Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Mari Kita Islamkan Yahudi, Nasrani, Ateis

Luwuk.today, Bila meneladani perjalanan hidup Rasulullah saw, salah satu tugas yang sering dilalaikan Kaum Muslimin adalah mengislamkan orang-orang non Muslim. Kaum Muslim saat ini banyak yang fokus dakwahnya hanya untuk kaum Muslim saja. Tentu ini bukan hal yang jelek, tapi lebih bagus lagi kalau kaum Muslim juga memikirkan bagaimana caranya agar orang-orang di luar Islam masuk Islam.

Rasulullah setelah menerima wahyu dari gua Hira’, Rasul mulai mengislamkan orang-orang terdekatnya. Mulai dari istrinya Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar ash Shiddiq dan seterusnya. Di sini Rasul tidak hanya berhenti pada orang-orang terdekatnya, tapi terus meluaskan dakwahnya ke keluarga besarnya dan masyarakat Arab secara lebih luas.

Keberhasilan Rasul dalam mengislamkan masyarakat Arab saat itu, tentu dimulai dari diri beliau. Beliau telah berhasil menjadi pribadi yang mengagumkan. Jujur, cerdas, amanah, suka menolong orang yang butuh bantuan, suka menolong orang miskin dan lain-lain. Pribadi yang hebat ini membantu dakwah Rasulullah dapat berhasil dengan gemilang.

Makanya ketika Rasul menyampaikan ayat-ayat Allah, masyarakat Arab langsung tersentuh dan ingin lebih dekat dengan Rasul untuk mendengar ayat-ayat berikutnya yang menakjubkan. Gangguan dari beberapa petinggi kaum kafir Quraisy saat itu tidak membuat mayoritas berpaling dari dakwah Rasulullah.

Gangguan bukan hanya berupa perkataan atau kecaman terhadap apa yang disampaikan atau pada pribadi Rasul, tapi gangguan juga berupa siksaan bahkan pembunuhan. Beberapa sahabat Nabi yang telah memeluk Islam disiksa dan dibunuh.

Rasul tidak gentar terhadap ganggguan kaum kafir itu. Karena Rasul faham bahwa kebenaran mesti mendapat tantangan dari kaum yang ingkar kepada Allah. Rasul faham bagaimana dulu para Rasul juga mengalami hal yang sama. Nabi Ibrahim harus rela dibakar oleh raja bengis Namrudz karena menghancurkan keyakinan batil raja dan pengikutnya saat itu. Nabi Musa dikejar-kejar raja Firaun dan pengikutnya hendak dibunuh. Begitu juga yang dialami Nabi Isa dan lain-lain.

Di puncak kesulitan itulah Allah menurunkan pertolongan dan mukjizat kepada para RasulNya. Nabi Ibrahim as ditolong Allah dengan dinginnya api yang membakar. Nabi Musa as ditolong Allah dengan laut yang membelah menjadi daratan, sehingga beliau dan pengikutnya bisa melewati laut itu. Nabi Isa ditolong Allah dengan ‘mengangkatnya ke langit’ sehingga ‘kaum Yahudi’ saat itu menyiksa dan menyalibkan orang lain (orang yang diserupakan seperti Nabi Isa as).

Begitu pula Nabi Muhammad saw. Ketika para petinggi kaum kafir berencana membunuh Rasulullah, maka Allah mengirimkan wahyuNya agar Rasul segera berhijrah ke Madinah.

Di Madinah itulah justru Rasulullah dan para sahabatnya berhasil membangun peradaban yang terbaik di dunia. Membangun sebuah negara yang pertama kali di dunia dengan konstitusi tertulis. Membangun sebuah negara yang pertama kali mengajarkan toleransi kepada orang-orang non Islam. Membangun sebuah negara yang mendamaikan antar suku-suku Arab yang ‘biasanya suka berperang’. Membangun sebuah negara yang menjadikan budaya ilmu sebagai tradisi masyarakatnya. Membangun sebuah negara dengan menempatkan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat. Membangun sebuah negara yang dilandasi kerjasama dan kasih sayang dalam rangka bertaqwa kepada Allah SWT.

