Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Menerampilkan Berbicara yang Baik, Benar, Tata Krama dan Sopan Santun



Berbicara adalah salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dengan Berbicara, kita dapat menyampaikan pikiran, perasaan, dan informasi kepada orang lain. Namun, berbicara tidak hanya sekadar mengeluarkan suara. Berbicara juga harus memperhatikan etika, norma, dan budaya yang berlaku di masyarakat.

Etika berbicara adalah kaidah-kaidah yang mengatur bagaimana kita berbicara dengan orang lain agar tidak menyinggung, melanggar, atau merugikan pihak lain. Norma berbicara adalah aturan-aturan yang berlaku di masyarakat tentang bagaimana kita berbicara dengan orang lain sesuai dengan situasi, kondisi, dan konteks. Budaya berbicara adalah cara-cara berbicara yang khas dan unik dari suatu kelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti agama, adat, sejarah, dan geografi.

Salah satu aspek penting dalam etika, norma, dan budaya berbicara adalah tata krama dan sopan santun. Tata krama adalah perilaku yang Baik Dan sopan yang menunjukkan penghargaan dan hormat kepada orang lain. Sopan santun adalah ucapan atau ungkapan yang baik dan sopan yang menunjukkan kesantunan dan keramahan kepada orang lain.

Tata krama dan sopan santun dalam berbicara sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi dengan masyarakat luas yang memiliki kultur adat, budaya, dan keyakinan berbeda. Dengan menerapkan tata krama dan sopan santun dalam berbicara, kita dapat menjalin hubungan yang harmonis, saling menghormati, dan saling menghargai dengan orang lain.

Berikut adalah beberapa tips untuk menerapkan tata krama dan sopan santun dalam berbicara:

  • Gunakan bahasa yang sesuai dengan lawan bicara. Sesuaikan bahasa yang kita gunakan dengan usia, status, jabatan, atau kedekatan kita dengan lawan bicara. Misalnya, gunakan bahasa hormat atau bahasa baku jika berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih tinggi jabatannya, atau tidak akrab dengan kita. Gunakan bahasa sehari-hari atau bahasa santai jika berbicara dengan orang sebaya, lebih rendah jabatannya, atau akrab dengan kita.
  • Gunakan kata-kata yang baik dan benar. Hindari menggunakan kata-kata kasar, kotor, atau menyinggung yang dapat merendahkan atau menyakiti perasaan lawan bicara. Gunakan kata-kata positif, sopan, dan santun yang dapat membangun kepercayaan dan kerjasama dengan lawan bicara.
  • Gunakan nada suara yang tepat. Sesuaikan nada suara kita dengan situasi dan emosi kita saat berbicara. Hindari menggunakan nada suara terlalu keras, terlalu lembut, atau terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau ketidaknyamanan bagi lawan bicara. Gunakan nada suara sedang, jelas, dan stabil yang dapat menunjukkan sikap tenang dan percaya diri saat berbicara.
  • Gunakan ungkapan-ungkapan sopan santun. Tambahkan ungkapan-ungkapan sopan santun seperti permisi, maaf, terima kasih, silakan, mohon maaf sebelum atau sesudah berbicara untuk menunjukkan rasa hormat dan kesantunan kepada lawan bicara. Ungkapan-ungkapan sopan santun ini juga dapat membantu kita untuk memulai atau mengakhiri pembicaraan dengan baik.
  • Gunakan isyarat tubuh yang mendukung. Isyarat tubuh seperti kontak mata, senyum, anggukan kepala, atau gerakan tangan dapat membantu kita untuk menunjukkan minat dan perhatian kepada lawan bicara. Isyarat tubuh ini juga dapat membantu kita untuk mengungkapkan emosi atau maksud kita saat berbicara. Hindari isyarat tubuh seperti menggelengkan kepala, menyilangkan tangan di dada, atau melihat ke arah lain yang dapat menunjukkan sikap tidak peduli, tidak setuju, atau tidak tertarik kepada lawan bicara.

