Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Mendekatkan Diri Kepada Allah (Qurub Ilahi)

Oleh: Mln. Teguh Nasir Ahmad

“Sekali lagi kita harus paham, bahwa kenikmatan yang Hakiki ini adalah ketentraman jiwa, yang dapat diraih melalui Qurub Ilahi. Ingat, Allah Ta’ala nanti akan memanggil manusia untuk masuk ke dalam surga-Nya, bukan karena kekayaannya bukan pula orang yang selalu berkhayal atau orang yang selalu ingin mendapatkan pengakuan dan kepuasa dunia semata…. “.

Cara manusia mencari nikmat adalah dengan Qurub Ilahi. Di sini adalah orang-orang yang Ulil albab, Mereka menggunakan akal sehatnya, mereka juga ahli tafakur, mereka menggunakan akal pikirannya untuk memilah-milah dan akhirnya memilih jalan yang lebih tepat untuk meraih kenikmatan tersebut.

Mereka paham bahwa sumber segala kenikmatan ini adalah hanya Allah Ta’ala Sang Pencipta. Mereka juga maklum bahwa yang akan membawa kepada kenikmatan yang abadi adalah hanya ada satu jalan, yaitu menjadi kekasih Allah subhanahu wa ta’ala.

Mereka terus berusaha berikhtiar bagaimana bisa dekat dengan sang khalik. Mereka mendisiplinkan diri kepada kerohanian, lantas bekerja keras sesuai dengan kemampuannya, terus berusaha menyelaraskan diri dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, patuh tunduk kepada perintah-perintah–Nya, sehingga terpancar dari wujud mereka sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala.

Tapi terkadang sulit dipahami, sulit dimengerti terutama oleh orang-orang duniawi, karena kehidupan mereka secara duniawi tidak tampak, kesulitan dan kesusahan secara duniawi justru lebih jelas. Kadang mereka dicaci, difitnah, dijadikan sasaran gosip dikejar-kejar bahkan dibunuh. Seolah-olah sudah tidak ada ruang untuk hidup lagi di dunia ini. Hidupnya bagai orang dalam penjara. Selalu diawasi dicurigai dan lain sebagainya.

Satu peristiwa, seseorang mengajar ngaji, mengajar salat, mengajar agar orang-orang berbuat baik dan beramal saleh sesuai dengan ajaran Nabi Besar Muhammad saw, ia tidak mencari uang atau upah, selain apa yang ia dapat dari Karunia Allah Ta’ala.

Tetapi ia terpaksa harus masuk ke semak-semak belukar yang masih banyak binatang buasnya, ia harus berenang melintasi rawa-rawa yang masih banyak buayanya, harus masuk lobang semut yang banyak semut Apinya, ia juga harus masuk ke dalam lobang pembuangan tinja yang penuh dengan kotoran. Allahu Akbar, binatang buas tidak memangsanya, buaya tidak mencabik-cabiknya, semut tidak mengerumuni dan tidak menggigitnya, kotoran tidak menjadikan dia sakit. Akan tetapi bagaimana sikap manusia yang telah diberi akal dan ajaran yang sangat baik dan bagus oleh Allah Ta’ala, justru mereka lebih kejam dari binatang buas, lebih sadis daripada buaya, menyerbu dan menggigit melebihi semut api dan bau busuk lebih dari kotoran, astaghfirullah.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 179

وَ لَقَدۡ ذَرَاۡنَا لِجَہَنَّمَ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ ۫ۖ  لَہُمۡ قُلُوۡبٌ لَّا یَفۡقَہُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ لَّا یُبۡصِرُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اٰذَانٌ لَّا یَسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ کَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ ہُمۡ اَضَلُّ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡغٰفِلُوۡنَ

“Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan bagi Jahannam banyak di antara jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi dengan itu mereka tidak memahami, dan mereka mempunyai mata; tetapi dengan itu mereka tidak melihat, dan mereka mempunyai telinga tetapi dengan itu mereka tidak mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”

Inilah kehidupan yang digambarkan dalam hadis rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Muslim :

 “dunia ini penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang yang ingkar”,

Allahuakbar. Mereka yang sudah diperlakukan seperti itu mereka tetap saja tegar, seperti tidak mendapat masalah. Apa yang mereka bisa kerjakan, maka mereka tetap bekerja dan sangat menikmati pekerjaan itu. Setiap mereka mendapatkan cobaan atau fitnahan, justru bagi mereka itu semua adalah merupakan motivasi untuk lebih dekat dan lebih asyik lagi di dalam berhubungan dengan Sang Penguasa yakni  Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Diri mereka bagaikan tanah bisa merubah keburukan atau sampah menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanah, yang membuat tanaman menjadi hidup subur, daunnya rindang, bunganya indah nan harum semerbak, buahnya lebat dan manis rasanya. Inilah gambaran jiwa sabar, subhanallah.

Rupanya kedekatan mereka dengan Sang Ilahi, itu merupakan tujuan utama dan kenikmatan yang mereka mimpikan. Seluruh hidup mereka adalah gambaran rasa syukur kepada yang Maha Kuasa, dan inilah rahasia keabadian hidup mereka. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 8:

Dan ketika Tuhan engkau Mengumumkan, ”Jika kamu bersyukur,  pasti akan Aku limpahkan lebih banyak karunia padamu; jika kamu tidak bersyukur, maka ketahuilah sesungguhnya azab-Ku amat keras.”