Memang tidak mulus dalam pendirian negara Madinah Munawwarah itu. Kaum Yahudi dan kaum Musyrikin lainnya terus menerus membuat konspirasi untuk menghancurkannya. Rasul dan para sahabat tidak pernah putus asa dan selalu tegar menghadapi permusuhan Mereka. Ratusan/ribuan nyawa para sahabat syahid menghadapi pertempura dengan kaum kafir itu.

Pertempuran yang terhebat adalah pertempuran besar pertama kali antara kaum kafir dan kaum Muslim. Ghazwah Badar. Kaum kafir berjumlah sekitar 1000 orang dengan peralatan yang jauh lebih hebat dari kaum Muslim. Pasukan Rasulullah hanya berjumlah sekitar 300 orang dengan senjata seadanya.

Menghadapi musuh yang jumlahnya lebih tiga kali lipat itu, tidak membuat kaum Muslim menciut semangatnya atau menyerah sebelum perang. Mereka yakin bahwa Yang Maha Kuasa, Allah SWT akan menurunkan pertolongannya dalam perang besar itu. Para sahabat shalat dan berdoa sungguh-sungguh agar mencapai kemenangan dalam perang hidup dan mati ini. Rasulullah bahkan berdoa sambil menangis tersedu-sedu agar Allah memberi kemenangan dalam perang melawan pasukan kafir yang bengis dan besar itu.

Doa Rasulullah dan para sahabat dikabulkan. Allah mengirimkan para malaikat untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan bangunan yang dirintis Rasulullah itu. Renungkan Al Quran surat Ali Imran 123-127:

وَلَقَدۡ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدۡرٍ وَّاَنۡـتُمۡ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ‏ ١٢٣ اِذۡ تَقُوۡلُ لِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ اَلَنۡ يَّكۡفِيَكُمۡ اَنۡ يُّمِدَّكُمۡ رَبُّكُمۡ بِثَلٰثَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الۡمَلٰٓٮِٕكَةِ مُنۡزَلِيۡنَؕ‏ ١٢٤ بَلٰٓى ۙ اِنۡ تَصۡبِرُوۡا وَتَتَّقُوۡا وَيَاۡتُوۡكُمۡ مِّنۡ فَوۡرِهِمۡ هٰذَا يُمۡدِدۡكُمۡ رَبُّكُمۡ بِخَمۡسَةِ اٰلَافٍ مِّنَ الۡمَلٰٓٮِٕكَةِ مُسَوِّمِيۡنَ‏ ١٢٥ وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشۡرٰى لَـكُمۡ وَلِتَطۡمَٮِٕنَّ قُلُوۡبُكُمۡ بِهٖؕ وَمَا النَّصۡرُ اِلَّا مِنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَكِيۡمِۙ‏ ١٢٦ لِيَقۡطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡۤا اَوۡ يَكۡبِتَهُمۡ فَيَنۡقَلِبُوۡا خَآٮِٕبِيۡنَ‏ ١٢٧

Perang yang dilancarkan kaum kafir dan munafik kepada Rasulullah itu, makin menguatkan semangat ukhuwah Islamiyah kaum Muslimin saat itu. Mereka makin yakin bahwa keyakinan yang mereka yakini itu benar dan harus diperjuangkan meskipun nyawa taruhannnya. Apalagi Rasulullah -orang yang selama hidupnya tidak pernah berbohong- menjanjikan bahwa mereka yang meninggal dunia dalam berjihad di jalan Allah dijamin masuk surga Allah SWT.

Tidak ada lagi para sahabat yang takut pada kematian. Menang dalam peperangan adalah baik dan syahid dalam medan perang juga baik. ‘Keyakinan yang hebat dalam jihad’ inilah yang menjadikan pasukan Islam nantinya menjadi pasukan ‘yang sangat menakutkan’ bagi pasukan kafir dalam sejarah dunia.

Dari Perang Fisik ke Perang Pemikiran

Pasukan-pasukan Islam mulai zaman Rasulullah hingga kekhilafahan di Turki (1900-an) adalah pasukan yang menakutkan bagi pasukan kafir di seluruh dunia. Mereka mempunyai semboyan hidup mulia atau mati syahid. Mereka diisi jiwanya oleh shalat dan al Quran. Mereka ditraining oleh para ulama sehingga menjadi para ksatria yang hebat. Tujuan perang bukan untuk mengukir nama pribadi, tapi untuk mempertahankan atau menyebarkan risalah Ilahi (jihad fi sabilillah).

