Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Watak Dasar Manusia


Sungguh manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir. Kecuali orang-orang yang melaksanakan shalatnya. Mereka yang tetap selalu (langgeng) melaksanakan shalatnya. (QS. Al Ma'arij : 19-23).

(Sungguh manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah). Maksudnya adalah sesungguhnya manusia itu diciptakan mudah jemu atau suka mengeluh, yaitu sifat sangat rakus, sedikit sabar, ia tidak bersabar atas bala', tidak mau bersyukur atas nikmat. Ditafsirkan demikian karena apabila ia ditimpa kemelaratan, hajat, sakit ataupun bahaya semisalnya maka ia banyak gelisah, sedih dan mengeluh. Dan apabila mendapat kebaikan berupa kekayaan, keluasan rejeki, kedudukan, pangkat, kekuatan, kesehatan dan nikmat-nikmat semisalnya maka ia banyak mencegah, menahan diri dan pelit terhadap orang lain.
Imam Ahmad bin Hanbal dan Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut”.
Kemudian Allah mengecualikan (dari sifat tersebut) terhadap orang yang memiliki sifat sepuluh berikut, diantaranya:
- Melaksanakan shalat dan merutinkannya. (Kecuali orang-orang yang melaksanakan shalatnya. mereka yang tetap selalu (langgeng) melaksanakan shalatnya). Maksudnya adalah sesungguhnya manusia itu memiliki sifat tercela kecuali orang-orang yang diberi pertolongan lagi diberi petunjuk kepada kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan shalat, menjaga waktu-waktu dan kewajibannya, mereka tidak meninggalkan satu waktupun, tidak ada seorangpun yang menyibukkan mereka dari meninggalkan shalat, mereka tidak meninggalkan sedikitpun kefardhuan dan kesunahannya, mereka melaksanakan hakikat shalat, yaitu berhubungan dengan Allah dan ketenangan fisik maupun ketenangan hati (khusyu'). Mereka bukanlah orang-orang yang bersifat keluh kesah, tidak sabar dan mencegah dari berbuat baik. Sesungguhnya dengan keimanan mereka dan keberadaan agama yang benar dalam jiwa-jiwa mereka menetap sifat-sifat terpuji dan jalur yang diridhoi. Ini adalah dalil kewajiban merutinkan ibadah. Sebagaimana telah datang dalam hadits shahih dari Aisyah radhiyallahu 'anha dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda: "Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang rutin walaupun sedikit". Dan menurut lafadz hadits lain: "Amal yang pelakunya merutinkannya".
Aku (mufassir) berkata: Konon apabila Rasulullah mengamalkan suatu amalan beliau merutinkannya atau menetapkannya. Maka yang dimaksud pada ayat tersebut adalah orang-orang yang mendawamkan (melanggengkan) shalat pada waktunya. Adapun yang terpenting pada keadaan shalat maka bisa tercapai dengan menjaga perkara-perkara yang mendahului shalat seperti berwudhu, menutup aurat, mencari arah qiblat dan selainnya, bergantungnya hati dengan shalat bila telah masuk waktunya, menjaga perkara-perkara yang bersamaan dengan shalat seperti khusyu', menjaga dari riya, melaksanakan kesunahan dan kesempurnaan. Serta menjaga perkara-perkara setelah shalat seperti menjaga dari hal yang sia-sia dan perkara yang kontradiktif dengan ketaatan. Karena sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar, maka melakukan kemaksiatan sesudah shalat merupakan bukti tidak diterimanya shalat itu. (Tafsir al Munir liz Zuhailiy juz 29 hal. 121).
Wassalam.

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا * إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا * وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا * إِلَّا الْمُصَلِّينَ * الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
============================
إن الإنسان خلق هلوعا، إذا مسه الشر جزوعا، وإذا مسه الخير منوعا) أي إن الإنسان جبل على الضجر أو الهلع، وهو شدة الحرص وقلة الصبر، فلا يصبر على بلاء ولا يشكر على نعماء. وفسر ذلك بأنه إذا أصابه الفقر والحاجة أو المرض أو نحو ذلك من الضر، فهو كثير الجزع أو الحزن والشكوى، وإذا أصابه الخير من الغنى والسعة أو المنصب والجاه أو القوة والصحة ونحو ذلك من النعم، فهو كثير المنع والإمساك والبخل على غيره. روى الإمام أحمد وأبو داود عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: شر ما في رجل: شح هالع، وجبن خالع. ثم استثنى الله تعالى من اتصف بالصفات العشر التالية، وهي أداء الصلاة والمواظبة عليها. (إلا المصلين الذين هم على صلاتهم دائمون) أي إن الناس يتصفون بصفات الذم إلا الموفقين المهديين إلى الخير، وهم الذين يؤدون صلاتهم ويحافظون على أوقاتها وواجباتها، فلا يتركونها في شيء من الأوقات ولا يشغلهم عنها شاغل ولا يخلون بشيء من فرائضها وسننها ويتمثلون حقيقتها من الصلة بالله والسكون والخشوع، فهؤلاء ليسوا على تلك الصفات من الهلع والجزع والمنع، وإنما بإيمانهم وكون دين الحق في نفوسهم على صفات محمودة وخلال مرضية. وهذا دليل على وجوب المواظبة على العبادة، كما جاء في الصحيح عن عائشة رضي الله عنها عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: أحب الأعمال إلى الله أدومها وإن قل. وفي لفظ: ما داوم عليه صاحبه. قالت: وكان رسول الله إذا عمل عملا داوم عليه، أو أثبته. فيكون المراد بالآية الذين يداومون على الصلوات في أوقاتها، وأما الاهتمام بشأنها فيحصل برعاية أمور سابقة على الصلاة كالوضوء وستر العورة وطلب القبلة وغيرها وتعلق القلب بها إذا دخل وقتها ورعاية أمور مقارنة للصلاة، كالخشوع والاحتراز عن الرياء والإتيان بالنوافل والمكملات. ورعاية أمور لاحقة بالصلاة، كالاحتراز عن اللغو وما يضاد الطاعة. لأن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر، فارتكاب المعصية بعد الصلاة دليل على عدم قبول تلك الصلاة. (تفسير المنير للزحيلي ج ٢٩ ص ١٢١)
والسلام


This post first appeared on Munirul Khikam, please read the originial post: here

Share the post

Watak Dasar Manusia

×

Subscribe to Munirul Khikam

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×