Kemudian Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 147

مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا

Mengapa Allah mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha mensyukuri, Maha Mengetahui.

Jadi nikmat besar ataupun kecil, mereka tetap mensyukurinya, maka Allah Ta’ala melipatgandakan kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang mereka dapat adalah kenikmatan rohani yakni ketenangan, ketentraman jiwa, sehingga dalam keadaan apapun, susah atau senang, kaya atau miskin, mereka tetap syahdu dan asyik saja di dalam menjalani hidup ini. Tergambar dalam Surat Al-Baqarah ayat 112:

بَلٰی ٭  مَنۡ اَسۡلَمَ وَجۡہَہٗ  لِلّٰہِ وَ ہُوَ  مُحۡسِنٌ فَلَہٗۤ اَجۡرُہٗ عِنۡدَ رَبِّہٖ ۪ وَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ  وَ لَا ہُمۡ  یَحۡزَنُوۡنَ

“Yakni, orang yang mendapat keselamatan ialah orang yang untuk Allah menyerahkan diri bagaikan hewan kurban di jalan-Nya. Dan ia menunjukkan keikhlasannya tidak hanya dengan niat saja, melainkan dengan perbuatan-perbuatan baik. Barang siapa berbuat demikian, ganjaran sudah di tetapkan di sisi Allah. Dan orang-orang yang demikian, sedikitpun tidak takut serta tidak pula berduka cita.“

Kemudian sebagai gambaran kesempurnaan bagaimana cara mensyukuri nikmat ini, ada pada wujud suci Kanjeng Nabi Muhammad saw. Ketika beliau ditanya oleh seorang istrinya tentang apa yang beliau kerjakan. Yakni kenapa beliau harus bersusah payah beribadah sampai kakinya bengkak-bengkak. Jawaban beliau shallallahu alaihi wasallam adalah, “apakah aku tidak boleh mensyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadaku?” Jadi dari keseluruhan hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah tasyakur. Dalam hidup beliau tidak ada lagi dendam kesumat, kehidupan beliau diwarnai dengan sifat-sifat Allah swt sehingga beliau mendapat anugerah sebagai Nabi Rahmat untuk sekalian alam.

وَ مَاۤ  اَرۡسَلۡنٰکَ اِلَّا رَحۡمَۃً  لِّلۡعٰلَمِیۡنَ

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” (Al-Anbiya: 107)

Kemudian Allah Ta’ala pun menjadikan beliau sebagai Uswatun Hasanah, contoh atau model yang baik untuk diikuti oleh semua umat manusia.

لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا

“Sungguh bagi kamu dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan yang terbaik untuk orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan Hari Akhir, dan yang banyak mengingat Allah” (Al-Ahzab: 21)

Jadi untuk mencari nikmat dengan jalan Qurub Ilahi itu maka contohnya yang terbaik adalah Nabi Besar Muhammad saw sendiri.

Kepedihan, kepapaan atau kesulitan hidup yang beliau saw alami akibat ulah para kafir Quraisy pada saat itu, tidak menjadikan beliau saw mengeluh atau susah hati, akan tetapi beliau lebih sedih menyaksikan pembangkangan mereka terhadap Allah swt.

Beliau menikmati kehidupan itu, dan terus bekerja, terus berbuat kebaikan kepada semua orang bahkan  kepada semua makhluk. Inilah yang harus ada pada diri kita semua sebagai orang yang mengaku diri umat Islam, yang mengatakan satu-satunya panutan kita adalah Nabi Besar Muhammad saw. Sejatinya inilah  yang harus ditiru oleh kita. Inilah Kenikmatan haqiqi yang akan abadi.

Sekali lagi kita harus paham bahwa kenikmatan yang Hakiki ini adalah ketentraman jiwa, dapat di raih melalui qurub Ilahi. Ingat, Allah Ta’ala nanti akan memanggil manusia untuk masuk ke dalam surga-Nya, bukan karena kekayaan-nya, bukan pula orang yang selalu berkhayal atau orang yang selalu ingin mendapatkan pengakuan dan kepuasa dunia semata. Allah Ta’ala berfirman dalam QS Al-Fajr 27-30:

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ {} ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً {} فَادْخُلِي فيِ عِبَادِي {} وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Hai, jiwa yang tenteram ! *Kembalilah kepada Tuhan engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau,* Maka masuklah dalam hamba-hamba-Ku,* “.

Jadi yang dipanggil itu adalah orang-orang yang memiliki ketentraman, memiliki ketenangan jiwa. Itulah yang akan diseru oleh Allah Ta’ala masuk ke dalam surga-Nya.

Oleh karena itu mari kita bekerja keras, sekalipun tidak mudah untuk mendapatkan kenikmatan Qurub Ilahi ini. Jiwa, raga, harta, waktu dan kehormatan, harus kita korbankan di jalan ini.

Mudah-mudahan dengan banyak berdoa kepada Allah Ta’ala dengan penuh semangat dan khusyu‘ serta berusaha menjadi orang yang ikhlas lantas menjadikan Rasulullah saw itu satu-satunya figur kita di dalam menjalani hidup ini, insya Allah, Allah Ta’ala akan membimbing kita kepada jalan yang benar sehingga sampai kepada tujuan yakni meraih nikmat karena “Kedekatan/Qurub Ilahi. Aamiin.



This post first appeared on ISLAM DAMAI, please read the originial post: here

Share the post

Mendekatkan Diri Kepada Allah (Qurub Ilahi)

×

Subscribe to Islam Damai

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×