Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Kisah Nabi Ibrahim Menyem Belih Nabi Ismalil

قِصَّةُ ذَبْحِ إِبْرَاهِيْمَ إِسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ

kisah Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismalil ‘alaihimassalaam

قِيْلَ سَبَبُ ذَبْحِ إِبْرَاهِيْمَ إِسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ أَنَّهُ قَرَّبَ أَلْفَ شَاةٍ وَثَلَاثَ مِائَةِ بَقَرَةٍ وَمِائَةَ بَدَنَةٍ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَتَعَجَّبَ النَّاسُ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ كُلُّ مَا تُقُرِّبَ بِهِ لَيْسَ بِشَيْئٍ عِنْدِيْ وَاللهِ لَوْ كَانَ لِيْ اِبْنٌ لَأَذْبَحَنَّهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَأَتَقَرَّبَ بِهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى

Dikatakan, sebab musabab Nabi Ibrahim menyembelih puteranya Nabi Ismail –‘alaihimassalaam- adalah pada suatu ketika Nabi Ibrahim berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta ke jalan Allah sehingga membuat orang-orang dan para Malaikat kagum dan terheran-heran.

Lantas Beliau bersabda: “Setiap apapun telah aku Qurbankan itu tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak laki-laki niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Dan aku jadikan untuk mendekatkan diri kepada Allah”.

فَلَمَّا قَالَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ هَذَا الْقَوْلَ مَضَى عَلَيْهِ زَمَانٌ فَنَسِيَ هَذَا الْقَوْلَ فَلَمَّا جَاءَ إِلَى الْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ سَأَلَ رَبَّهُ اَلْوَلَدَ فَأَجَابَ اللهُ دُعَاءَهُ وَبَشَّرَهُ بِالْوَلَدِ (فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ) أَيْ لَمَّا صَلُحَ أَنْ يَمْشِيَ وَهُوَ ابْنُ سَبْعِ سِنِيْنَ قِيْلَ لَهُ فِيْ نَوْمِهِ أُوْفِ بِنَذْرِكَ

Waktu pun berlalu dan hari silih berganti. Beliau pun lupa akan ucapan yang telah dikatakan. Ketika beliau berada di Baitul Maqdis, beliau memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Dan Allahpun memberi kegembiraan kepada beliau dengan seorang putera. (Beliau dikaruniai seorang putera yang tampan dan sholeh bernama Ismail dari istri beliau Hajar).

(Allah berfirman)
Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai pada umur dia bisa berjalan / berusaha bersama ayahnya (Ibrahim)

Maksudnya ketika anak itu sanggup untuk berjalan / berusaha, yaitu saat dia berumur 7 tahun maka dikatakan kepada Nabi Ibrahim dalam tidurnya: “Tepatilah nadzarmu!”
.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا لَمَّا كَانَتْ لَيْلَةُ التَّرْوِيَةِ وَنَامَ رَأَى فِي الْمَنَامِ مَنْ يَقُوْلُ يَا إِبْرَاهِيْمُ أُوْفِ بِنَذْرِكَ فَلَمَّا أَصْبَحَ يَتَرَوَّى أَيْ يَتَفَكَّرُ أَهُوَ مِنَ اللهِ أَمْ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلِذَا سُمِّيَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ فَلَمَّا أَمْسَى رَأَى ثَانِيًا فِي الْمَنَامِ فَلَمَّا أَصْبَحَ عَرَفَ أَنَّهُ مِنَ اللهِ وَلِذَا سُمِّيَ ذَلِكَ الْيَوْمُ يَوْمَ عَرَفَةَ وَاسْمُ ذَلِكَ الْمَكَانِ عَرَفَاتٌ ثُمَّ رَأَى فِي اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ مِثْلَهُ فَهَمَّ بِنَحْرِهِ وَلِذَا سُمِّيَ يَوْمَ النَّحْرِ

Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa berkata:
“Ketika malam Tarwiyah (tanggal 8 Dzul hijjah) Nabi Ibrahim tidur dan bermimpi. Dalam mimpi tersebut, seseorang berkata kepada beliau “Wahai Ibrahim, tepatilah nadzarmu!”. Setelah terbangun pada pagi hari, berliau berpikir dan mengangan-angan, dan berkata pada dirinya “Apakah mimpi itu dari Allah ataukah dari syetan ?”. Oleh karenanya hari itu dinamakan hari tarwiyah.