Lihatlah pasukan Islam di tanah air. Mulai dari Syarif Hidayatullah, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Sultan Badruddin, Panglima Sudirman dan lain-lain, mereka berperang untuk mempertahan risalah Islam yang mulia. Mereka berperang melawan Portugis (Katolik) dan Belanda (Protestan), karena para penjajah selain ingin mengeruk kekayaan alam di tanah air juga ingin menyebarkan ajaran agama mereka. Belanda mengirimkan ‘ratusan misionaris’ di Indonesia, untuk mengkristenkan tanah air. Mereka beranggapan bahwa dengan mengubah keyakinan agama pribumi menjadi agama penjajah, akan memudahkan mereka untuk terus menancapkan cakarnya di Indonesia.

Alhamdulillah para pahlawan, bekerjasama dengan ulama, santri dan para penduduk melawan kaum penjajah habis-habisan. Ratusan tahun dari generasi ke generasi perlawanan itu terus dilakukan. Senjata hanya sederhana, keris, pedang, pisau atau bambu runcing. Itu senjata fisik. Senjata mental yang tidak dipunyai Belanda. Senjata mental pahlawan Indonesia adalah Allahu Akbar, Allah Maha Besar, semua makhluk termasuk penjajah adalah kecil. Isy kariman au mut syahidan. Hidup mulia atau mati syahid. Merdeka atau mati.

Pasukan Belanda motivasinya menjajah hanyalah materi. Hanyalah uang atau kekayaan. Mereka tidak mempunyai konsep mati syahid. Mereka takut kematian, meskipun mereka berani mengarungi laut ribuan kilometer ke Indonesia.

Motivasi Allahu Akbar berhadapan dengan motivasi ‘fulus akbar’. Hancurlah motivasi duniawi itu. Motivasi duniawi tidak ada Tuhan yang menolongnya. Motivasi duniawi sekutunya adalah iblis dan syetan. Secanggih-canggihnya iblis, dia adalah makhluk (terkutuk). Ia mesti kalah dengan Tuhan Allah SWT.

Maka jangan heran meski Belanda (Jepang dan pasukan sekutu), meski mengerahkan pasukan terbaik dan senjata militer yang canggih, mereka kalah dalam pertempuran. Bagaimana bisa menang perang melawan pasukan yang tidak takut mati? Bagaimana mau menang perang melawan pasukan Islam yang semboyan menang dalam peperangan alhamdulillah. Mati dalam peperangan juga alhamdulillah, karena dijamin Allah surga.

17 Agustus 1945 Indonesia merdeka. Banyak pejuang kemerdekaan yang kembali ke desa. Para kiyai dan santri banyak kembali ke pesantrennya untuk melanjutkan Pendidikan. ‘Hanya sebagian yang terus ikut dalam kemiliteran’ di tanah air.

Disinilah tragedi Pendidikan militer terjadi. Pendidikan militer tidak lagi dibina para kyai. Pendidikan militer tidak lagi dibina para ulama. Pendidikan militer dibina di luar negeri. Pendidikan militer dibina di Amerika Serikat, negara pemenang Perang Dunia Ke II.

Pendidikan militer yang dulu di tanah air, menyatukan al Quran dalam kehidupan militer sehari-hari. Di Amerika, para perwira dididik dengan Pendidikan sekuler. Militer dijauhkan dari Al Quran. Militer dijauhkan dari Islam. Militer dididik bahwa semua agama sama. Bahkan mereka dididik untuk cenderung ‘tidak percaya atau menjauhkan Tuhan dari kehidupan’. Militer dididik bahwa dalam hidup yang dicari adalah jabatan dan kekayaan. Dalam hidup yang dicari adalah nama baik (meski nama baik ditempuh dengan jalan culas atau menipu).

