Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Buah Amal Persis

Jika NU berkiprah besar dan “beribu kota” di Jawa Timur sementara Muhammadiyah memiliki amal usaha yang sangat besar dan “beribu kota” di Yogyakarta, kita setuju jika Persis “beribu kota” di Jawa Barat dan bergerak dalam bidang muamalah yang lebih besar.

MUKTAMAR XIV Persatuan Islam di Pondok Pesantren Persis Jln. Benda, Kota Tasikmalaya, bertabur “bintang”. Selain dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II juga hadir. Jusuf Kalla pun turut
memberikan pembekalan dalam muktamar ini. Semua fenomena itu menunjukkan bahwa Persis tak ubahnya seperti organisasi kemasyarakatan Islam cantik yang

dicintai banyak pemuda. Oleh karena itu, kecantikan dan kebesaran Persis tidak boleh mubazir, melainkan harus dimanfaatkan untuk merevitalisasi dan memaksimalkan seluruh potensi yang ada untuk kemaslahatan jamiah dan juga demi kebajikan seluruh bangsa. Persis semakin nyata menjadi kekuatan besar yang harus dioptimalkan potensinya.

Hajatan di dua kota –Tasikmalaya dan Garut– ini harus menjadi momentum awal mengerjakan pekerjaan rumah besar untuk mengukir masa depan warga Persis dan menyongsong masa depan bangsa Indonesia yang gemilang. Saatnya ormas Islam ini tampil di tengah pergaulan umat sebagai yang terbaik yang mampu menyampaikan amar makruf nahi mungkar.

Dua organisasi Islam sejenis, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama telah berkiprah dalam kancah yang lebih luas. NU mampu menampung dan mengartikulasikan suara umat Islam yang lebih besar. Itulah sebabnya ormas Islam yang berbasis utama di Jawa Timur ini menjadi jamiah terbesar di Indonesia. Kebesaran NU bahkan sempat mengantarkan mantan ketua umumnya, K.H. Abdurrahman Wahid, menjadi presiden ke-4 RI. Artinya, anggota jamiah yang besar mampu mengantarkan ormas Islam memperbesar kebajikan di tengah Islam.

Demikian pula Muhammadiyah, meskipun jumlah anggotanya tidak sebanyak NU, tetapi sumber daya manusia yang dimilikinya mampu memberikan warna yang dominan dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Amal usaha Muhammadiyah telah dirasakan manfaatnya oleh bangsa Indonesia secara konkret. Di samping mendirikan berbagai panti asuhan, rumah sakit, dan sistem perekonomian, Muhammadiyah menjadi pelopor dalam pembangunan bidang pendidikan. Perhatikan sekolah dan universitas yang dibangun oleh ormas yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan ini, selain kuantitas, kualitasnya juga terus ditingkatkan.

Oleh karena itu, kita setuju dengan gagasan yang dikemukakan Prof. Dr. H. Atip Latifulhayat, S.H., L.L.M., bahwa Persis harus menjadi pilar ketiga ormas Islam setelah NU dan Muhammadiyah, sebab banyak bidang garapan yang belum dituntaskan oleh dua ormas ini. Bahkan, meskipun banyak bidang garapan yang memiliki kesamaan, tidaklah menjadi masalah jika digarap ulang oleh Persis seperti bidang pendidikan dan kesejahteraan rakyat. Membanding-bandingkan antara NU, Muhammadiyah, dan Persis tentu saja bukan bermaksud mendikotomikan antarormas Islam, melainkan supaya terjadi persaingan yang sehat dalam kebajikan atau fastabiqul khairat. Persaingan yang baik dalam kebajikan akan lebih menggairahkan dalam mewujudkan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam.

Ideologi Persis yang anti-TBC (takhayul, bidah, dan churafat) bukanlah penghalang bagi kiprah sosial ormas ini. Logikanya, semakin ketat seseorang dalam memegang tauhid dan ideologi, justru seharusnya artikulasi dan resonansinya lebih besar dalam amaliah kehidupan duniawi sebab amaliah merupakan cermin suasana batin. Semakin tinggi kualitas tauhid seseorang, semakin besar pula amaliah yang bisa diekspresikan.

Anti-TBC, bagi Persis, lebih banyak berkaitan dengan ideologi dan tauhid. Antitakhayul, antibidah, dan anti-churafat merupakan barang mati dalam jamiah ini. Bahkan, ciri ini menjadi trademark bagi ormas yang didirikan A. Hasan ini. Kekuatan Persis di bidang ideologi ini tidak boleh membelenggu kreativitas dan inovasi di bidang kemaslahatan umat sebab antibidah yang dianut Persis hanya terbatas pada ideologi. Persis berpaham bahwa asal hukum dalam ibadah adalah haram, sampai datang perintah untuk melaksanakannya atau menyunahkannya. Dalam bidang muamalah, Persis berpaham bahwa asal dari segala sesuatu hukumnya boleh, sampai datang larangan atau memakruhkannya.

Ketatnya bidang ideologi dalam Persis cukup populer dan menjadi kesadaran umat yang cukup ketat. Namun, longgarnya kreativitas dalam muamalah belum terekspresikan secara optimal. Itulah sebabnya, jika NU berkiprah besar dan “beribu kota” di Jawa Timur sementara Muhammadiyah memiliki amal usaha yang sangat besar dan “beribu kota” di Yogyakarta, kita setuju jika Persis “beribu kota” di Jawa Barat dan bergerak dalam bidang muamalah yang lebih besar. Dengan demikian, Persis dapat menjadi pilar ketiga ormas Islam, bahkan dapat lebih besar dari ormas lainnya demi fastabiqul khairat. Ibarat pohon, Persis selama ini merupakan pohon besar dengan daun yang rimbun dan subur. Kini, saatnya umat memetik buah amal dari pohon itu.***


Dari :  Tajuk Rencana , Pikiran Rakyat , Selasa, 28 September 2010

Pic © Perwakilan Persis Mesir

ôôô

Cianjur, 29 September 2010 | 20 : 59

————————————————————————————————

Tulisan terkait :

  • Persatuan Islam ( Persis )
  • Muktamar XIV Persis Dibuka Hari Ini
  • Perjalanan Persis
  • Persis dan Demokrasi
  • Ahmad Hassan, Sang Guru Utama Persis
  • Gerakan Tajdid Ala Ahmad Hassan
  • Persis Masa Depan
  • Prof. Dr. KH Maman Abdurrahman Kembali Memimpin Persis

Filed under: Dunia Islam Tagged: bid’ah, churafat, Muhammadiyah, NU, Persatuan Islam, Persis, takhayul


This post first appeared on Islam 4 All | Doing The Right Thing And Doing It R, please read the originial post: here

Share the post

Buah Amal Persis

×

Subscribe to Islam 4 All | Doing The Right Thing And Doing It R

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×