Pada malam hari berikutnya (tanggal 9 Dul Hijjah) beliau tidur dan bermimpi seperti mimpi yang pertama. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau mengetahui bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah. Oleh karenanya hari itu dinamakan hari Arafah, dan tempat tsb dinamakan Arafat.

Pada malam hari berikutnya (tanggal 10 Dzul Hijjah) beliau pun bermimpi dengan mimpi yang sama seperti sebelumnya. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau menyadari bahwa mimpi tersebut adalah perintah untuk menyembelih putra beliau. Oleh karenanya hari itu dinamakan hari nahr (hari penyembelihan).

فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَذْهَبَ بِإِسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ إِلَى النَّحْرِ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِهَاجَرَ وَهِيَ أُمُّ إِسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَلْبِسِيْ وَلَدَكِ إِسْمَاعِيْلَ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ فَإِنِّيْ ذَاهِبٌ بِهِ إِلَى ضِيَافَةٍ فَأَلْبَسَتْهُ أُمُّهُ وَدَهَنَتْهُ وَرَجَّلَتْ شَعَرَ رَأْسِهِ فَحَمَلَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ حَبْلًا وَسِكِّيْنًا ذَهَبَ مَعَهُ إِلَى جَانِبِ مِنَى

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam akan mengajak putranya Nabi Ismail ‘alaihissalam untuk disembelih, Beliau berkata kepada istri beliau Hajar “Pakaikanlah anakmu dengan pakaian yang bagus, karena sesungguhnya aku akan pergi bersamanya untuk bertamu !”.
Hajar pun memberi Nabi Ismail dengan pakaian yang bagus, memberinya wangi-wangian, dan menyisir rambutnya. Kemudian Nabi Ibrahim pergi bersama Nabi Ismail dengan membawa sebuah pisau besar dan tali ke arah tanah Mina.

فَكَانَ إِسْمَاعِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَعْدُوْ أَمَامَ أَبِيْهِ فَجَاءَ إِبْلِيْسُ يَقُوْلُ لِأَبِيْهِ أَلَا تَرَي اِعْتِدَالَ قَامَتِهِ وَحُسْنِ صُوْرَتَهِ وَلَطَافَةِ سِيْرَتِهِ فَقَالَ إِبْرَاهِيْمُ نَعَمْ وَلَكِنْ أُمِرْتُ بِذَلِكَ

Dan Nabi Ismail pun berlari-lari di depan ayahnya, saat itulah Iblis mendatangi Nabi Ibrahim seraya berkata “Apakah kamu tidak melihat tegaknya anakmu ketika ia berdiri, ia begitu tampan, dan lembut tingkah lakunya?”. Nabi Ibrahim berkata “Iya, tetapi aku diperintah untuk menyembelihnya”

فَلَمَّا أَيِسَ مِنْهُ جَاءَ إِلَى هَاجَرَ وَقَالَ كَيْفَ تَقْعُدِيْنَ ذَهَبَ إِبْرَاهِيْمُ بِابْنِكِ لِيَذْبَحَهُ قَالَتْ لَا تَكْذِبْ عَلَيَّ هَلْ رَأَيْتَ أَبًا ذَبَحَ اِبْنَهُ فَقَالَ لِأَجْلِ ذَلِكَ أَخَذَ الْحَبْلَ وَالسِّكِّيْنَ قَالَتْ لِأَيِّ شَيْءٍ يَذْبَحُهُ قَالَ يَزْعُمُ أَنَّهُ أَمَرَهُ رَبُّهُ بِذَلِكَ فَقَالَتْ اَلنَّبِيُّ لَا يُؤْمَرُ بِالْبَاطِلِ وَأَنَا أَفْدِيْ لِأَمْرِهِ رُوْحِيْ فَكَيْفَ بِوَلَدِيْ

Maka ketika Iblis sudah berputus asa tidak bisa menggoda Nabi Ibrahim maka iapun pergi menemui siti Hajar (isteri Nabi Ibrahim) , dan berkata: “Wahai Hajar, bagaimana bisa kamu hanya duduk disini sedangkan Ibrahim pergi bersama anaknya untuk menyembelihnya!”.