Begitulah cara Amerika menguasai dunia Islam. Amerika tidak melakukan penjajahan konvensional sebagaimana Belanda. Amerika melakukan penjajahan dengan mendidik para perwira militer atau intelektual sipil di Amerika. Di negeri ‘anti Islam’ itu mereka dibina dengan menjauhkan al Quran dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dididik bahwa mereka nanti di negerinya akan melawan kaum fundamentalis yang berpegang teguh pada al Quran. Mereka dididik bahwa mereka nanti akan berhadapan kaum radikal Islam. Mereka dididik bahwa mereka akan berhadapan dengan kaum intoleran. Mereka dididik dengan ilmu dan sains yang memisahkan ilmu dengan al Quran/Islam. Mereka dididik bahwa Islam itu agama yang sama saja dengan yang lainnya. Islam agama yang sama dengan Kristen, Yahudi, Konghucu, Budha, Hindu dan puluhan agama lainnya di dunia.

Sejarah keagungan Islam diputarbalikkan mereka. Negara-negara yang keras terhadap ‘ulama radikal’ didukung. Amerika mendukung penuh Saudi, karena Saudi menampilkan ‘Islam yang keras/wahabi’. Saudi menampilkan Islam dalam wujud hokum pidana ‘yang mengerikan’. Saudi menampilkan Islam yang ramah terhadap para raja atau pangeran. Meskipun raja atau pangeran itu sering berbuat dosa besar atau maksiyat.

Amerika mendukung penuh Saudi dalam melawan Syiah/Iran. Sunni-Syiah terus diadu domba, agar tidak mengganggu negara Israel. Israel adalah anak kesayangan, yang tidak boleh diganggu negara manapun. Timur Tengah dipanas-panasi untuk terus perang, agar tidak mengganggu Israel. Timur Tengah boleh hancur, asal Israel terus berjaya. Kaum Yahudi dan kaum Kristen elit di Amerika punya keyakinan bahwa zaman akhir dimenangkan mereka. Zaman akhir bukan dimenangkan kaum Muslim. Makanya jangan heran, para intelektual mereka terus mempropagandakan demokrasi liberal yang dianggap mereka sebagai akhir sejarah, akhir kemenangan Manusia.

Pemerintah Amerika boleh menipu banyak warga di dunia. Tapi intelektual di Amerika yang kritis kepada pemerintahnya juga mulai tumbuh. Fitrah mereka sebagai manusia yang ingin mencari keadilan, melihat bahwa negara mereka berada pada jalur yang keliru. Negara mereka ingin menguasai dunia, dengan menguasai militer, media, dan agen-agen intelektual Amerika di dunia ketiga atau dunia Islam.

Para intelektual yang jujur itu ingin mengubah negaranya. Mereka ingin mengubah dunia. Mereka tidak ingin satu negara mendominasi negara lain dan memaksakan nilai-nilainya. Mereka sadar bahwa nilai Amerika atau Barat banyak yang keliru. Nilai kebebasan mutlak manusia, nilai pornografi bebas, nilai dominasi kuat manusia ke manusia yang lemah, nilai dunia manusia adalah seperti dunia hewan (doktrin militer Barat/Cina/Rusia) dan lain-lain.

Adanya internet, memudahkan para intelektual untuk mencari kebenaran sejati. Kebenaran di dunia ini banyak yang palsu. Lewat penguasa dengan agen-agen intelektualnya plus media massa, sebuah kebatilan bisa disulap menjadi kebenaran. Jarang rakyat bisa keluar dari kungkugan perangkap media massa.

Para intelektual bisa membandingkan mana kitab suci yang asli dan mana kitab suci yang palsu. Mana pemuka agama yang jujur dan mana pemuka agama yang penuh kepalsuan.

Maka jangan heran Dan Brown dengan jujur membuka kedok penuh tipu muslihat di pusat gereja dunia, Vatikan. Seorang penulis Eropa membedah adanya ribuan pemimpin Katolik yang berhubungan seksual dengan pelacur, anak, gadis dan lain-lain. Padahal di ajaran Katolik, pemimpinnya dilarang untuk menikah.

Para sejarawan membedah tingkah laku yang buruk dan sadis yang dilakukan pasukann Salib di Palestina, pasukan Katolik di Andalusia (1490-an), pasukan Portugis dan Belanda di Indonesia dan lain-lain.

