenikmataan yang Allah berikan cukup hanya dengan pasanganya yang mengetahui maka janganlah mencerikatan dengan siapapun supaya tidak menjadi cela di hari kiamat. Wallahu a'lam.


Syarh an Nawawiy 'ala Muslim juz 10 hal. 08


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ حَمْزَةَ الْعُمَرِيِّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعْدٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا» قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا) قَالَ الْقَاضِي هَكَذَا وَقَعَتِ الرِّوَايَةُ أَشَرَّ بِالْأَلِفِ وَأَهْلُ النَّحْوِ يَقُولُونَ لَا يَجُوزُ أَشَرُّ وَأَخْيَرُ وَإِنَّمَا يُقَالُ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ وَشَرٌّ مِنْهُ قَالَ وَقَدْ جَاءَتِ الْأَحَادِيثُ الصَّحِيحَةُ بِاللُّغَتَيْنِ جَمِيعًا وَهِيَ حُجَّةٌ فِي جَوَازِهِمَا جَمِيعًا وَأَنَّهُمَا لُغَتَانِ وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ تَحْرِيمُ إِفْشَاءِ الرَّجُلِ مَا يَجْرِي بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ مِنْ أُمُورِ الِاسْتِمْتَاعِ وَوَصْفِ تَفَاصِيلِ ذَلِكَ وَمَا يَجْرِي مِنَ الْمَرْأَةِ فِيهِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ وَنَحْوِهِ فَأَمَّا مُجَرَّدُ ذِكْرِ الْجِمَاعِ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيهِ فَائِدَةٌ وَلَا إِلَيْهِ حَاجَةٌ فَمَكْرُوهٌ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمُرُوءَةِ وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَإِنْ كَانَ إِلَيْهِ حَاجَةٌ أَوْ تَرَتَّبَ عَلَيْهِ فَائِدَةٌ بِأَنْ يُنْكَرَ عَلَيْهِ إِعْرَاضُهُ عَنْهَا أَوْ تَدَّعِيَ عَلَيْهِ الْعَجْزَ عَنِ الْجِمَاعِ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ فَلَا كَرَاهَةَ فِي ذِكْرِهِ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَفْعَلُهُ أَنَا وَهَذِهِ وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي طَلْحَةَ أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ وَقَالَ لِجَابِرٍ الْكَيْسَ الْكَيْسَ وَاللَّهُ أَعْلَمُ




This post first appeared on Munirul Khikam, please read the originial post: here

Share the post

Hukum Menceritakan Hubungan intim

×

Subscribe to Munirul Khikam

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×