Siti Hajar berkata: “Kamu jangan dusta kepadaku, mana ada seorang ayah yang tega menyembelih putranya?”.
Iblis menjawab: “Lalu untuk apa Ibrahim membawa pisau besar dan tali?”.
Siti Hajar bertanya: “Untuk alasan apa ia menyembelihnya?”.
Iblis menjawab: “Ia menyangka bahwa Tuhannya telah memerintahkannya untuk meyembelih anaknya”.

Siti Hajarpun berkata: “Seorang Nabi tidak diperintahkan untuk kebatilan dan aku akan selalu percaya padanya. Nyawaku sebagai tebusan atas perkara itu, maka bagaimana dengan anakku (tentu ia pun demikian)”.

فَلَمَّا أَيِسَ مِنْ جَانِبِهَا جَاءَ إِلَى إِسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ إِنَّكَ تَفْرَحُ وَتَلْعَبُ وَمَعَ أَبِيْكَ حَبْلٌ وَسِكِّيْنٌ يُرِيْدُ ذَبْحَكَ فَقَالَ لَا تَكْذِبْ عَلَيَّ لِمَا يَذْبَحُنِيْ أَبِيْ قَالَ يَزْعُمُ أَنَّهُ أَمَرَهُ رَبُّهُ بِذَلِكَ قَالَ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا لِأَمْرِ رَبِّيْ

Maka ketika Iblis sudah berputus asa tidak bisa menggoda Siti Hajar maka iapun pergi menemui Nabi Ismail dan menggodanya: “Kamu sangat senang bermain-main, tetapi ayahmu membawa pisau besar dan tali, ia akan menyembelihmu ”.
Nabi Ismail berkata: “Kamu jangan berbohong kepadaku, ayahku tidak akan menyembelihku !”.
Iblis berkata: “Ia menyangka bahwa Tuhannya telah memerintahkannya untuk menyembelihmu”
Nabi Ismail berkata “Aku akan selalu tunduk dan taat terhadap perintah Tuhanku”.

فَلَمَّا أَرَادَ إِبْلِيْسُ أَنْ يُلْقِيَ كَلَامًا آخَرَ أَخَذَ إِسْمَاعِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ حَجَرًا مِنَ الْأَرْضِ فَرَمَاهُ بِهِ فَفَقَأَ عَيْنَهُ الْيُسْرَى فَذَهَبَ إِبْلِيْسُ خَائِبًا وَخَاسِرًا
فَأَوْجَبَ اللهُ عَلَيْنَا رَمْيَ الْحِجَارَةِ فِيْ ذَلِكَ الْمَوْضِعِ طَرْدًا لِلشَّيْطَانِ وَاقْتِدَاءً بِإِسْمَاعِيْلَ

Saat Iblis akan melontarkan perkataan lain untuk meggodanya, Nabi Ismail mengambil batu-batu dan melemparkannya kepada Iblis sehingga mengenai mata kiri Iblis. Kemudian Iblis pun pergi dengan kecewa dan putus asa.

Nah, pada tempat tersebut Allah mewajibkan atas kita melempar jumrah dengan niat melempar syetan dan mengikuti apa yang telah dilakukan Nabi Ismail.

فَلَمَّا بَلَغَ مِنَى قَالَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لِوَلَدِهِ (يَا بُنَيَّ إِنِّيْ أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّيْ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَا ذَا تَرَى) (قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ) (فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْنِ) أَيْ صَرَعَهُ عَلَى شِقِّهِ كَالشَّاةِ لِلذَّبْحِ وَوَضَعَ السِّكِّيْنَ عَلَى حَلْقِ وَلَدِهِ فَعَالَجَهُ بِشِدَّةٍ وَقُوَّةٍ فَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَطْعِهِ........

Setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam sampai di tanah Mina, beliau berkata kepada puteranya:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu”.

Nabi Ismail pun menjawab:
“Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, Insya’allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar”.

(Allah berfirman)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya.

Kemudian beliau menyembelih leher putra beliau dengan kuat, akan tetapi atas kehendak Allah pisau tersebut tak mampu memotong leher Nabi Ismail.

