Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Hana Tajima Simpson Terinspirasi Muslimah Indonesia

Setelah memeluk Islam, Hana berjuang untuk merancang busana Muslim yang syar’i tapi tetap terlihat trendi. Pemilik nama lengkap Hana Tajima Simpson ini memeluk Islam pada 2008.

Muda, energik, dan visioner, kesan itulah yang barangkali muncul Dari sosok yang dibesarkan di sebuah pedesaan, Devon, dari seorang ayah berdarah Jepang dan ibu asli Inggris.
Ia adalah perempuan muda yang bergelut di dunia mode di Inggris. Ia memang bu kan tipe pribadi yang terlalu terbuka terkait kehidupan masa lalunya. Ia lebih suka membicarakan kariernya di dunia fashion.

Desainer muda ini berasal dari keluarga yang tidak religius. Ia sendiri sama sekali tidak terpikirkan untuk menjadi Muslimah.

Ia mengaku tertarik dengan agama, tetapi bukan tentang ritualnya melainkan tertarik kepada praktik agama dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam kehidupan sosial. Perempuan yang lahir dan besar di London ini mengenal Islam saat ia memasuki perguruan tinggi.

Saat itu, ia bertemu dengan banyak teman dari berbagai latar belakang agama, ras, dan budaya. Di kampus inilah ia berteman dengan beberapa Muslim.

Ia merasa sedikit terhina dan penasaran dengan gaya hidup yang dijalani teman Muslimnya itu. Mereka tidak pergi ke kelab seperti teman Hana lainnya. Namun, di lain sisi, Hana juga merasa muak dengan kehidupan bebas kota London.

Kaum muda London sepertinya tidak bisa terlepas dari dunia malam dan pergaulan bebas. Kegemarannya terhadap kajian filsafat, tetap tidak menghilangkan kebingungannya.

Di satu titik, ia merasa bingung dengan hidupnya. Padahal, ia merupakan ma hasiswa populer di kampusnya. Ia memiliki sahabat, kekasih, dan hal lainnya yang diimpikan remaja Inggris. Namun, Hana merasa kosong. Ia merasa hidupnya monoton. Kebingungan ini membuat Hana tidak ikut dengan teman-teman ke dalam pergaulan bebas.

Ia lebih memilih untuk menenggelamkan diri dengan membaca buku-buku filsafat dan juga isu gender. Buku tentang Islam pun ikut dibaca oleh Hana.

Semakin banyak membaca, Hana semakin menemukan diri dan setuju dengan pemikiran Islam. Namun, ia belum memiliki keinginan untuk menjadi Muslimah.

Seiring berjalannya waktu, ia terus mempelajari tentang Islam. Membaca lebih banyak buku, berdiskusi, dan membaca terjemahan Alquran.

Akhirnya, tibalah di satu titik ketika ia tidak dapat menampik kebenaran yang ada dalam Islam. Hana akhirnya bersyahadat. Ia pergi bersyahadat ditemani kakaknya yang bekerja sebagai fotografer.

Sejak bersyahadat, ia langsung memutuskan mengenakan hijab. Semua pakaian dari masa lalu, saya wariskan untuk adik saya, katanya. Dari sinilah, keinginannya untuk merancang busana Muslim dimulai. Hana kesulitan menemukan busana Muslimah yang pas untuk dirinya.

Keluarga besar Hana tidak mempermasalahkan keputusan perempuan yang saat memeluk Islam masih berusia 17 tahun ini. Keluarganya akan merasa senang ketika Hana bahagia. Menurut pihak keluarga keputusan Hana menjadi Muslimah memberikan dampak positif bagi dirinya.

Namun, di mata sahabat dan koleganya, keputusan berhijab tersebut, sempat membuat orang-orang terdekat Hana merasa tidak nyaman atas perubahan penampilannya.

Namun, ia berusaha santai dan bersikap biasa kepada teman-teman terdekatnya.

Akhirnya, seiring berjalannya waktu, teman-teman terdekat mulai dapat menerima penampilan barunya. Aku ingin menunjukkan hijab sebagai pembeda identitas antara Muslim dan non-Muslim, katanya.

Setelah memeluk Islam, Hana berjuang untuk merancang busana Muslim yang syar’i tapi tetap terlihat trendi. Ia sempat aktif di blog fashion sebelum akhirnya membuat produk sendiri. Ia memberi nama pa kaiannya dengan merk Maysaa. Keinginannya menciptakan produk sendiri bermula dari kebingungannya memilih pakaian Muslimah yang pas untuk dirinya. Gaun hasil desain Hana sering diulas oleh beberapa negara. Bahkan, majalah Vogue pernah menampilkan ulasan terkait pakaian berkelas dan menampilkan hasil karyanya.

Dalam mendesain pakaian, Hana selalu memerhatikan beberapa hal. Pakaian yang ia desain harus sederhana, mengikuti tren, dan tentu saja tetap syar’i. Ia ingin memberi kesan bahwa Muslimah tidak harus menggunakan pakaian kebesaran, berwarna norak, dan terkesan berantakan.
Menurut dia, menjadi Muslim di dunia Barat memang sedikit menakutkan. Untuk itu, dengan pakaian yang pas maka akan membantu Muslimah melakukan aktivitasnya.

Mereka tetap dapat diterima di lingkungan dengan pakaian dan hijab yang digunakan. Perjalanan kariernya dilalui bukan tanpa hambatan. Pada saat awal mengenakan hijab dan merancang busana Muslimah, banyak orang yang mengkritisi langkahnya.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan sema ngat Hana. Ia sadar, kritik merupakan salah sa tu risiko yang harus dihadapi. Apalagi, jika ia te tap konsisten menjalankan kariernya.

Hana mengaku banyak terinspirasi dari Muslimah Indonesia dalam merancang busana. Saya mendapatkan begitu banyak inspirasi dari gadis-gadis Indonesia yang memakai jilbab.

Cara mereka mencocokkan warna seperti di tempat lain, dan itu adalah sesuatu yang saya sedang mencoba untuk dimasukkan ke dalam gaya saya sendiri, katanya.



This post first appeared on Kisah Muallaf | Mengapa Kami Memilih Islam, please read the originial post: here

Share the post

Hana Tajima Simpson Terinspirasi Muslimah Indonesia

×

Subscribe to Kisah Muallaf | Mengapa Kami Memilih Islam

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×