Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Tradisi Panggilan Gus dalam Budaya Jawa



Gus adalah sebuah panggilan yang populer di kalangan santri di pesantren dan masyarakat tradisional Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Panggilan ini bermakna "bagus, tampan, atau pandai" dan biasanya diberikan kepada anak laki-laki seorang ulama atau kiyai. Panggilan ini juga menunjukkan rasa hormat dan keakraban antara sesama santri atau masyarakat.


Asal-Usul Panggilan Gus

Panggilan Gus berasal dari kata Gusti, yang merupakan gelar status khusus untuk putra raja atau sapaannya dengan Gusti atau Gus. Gelar ini sudah ada sejak masa Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin oleh Panembahan Senopati pada abad ke-16. Raja Mataram Islam haruslah seorang santri, yaitu pemimpin yang berilmu agama, mengamalkan ajaran agama, dan berakhlak budi luhur. Maka dari itu, raja Mataram Islam juga memiliki gelar Khalifatulloh Sayiddin Panotogomo, yaitu pemimpin, pengatur, dan penata agama.

Salah satu raja Mataram Islam yang terkenal sebagai santri adalah Pakubuwono IV, yang memerintah pada tahun 1788-1820 M. Beliau dikenal sebagai Sunan Bagus, karena memiliki wajah yang bagus dan tampan, serta alim, tawadhu', dan dekat dengan para ulama. Beliau juga dikenal sebagai salah satu dari Santri Pitu atau Tujuh Ulama besar Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Maka dari itu, anak-anak laki-laki beliau dan para raja Mataram Islam selanjutnya biasa dipanggil dengan Gusti atau Gus.

Panggilan Gus kemudian menyebar ke kalangan pesantren dan masyarakat Jawa melalui para ulama kerajaan atau kyai dalem kraton yang merupakan murid atau kerabat dari raja Mataram Islam. Para kyai dalem kraton ini membawa sapaan Gus untuk memanggil anak-anak laki-laki mereka yang juga menjadi santri atau pengasuh pondok pesantren. Contohnya adalah Gus Dur, putra Kyai Wahid Hasjim dari Pondok Pesantren Tebuireng, atau Gus Baha', putra Kyai Nur Salim dari Narukan.


Makna Panggilan Gus

Panggilan Gus memiliki beberapa makna bagi para santri dan masyarakat Jawa, yaitu:

- Sebagai tanda hormat dan penghargaan kepada anak laki-laki seorang ulama atau kiyai yang dianggap memiliki ilmu agama, akhlak budi luhur, dan kharisma sebagai pemimpin.

- Sebagai tanda keakraban dan persaudaraan antara sesama santri atau masyarakat yang memiliki latar belakang pesantren atau tradisi keagamaan.

- Sebagai tanda harapan dan tanggung jawab kepada anak laki-laki seorang ulama atau kiyai untuk meneruskan perjuangan dan amanah orang tuanya dalam menjaga agama dan Budaya Jawa.

- Sebagai tanda identitas dan kebanggaan bagi para santri atau masyarakat yang memiliki nama panggilan Gus sebagai bagian dari warisan budaya Jawa.


Panggilan Gus adalah sebuah tradisi dalam budaya Jawa yang berasal dari gelar status khusus untuk putra raja Mataram Islam yang juga seorang santri. Panggilan ini kemudian menyebar ke kalangan pesantren dan masyarakat Jawa melalui para ulama kerajaan atau kyai dalem kraton yang memanggil anak-anak laki-laki mereka dengan Gus. Panggilan ini memiliki makna sebagai tanda hormat, keakraban, harapan, tanggung jawab, identitas, dan kebanggaan bagi para santri atau masyarakat yang memiliki nama panggilan Gus.



This post first appeared on LDII Sampit - Kalimantan Tengah, please read the originial post: here

Share the post

Tradisi Panggilan Gus dalam Budaya Jawa

×

Subscribe to Ldii Sampit - Kalimantan Tengah

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×