Dalam Islam, berbicara yang Baik Dan Benar adalah salah satu kewajiban dan keutamaan bagi setiap muslim. Allah SWT berfirman dalam al-Quran:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)”. Sesungguhnya syaitan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. al-Isra’: 53) 

فَقُولا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشىٰ

“Maka ucapkanlah oleh kalian berdua (Musa dan Harun) kepada dia (Fir’aun) perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44) 

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ

“Dan bagi orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya ada dua surga.” (QS. ar-Rahman: 46) 

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat memahami bahwa berbicara yang baik dan benar adalah:

  • Cara untuk menjauhi godaan syaitan yang ingin menimbulkan permusuhan dan perselisihan di antara manusia.
  • Cara untuk menyampaikan dakwah dan nasihat kepada orang-orang yang sesat atau durhaka dengan penuh hikmah dan kelembutan.
  • Cara untuk menunjukkan rasa takut dan hormat kepada Allah SWT yang Maha Besar dan Maha Kuasa.

Selain itu, berbicara yang baik dan benar juga memiliki banyak manfaat, di antaranya:

  • Membawa kedamaian dan kerukunan dalam masyarakat.
  • Meningkatkan kualitas ilmu dan pengetahuan.
  • Membangun kepercayaan dan persahabatan.
  • Mendapatkan pahala dan ridha dari Allah SWT.


Salah satu prinsip etika berbicara adalah berbicara yang baik dan benar. Berbicara yang baik adalah berbicara yang mengandung kebaikan, kebenaran, keadilan, dan kemaslahatan bagi diri sendiri dan orang lain. Berbicara yang benar adalah berbicara yang sesuai dengan fakta, realita, dan logika. Berbicara yang baik dan benar dapat membawa manfaat bagi kita sendiri dan orang lain.

Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk berbicara yang baik dan benar dalam setiap situasi dan kondisi. Jika kita tidak memiliki sesuatu yang baik untuk dikatakan, maka lebih baik kita diam. Rasulullah SAW bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. al-Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47) 

Sebaliknya, berbicara yang buruk dan salah adalah berbicara yang mengandung keburukan, kebatilan, ketidakadilan, dan kemudharatan bagi diri sendiri dan orang lain. Berbicara yang buruk dan salah dapat membawa mudharat bagi kita sendiri dan orang lain.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita harus berusaha untuk berbicara yang baik dan benar dalam setiap situasi dan kondisi:

  • Berbicara yang baik dan benar adalah perintah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam al-Quran:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)”. Sesungguhnya syaitan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. al-Isra’: 53)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Yaa ayyuhal ladziina aamanuu ittaquullaha waquuluu qaulan sadiidaa”

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS. al-Ahzab: 70)

  • Berbicara yang baik dan benar adalah sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. al-Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله تعالى ما يلقي لها بالا يرفعه الله بها درجات وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله تعالى ما يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

“Sesungguhnya seorang hamba dapat berbicara dengan perkataan yang mendapat keridhaan Allah, padahal ia tidak mengira bahwa ia akan mendapat pahala karena perkataannya itu, tetapi Allah meninggikan derajatnya karena perkataan itu. Dan sesungguhnya seorang hamba dapat berbicara dengan perkataan yang mendapat kemurkaan Allah, padahal ia tidak mengira bahwa ia akan mendapat siksa karena perkataannya itu, tetapi Allah menjatuhkannya ke dalam neraka karena perkataan itu.” (HR. al-Bukhari no. 6478 dan Muslim no. 2988)

  • Berbicara yang baik dan benar adalah tanda keimanan dan kecerdasan. Allah SWT berfirman dalam al-Quran:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, dan mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (QS. Fushshilat: 33)

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُون

“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang”, maka kamu ditimpa guruh (petir) disertai halilintar, sedang kamu menyaksikannya.” (QS. al-Baqarah: 55)

Selain itu, berbicara yang baik dan benar juga menunjukkan bahwa kita memiliki keimanan dan kecerdasan yang tinggi. Keimanan adalah keyakinan yang kuat kepada Allah SWT dan segala sesuatu yang datang dari-Nya. Kecerdasan adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dengan logika.

Orang yang berbicara yang baik dan benar adalah orang yang memiliki keimanan dan kecerdasan yang tinggi. Ia berbicara dengan dasar ilmu dan hikmah, bukan dengan dasar hawa nafsu atau emosi. Ia berbicara dengan tujuan untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan, bukan untuk men



This post first appeared on LDII Sampit - Kalimantan Tengah, please read the originial post: here

Share the post

Menerampilkan Berbicara yang Baik, Benar, Tata Krama dan Sopan Santun

×

Subscribe to Ldii Sampit - Kalimantan Tengah

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×