Para sejarawan membedah sejarah pendirian negara Israel (1948) yang didukung Amerika dan Inggris. Pendirian negara yang diawali dengan pembantaian ‘ribuan manusia’ dan pengusiran jutaan orang dari Palestina. Pembantaian dan penjarahan tanah terus berlangsung hingga kini.

Kitab Bible dan ‘Talmut’ yang menjadi landasan perilaku kaum Kristen dan kaum Yahudi dibedah habis-habisan. Benarkah itu kitab suci? Benarkah kitab itu dari Tuhan? Benarkah tidak ada campur tangan dari manusia. Ternyata bohong BIbel dari Tuhan. Menurut para teolog Amerika sendiri (dalam buku Five Gospels), kalimat-kalimat dalam Bibel yang diduga kuat dari Yesus/Nabi isa kurang dari 20 persen. Yang lainnya karangan dari Matius, Markus, Lukas, Paulus dan lain-lain.

Kitab suci yang kacau itu jangan heran menjadi George W Bush dan para pendeta di Gedung Putih tidak merasa berdosa setelah menghancurkan Irak dan membunuh lebih dari 1 juta orang (Bandingkan dengan tragedy WTC yang ‘hanya menelan korban 3000 orang). Hanya beberapa Gedung yang hancur. Irak bukan hanya hancur Gedung-gedungnya, tapi negaranya. Masa depan negaranya, para pemudanya, anak-anaknya menjadi tidak jelas ke depannya. Amerika telah membuat sebuah negara saling bunuh rakyatnya.

Itu pula yang dilakukan Amerika, Inggris dan Israel di Palestina. Bagaimana sebuah kitab yang dikatakan suci bisa merestusi pembunuhan ribuan manusia lain. Bagaimana sebuah kitab yang dikatakan suci merestusi penjarahan tanah orang lain ‘hampir tiap hari’.

Itu bukan kitab suci. Itu kitab kotor. Bibel dan Talmud adalah kitab palsu. Pura-pura dijadikan pegangan, dengan maksud untuk memuaskan nafsu kekuasaan pribadi. Nafsu kekuasaan untuk memperbudak manusia lain. Nafsu kekuasaan untuk mengendalikan orang lain. Pembunuhan disulap media massa menjadi pembalasan serangan. Penjarahan disulap media massa menjadi pengambilalihan hak pada tanah yang dijanjikan sesuai ‘kitab kotor’ mereka.

Kalau Israel boleh mengambil tanah Palestina dengan cara paksa dengan alas an berdasar kitab suci, bolehkah umat Islam mengambil kembali tanah Andalusia dengan dasar kitab suci? Tidak. Umat Islam tidak boleh melakukan itu. Islam melarang kaum Muslim menjajah atau menjarah tanah yang bukan miliknya. Islam melarang kaum Muslim membunuh karena faktor dendam atau faktor lain yang tidak diizinkan Al Quran (Qishash misalnya). Bahkan dalam pembunuhan, Al Quran menyatakan korban bisa menuntut balas kepada sang pembunuh atau memaafkannya (dengan bayar denda tertentu).

Membunuh satu nyawa manusia tanpa ‘haq’ seperti membunuh manusia sedunia, kata al Quran. Nyawa manusia sangat dijaga dalam al Quran. Al Quran menuntun penjagaan manusia mulai dalam kandungan seorang ibu. Bahkan al Quran juga menuntun agar kelahiran manusia melewati pernikahan yang sah, pernikahan yang diridhai Allah SWT. Maka disinilah hikmahnya kenapa zina dilarang dalam Islam. Zina adalah sebuah perbuatan yang ‘tidak menghargai’ proses penciptaan manusia. Proses penciptaan manusia adalah ‘proses yang paling rumit dalam pembentukan makhluk di dunia ini.’

000

Kini adalah zaman internet. Kita memasuki zaman dimana senjata manusia tidak lagi nuklir, tank, rudal, revolver atau senjata militer lainnya. Senjata manusia kini adalah ilmu. Bila dulu manusia atau bangsa dihormati karena kekuatan militernya, maka kini sebuah bangsa dihormati karena kekuatan ilmunya.

