Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Cara Menganti Imam Yang Batal Saat Shalat



بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ.

Dalam shalat berjamaah imam adalah yang mengatur gerakan semua makmum namun ketika imam batal maka harus berhenti shalatnya dan menyuruh makmum untuk menjadi imam. berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَهَبَ إِلَى بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ لِيُصْلِحَ بَيْنَهُمْ، فَحَانَتِ الصَّلاَةُ، فَجَاءَ المُؤَذِّنُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَالَ: أَتُصَلِّي لِلنَّاسِ فَأُقِيمَ؟ قَالَ: نَعَمْ فَصَلَّى أَبُو بَكْرٍ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ فِي الصَّلاَةِ، فَتَخَلَّصَ حَتَّى وَقَفَ فِي الصَّفِّ، فَصَفَّقَ النَّاسُ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ لاَ يَلْتَفِتُ فِي صَلاَتِهِ، فَلَمَّا أَكْثَرَ النَّاسُ التَّصْفِيقَ التَفَتَ، فَرَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنِ امْكُثْ مَكَانَكَ» ، فَرَفَعَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَدَيْهِ، فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا أَمَرَهُ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذَلِكَ، ثُمَّ اسْتَأْخَرَ أَبُو بَكْرٍ حَتَّى اسْتَوَى فِي الصَّفِّ، وَتَقَدَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَصَلَّى

"Bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi menemui Bani 'Amru bin 'Auf untuk menyelesaikan masalah di antara mereka. Kemudian tiba waktu shalat, lalu ada seorang mu'adzin menemui Abu Bakar seraya berkata, "Apakah engkau mau memimpin shalat berjama'ah sehingga aku bacakan iqamatnya?" Abu Bakar menjawab, "Ya." Maka Abu Bakar memimpin shalat. Tak lama kemudian datang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedangkan orang-orang sedang melaksanakan shalat. Lalu beliau bergabung dan masuk ke dalam shaf. Orang-orang kemudian memberi isyarat dengan bertepuk tangan namun Abu Bakar tidak bereaksi dan tetap meneruskan shalatnya. Ketika suara tepukan semakin banyak, Abu Bakar berbalik dan ternyata dia melihat ada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi isyarat yang maksudnya: 'Tetaplah kamu pada posisimu'. Abu Bakar mengangkat kedua tangannya lalu memuji Allah atas perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tersebut. Kemudian Abu Bakar mundur dan masuk dalam barisan shaf lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maju dan melanjutkan shalat." (Shahih Bukhari, no. 684 dan Shahih Muslim, no. 421).

Dan hadits yang menceritakan terbunuhnya sayyidina Umar radhillahu 'anhu ketika sholat, dalam hadits tersebut diriwayatkan;

وَتَنَاوَلَ عُمَرُ يَدَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَدَّمَهُ ...... فَصَلَّى بِهِمْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ صَلَاةً خَفِيفَةً

"Umar nemegang Abdurrahman bin Auf, kemudian memajukannya.. lalu Abdurrahman bin Auf melanjutkan sholat bersama mereka dengan sholat yang sebentar." (Sunan Baihaqi, no.5255).

Dalil masalah ini adalah peristiwa yang dialami Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau ditusuk oleh orang Iran, Abu Lukluk al-Majusi. Amr bin Maimun menceritakan,

إني لقائم ما بيني وبين عمر – غداة أصيب – إلا عبد الله بن عباس، فما هو إلا أن كبر فسمعته يقول: قتلني أو أكلني الكلب حين طعنه، وتناول عمر عبد الرحمن بن عوف فقدمه فصلى بهم صلاة خفيفة

Di pagi peristiwa penusukan itu, aku berdiri (di shaf kedua, pen.), dan tidak ada orang antara aku dengan Umar, selain Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhum. Ketika beliau bertakbir memulai shalat, kemudian saya mendengar beliau mengatakan, ‘Ada anjing yang menggigitku.’ ketika beliau ditusuk. Lalu Umar menarik Abdurrahman bin Auf untuk maju, dan beliau mengimami para sahabat dengan shalat yang ringan. (HR. Bukhari 3700, dan Ibn Hibban 6917)

Tindakan Umar ini dilakukan di depan para sahabat dan tidak ada satupun yang mengingkarinya, sehingga dihukumi sebagai kesepakatan mereka. As-Syaukani menjelaskan hadis Umar

وفيه جواز الاستخلاف للإمام عند عروض عذر يقتضي ذلك، لتقرير الصحابة لعمر على ذلك، وعدم الإنكار من أحد منهم فكان إجماعاً، وكذلك فعل علي وتقريرهم له على ذلك

Hadis ini menjadi dalil bahwa imam boleh menunjuk penggantinya, ketika dia mengalami udzur yang mengharuskan dia meninggalkan shalat. Karena sikap para sahabat yang menyetujui praktek Umar ketika itu, tanpa ada penginngkaran seorangpun dari mereka, sehingga statusnnya ijma.

Sedang tata cara mengganti imam yang batal pada saat sholat berjamaah adalah sebagai berikut,

1. Imam yang batal mundur ke belakang, tanpa membaca takbir agar makmum tak menyangka imam telah meneruskan egerakannya.

2. Kemudian imam memberi isyarat kepada makmum untuk menggantinya atau imam memagang salah seorang makmum dan mengisyaratkan untuk maju dan menggantikan posisinya.

3. Lalu makmum yang mengganti imam tersebut maju melangkah diam sejenak maju selangkah lagi diam sejenak begitu sampai mihrob, jika imam batal saat berdiri.
Jika imam batal keadaan duduk atau sujud makmum yang mengantinya meletakan kedua telapak tangan di lantai,diam sejenak ,lalu ngesot berhenti sejenak,ngesot lagi,berhenti sejenak dan seterusnya sampe mihrab imam kemudian meneruskan shalat sampai selesai. Wallahua'lambishowab




This post first appeared on Munirul Khikam, please read the originial post: here

Share the post

Cara Menganti Imam Yang Batal Saat Shalat

×

Subscribe to Munirul Khikam

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×