فَقَالَ إِسْمَاعِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَا أَبَتِيْ ضَعُفَتْ قُوَّتُكَ بِسَبَبِ مَحَبَّتِكَ لِيْ فَلَا تَقْدِرُ عَلَى ذَبْحِيْ فَضَرَبَ بِالسِّكِّيْنِ الْحَجَرَ فَصَارَ الْحَجَرَ نِصْفَيْنِ فَقَالَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ تَقْطَعُ الْحَجَرَ وَلَمْ تَقْطَعِ اللَّحْمَ فَتَكَلَّمَ السِّكِّيْنُ بِقُدْرَةِ اللهِ تَعَالَى فَقَالَ يَا إِبْرَاهِيْمُ أَنْتَ تَقُوْلُ اِقْطَعْ وَإِلَهُ الْعَالَمِيْنَ يَقُوْلُ لَا تَقْطَعْ فَكَيْفَ أَمْتَثِلُ أَمْرَكَ عَاصِيًا لِرَبِّكَ

Nabi Ismail berkata: “Wahai ayahku, kekuatanmu melemah karena cinta kepadaku sehingga engkau tidak kuasa untuk menyembelihku”.

Kemudian Nabi Ibrahim menebaskan pisau besarnya pada batu dan batu tersebut terbelah menjadi dua. Nabi Ibrahim berkata terheran-heran “Pisau ini bisa memotong batu tetapi tidak bisa memotong daging”.

Namun atas kuasa Allah, pisau tersebut berkata “Wahai Ibrahim, kamu mengatakan potonglah, tetapi Tuhan semesta alam berkata jangan potong. Maka bagaimana aku melaksanakan perintahmu yang berlawanan dengan perintah Tuhanmu?”

ثُمَّ قَالَ اللهُ تَعَالَى (وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيْمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا) (إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ) (إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِيْنُ) (وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ) مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ الْكَبْشُ الَّذِيْ قَرَّبَهُ هَابِيْلُ وَقَبِلَ مِنْهُ وَكَانَ فِي الْجَنَّةِ حَيًّا حَتَّى فُدِيَ بِهِ إِسْمَاعِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَكَانَ عَظِيْمَ الْجِسْمِ وَقَدْ أَتَى جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَعَ الْكَبْشِ حَتَّى رَأَى إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يُعَالِجُ بِالسِّكِّيْنِ حَلْقَ إِسْمَاعِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَقَالَ جِبْرِيْلُ تَعْظِيْمًا للهِ تَعَالَى وَتَعَجُّبًا لِإِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ فَقَالَ إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ فَقَالَ إِسْمَاعِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ فَحَسَّنَ اللهُ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ فَأَوْجَبَهَا عَلَيْنَا فِيْ أَيَّامِ النَّحْرِ اِقْتِدَاءً بِإِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Kemudian Allah berfirman:
Dan Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim”. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik .
Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata.
Dan Kami tebus (ganti) anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.

Malaikat Jibril pun datang dengan membawa seekor domba yang besar. Domba tersebut merupakan domba qurban Habil putra Nabi Adam yang masih hidup dalam surga. Kemudian domba tersebut dijadikan tebusan atau ganti Nabi Ismail. Malaikat Jibril yang datang dan melihat Nabi Ibrahim berusaha memotong leher putra beliau. Dengan rasa ta’dhim (hormat) dan kagum atas Nabi Ibrahim, Malaikat Jibril berkata :
ALLAAHU AKBAR........ALLAAHU AKBAR

Kemudian Nabi Ibrahim menjawab :
LAA ILAAHA ILLAAH...WALLAAHU AKBAR

Nabi Ismail pun mengikuti :
ALLAAHU AKBAR ..... WALILLAAHIL HAMDU

Allah telah menjadikan kebaikan atas kalimat-kalimat tersebut dan mewajibkan atas kita untuk dikumandangkan pada hari-hari penyembelihan (tanggal 10 s/d 13 Dzul Hijjah) karena mengikuti apa yang telah dilakukan Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam.

Wallaahu A’lamu bishshowaab.

Sumber:
Ringkasan dari Kitab Durrotunnasihin halaman 188-191




This post first appeared on Munirul Khikam, please read the originial post: here

Share the post

Kisah Nabi Ibrahim Menyem Belih Nabi Ismalil

×

Subscribe to Munirul Khikam

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×