Manusia kini tidak lagi suka beradu senjata. Manusia kini suka beradu ide. Beradu fikiran, beradu gagasan. Mereka yang masih berfikir untuk menjadi manusia atau bangsa yang hebat dengan memperkuat militernya, adalah manusia yang out of date. Manusia yang ketinggalan zaman. Manusia yang tidak mengikuti perkembangan zaman.

Dengan adanya internet, semua permasalah di dunia, tidak lagi diselesaikan dengan adu senjata seperti dulu. Semua permasalahan antar bangsa bisa dirundingkan dengan kepala dingin antar pemimpin bangsa.

Maka bila dulu gagasan penghancuran senjata militer di dunia seakan mustahil, kini bukan mustahil. Persenjataan militer tidak lagi diperlukan bagi manusia. Persenjataan militer hanya akan menyebabkan kesengsaraan bangsa atau manusia lainnya.

Maka lagu imagine karya John Lennon sebenarnya bukan sebuah khayalan. Sayangnya John Lennon mengkhayalkan bahwa masyarakat di dunia bisa terbentuk damai kalau tanpa agama, tanpa senjata, tanpa batas-batas negara. Lennon yang tidak mengerti al Quran, wajar mengimajinasi seperti itu.

Itu mungkin inspirasinya datang dari pemikir-pemikir ateis. Pemikir komunis atau ateis memang mengkhayalkan masyarakat dunia yang sama rata dan sama rasa. Tapi mereka terpeleset pemikirannya, karena untuk menuju kea rah sana, masyarakat harus punya ‘pedoman suci’. Kaum komunis tidak memiliki pedoman. Pedomannya adalah akal dan hawa nafsunya. Sehingga yang terjadi dalam sejarah manusia,, bukan masyarakat yang Makmur yang dicapai komunis, tapi masyarakat yang amburadul.

Bahkan ratusan juta orang harus dibunuh untuk memenuhi ambisi kaum komunis ini. Kita bisa melihat saat bagaimana Rusia dengan kesombongan militernya menjajah dan membunuh bangsa Ukraina yang kecil. Begitu pula Cina kebingungan mengatur penduduknya yang milyaran, sehingga ia ‘menjajah bangsa lain’.

Kaum komunis dan kaum kapitalis memang saat ini menguasai dunia. Tapi mereka gagal dalam menyejahterakan dunia. Mereka gagal membentuk masyarakat yang adil dan Makmur. Mereka gagal membangun manusia-manusia yang berkepribadian mulia. Manusia yang mempunyai akal yang cerdas dan akhlak yang muliia. Mereka gagal membangun manusia yang memahami bahwa dirinya diciptakan. Mereka gagal membangun manusia yang tunduk kepada Yang Maha Menciptakan alam semesta ini. Mereka ‘hanya menciptakkan manusia-manusia yang sombong’ yang kebanyakan rusak akhlaknya dan tidak menyembah Tuhan yang benar. Mereka menciptakan manusia yang menyembah nafsu atau dirinya sendiri.

Disinilah saatnya kaum Muslimin tampil. Kaum Muslim mempunyai senjata yang tidak dimiliki oleh kaum non Muslim. Kaum Muslim mempunyai Al Quran, satu-satunya kitab suci yang asli/otentik di seluruh dunia. Kaum Muslim mempunyai teladan Nabi Muhammad. Manusia terhebat dalam sejarah manusia. Kehebatan Nabi bukan hanya diakui oleh para ulama/cendekiawan Islam, tapi juga oleh puluhan cendekiawan Barat.

Marilah kita renungkan surat yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw di Gua Hira’:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
Yang menciptakan manusia dari alaq (sesuatu yang tergantung)
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang memuliakan
Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan pena (tulisan)… (Al Quran surat al Alaq 1-5).

Wallahu azizun hakim. Allah Maha Perkasa dan Allah Maha Bijaksana. II Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik



This post first appeared on Luwuk Today, please read the originial post: here

Share the post

Mari Kita Islamkan Yahudi, Nasrani, Ateis

×

Subscribe to Luwuk Today

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×