Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

SPI, Langkah LDII Menyiapkan Pamong Profesional Religius



KEDIRI. DPP Ldii kembali menggelar Sekolah Pamong Indonesia (SPI) angkatan ke-2 tahap ke-3 di Ponpes Wali Barokah (PPWB) Kediri, Jawa Timur. Acara tersebut dimulai pada 19-23 September 2023 dan diikuti ratusan peserta dari perwakilan satuan pendidik yang bernaung di bawah LDII.

SPI adalah program pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi para pamong dalam bidang pendidikan karakter profesional religius. Pamong adalah istilah yang digunakan oleh LDII untuk menyebut orang-orang yang berperan sebagai pendamping, pembimbing, dan pengawas dalam proses pendidikan.

Melalui SPI, para pamong diharapkan dapat menjadi teladan bagi peserta didik dalam mengembangkan tri sukses, yaitu sukses dunia, sukses akhirat, dan sukses bermanfaat bagi orang lain. Selain itu, para pamong juga diharapkan dapat mengajarkan empat tali keimanan, enam tabiat luhur, dan prinsip kerja bener-kurup-janji.

SPI, Kontribusi LDII untuk Menyambut Bonus Demografi 2045

Kegiatan itu dihadiri Ketua umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso. Dalam sambutannya, ia mengatakan, seluruh stakeholder yang membentuk karakter pada peserta didik harus fokus terhadap program bidang pendidikan di lingkungan LDII. Mereka itu meliputi kepala sekolah, guru, pengurus yayasan, tenaga pendidik, orang tua dan pamong.

“Saya bersyukur sekali SPI ini dapat terlaksana. Ini bagian dari kontribusi LDII dalam menyambut bonus demografi 2045,” ujarnya.

Bonus demografi adalah kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia tidak produktif. Menurut proyeksi BPS, Indonesia akan memasuki bonus demografi pada tahun 2020 hingga 2035. Pada tahun 2045, Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografi dengan rasio ketergantungan sebesar 47%.

Untuk memanfaatkan bonus demografi ini, Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, LDII berupaya untuk memberikan pendidikan yang holistik dan integratif bagi peserta didiknya.

“Kami ingin mencetak generasi profesional religius yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi, serta kesadaran spiritual yang mendalam. Kami ingin generasi ini menjadi agen perubahan yang dapat membawa kemajuan bagi bangsa dan negara,” kata KH Chriswanto.

SPI, Program Pokok LDII dalam Membentuk Pamong Profesional Religius

Selain Ketua Umum DPP LDII, acara ini juga dihadiri oleh Ketua DPP LDII Bidang Pendidikan Umum dan Pelatihan Basseng. Ia mengatakan, peserta yang hadir dipilih dan diseleksi oleh institusinya karena dianggap memiliki potensi. “Harapannya, setelah lulus dari SPI, para peserta bisa menjadi pamong yang profesional religius,” ungkapnya.

Basseng menjelaskan, SPI merupakan program pokok LDII dalam menyiapkan sumber daya manusia yang profesional religius. Program ini dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang. Tahap pertama adalah SPI dasar yang berlangsung selama lima hari. Tahap kedua adalah SPI lanjutan yang berlangsung selama sepuluh hari. Tahap ketiga adalah SPI madya yang berlangsung selama lima belas hari.

“Setiap tahap memiliki materi dan metode yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya. Materi-materi yang diajarkan meliputi pengetahuan agama, pengetahuan umum, keterampilan komunikasi, keterampilan manajemen, keterampilan kepemimpinan, dan keterampilan kewirausahaan,” paparnya.

Basseng menambahkan, metode yang digunakan dalam SPI adalah metode interaktif, partisipatif, dan kolaboratif. Para peserta tidak hanya mendengarkan ceramah dari para narasumber, tetapi juga berdiskusi, berlatih, dan berbagi pengalaman dengan sesama peserta.

“Kami ingin para peserta tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga mengalami proses pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Kami ingin para peserta tidak hanya menjadi pamong yang cerdas, tetapi juga menjadi pamong yang peduli dan berempati,” ujar Basseng.

SPI, Sarana Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Lingkungan LDII

Sekretaris Pondok Pesantren Wali Barokah (PPWB) Kota Kediri Daud Soleh mengatakan, di PPWB juga ada satuan pendidikan formal, yaitu TK dan Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren (PKPPS) Wustha-Ulya, “Selain itu juga terdapat pendidikan non formal, yakni Lembaga Pendidikan Al-Quran (LPQ) dan Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT),” ungkapnya.

Menurutnya, kompetensi yang dibangun dalam penyelenggaraan SPI meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap pamong dalam pendidikan karakater profesional religius, “Yakni meliputi tri sukses, empat tali keimanan, enam tabiat luhur dan prinsip kerja bener-kurup-janji,” ujarnya.

Daud mengatakan, SPI sangat bermanfaat bagi para pamong di lingkungan LDII. Dengan mengikuti SPI, para pamong dapat meningkatkan kualitas diri mereka sebagai pendidik yang bertanggung jawab. Selain itu, para pamong juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka berikan kepada peserta didik.

“Kami berharap, dengan adanya SPI ini, kami dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi peserta didik kami. Kami ingin peserta didik kami menjadi generasi yang unggul dalam ilmu dan amal. Kami ingin peserta didik kami menjadi generasi yang mampu menghadapi tantangan zaman,” tutur Daud.




This post first appeared on LDII Sampit - Kalimantan Tengah, please read the originial post: here

Share the post

SPI, Langkah LDII Menyiapkan Pamong Profesional Religius

×

Subscribe to Ldii Sampit - Kalimantan Tengah

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×