Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Ini Generasi anak gua

Tags: anakanak

Saya tersenyum ketika melihat salah satu iklan operator sellular di televisi.
Dalam iklan itu digambarkan seorang fotografer yang hendak mengambil gambar sekelomp anak SD yang dikacaukan oleh kelakuan seorang anak, ketika dengan isengnya mengirimkan SMS ke hp teman-temannya yang lain.

Peristiwa yang lucu. Tapi kita bisa melihat bagaimana cepatnya anak-anak sekarang dalam menggunakan teknologi.

Berbeda dengan generasi sebelumnya, anak-anak yang digambarkan dalam iklan tersebut, mewakili anak-anak sekarang yang hidup di jaman keterbukaan teknologi,keterbukaan cara berpikir, keterbukaan berperilaku, serta ketersediaan sarana pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Seperti dikutip situs Wireless World Forum menyebutkan bahwa usia rata-rata anak-anak mulai menggunakan peralatan elektronik telah menurun dari 8,1 tahun pada 2005 menjadi 6,7 tahun pada tahun 2007. Anak-anak menggunakan perangkat elektronik rata-rata tiga hari per minggu, sementara perangkat-perangkat yang paling banyak digunakan adalah televisi yaitu 5,8 hari per minggu, ponsel berkisar 4,3 hari per minggu, sedangkan perekam video sekitar 4,1 hari per minggu (dari hasil penelitian lembaga riset pasar ritel dan konsumen global, NPD Group, yang berkedudukan di New York, AS). Meskipun survei itu dilakukan dan menggunakan responden warga AS, namun hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan meningkatnya fenomena kecepatan anak-anak dari keluarga kelas menengah atas di perkotaan dalam menyerap iptek sekaligus akrab dengan teknologi informasi.

Mereka disebut "Generasi Platinum". Terminologi Generasi Platinum sendiri dikenalkan oleh Alzena Masykouri seorang psikolog dari Universitas Paramadina Jakarta. Menjadi sebutan bagi anak-anak yang dilahirkan pada tahun 2000 ke atas, atau pada awal abad ke-21 yang identik dengan anak-anak dengan kecerdasan lebih karena dekat dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Matangnya teknologi informasi memberikan lebih banyak kesempatan dan keterbukanaan dalam mengembangkan potensi diri. Ibu Alzena mengatakan bahwa “Generasi platinum lebih eksploratif dan mereka lebih mampu melakukan berbagai observasi dengan metode pendekatan ilmu baik sains, biologi, sosial dan sebagainya,” ujarnya.

Generasi Platinum tidak hanya aktif dibidang akademis, melainkan juga di bidang non-akademis. Mereka adalah generasi yang siap untuk menjadi warga dunia yang multy-talented, multy-language, dan multy-disiplin.

Jika melihat perkembangan dan isu global saat ini, setidaknya generasi ini kelak akan menghadapi dunia dengan era keterbuakaan dan globalisasi yang sangat kompetitif. Belum lagi isu Global Warmin, krisis bahan bakar, perubahan politik dll. Karena itu anak-anak generasi platinum dituntut untuk bisa lebih tangguh dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.

Itu hanya sekedar gambaran sekilas apa yang akan mereka hadapi di masa mendatang. Tapi mari kita lihat kondisi sekarang. Saat ini, ‘pendidikan’ anak oleh televisi telah menjadi fenomena keluarga-keluarga sibuk. Kuantitas interaksi anak dan orang tua yang menurun, mengakibatkan anak-anak cenderung lebih banyak berinteraksi dengan televisi, games, atau browsing internet. TGenerasi ini tumbuh dan berkembang di berbagai era layar, seperti layar televisi, video CD, komputer, telepon seluler, playstation, dan sebagainya. Konsekwensi negatifnya bukan tidak mungkin anak-anak generasi platinum ini bisa memperoleh informasi bermuatan “dewasa”yang tidak patut seperti pornografi.

Belum lagi dampak psikologi yang ditimbulkan akibat terus menerus di depan layar televisi atau komputer, yang bisa membuat anak menjadi lebih suka menyendiri, mengalami kesulitan bergaul, egois bahkan disebut cenderung memiliki emosi yang labil.

Sadar atau tidak setiap hari anak-anak kita dihadapkan pada berbagai stimuli melalui media-media ini. Sedangkan kita tahu bahwa di usia dini anak-anak kita, komuniskasi visual menjadi jenis komunikasi yang paling efektif untuk diserap, telepas benar atau salah. Dalam waktu lima menit saja berapa banyak iklan yang dilihat oleh anak-anak kita? sedangkan kita tahu bahwa iklan-iklan itu sengaja di buat, di desain sedemikian rupa untuk mempengaruhi atau menciptakan image tertentu. Untuk tujuan itu, sebuah iklan terkadang sengaja tidak memberikan informasi yang lengkap dan terkesan menjebak. Jika orang dewasa saja banyak yang menjadi korban iklan, apa lagi anak-anak.

Kondisi dunia yang dihadapi oleh anak-anak Generasi platinum menuntut mereka untuk bisa mandiri sejak dini. Anak generasi ini harus pandai menyerap dan memilah informasi mana yang benar dan tidak tepat buatnya.Tanpa keberadaan orang tua, mampukah anak-anak ini memilah-milah informasi yang mereka dapat? Karena itu saya semakin merasakan perlunya kemampuan mengolah informasi, dan seni membuat keputusan, diajarkan kepada anak-anak sejak dini. supaya anak-anak ini tidak sampai terlarut berfikir bebas dalam mengadopsi informasi.

Jadi kunci pertama adalah keterbukaan. Orang tua harus memiliki sikap terbuka dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang ada. Bersahabat dengan teknologi di era informasi, memang menjadi sebuah tuntutan. Orang tua di tuntut untuk setidaknya melek teknologi, sehingga mereka bisa memahami dunia dimana anak-anak ini hidup dan berkembang. Jadi mulailah dengn memahami dunia mereka.

Mendidik generasi platinum adalah bagaimana orang tua bisa meletakkan dasar-dasar yang kuat yang bisa digunakan oleh anak-anaknya untuk bertahan (Life skill). Bukanlah dengan cara mencegah, tapi dengan dengan mendampingi dan mengarahkan. Orang tua sebisa mungkin berusaha memuaskan keingin tahuan anak-anak mereka, dengan sikap yang lebih terbuka, dialogis dan demokratis tapi juga tegas mengatakan tidak dengan disertai alasan yang logis.

Orang tua tidak bisa lagi menggunakan istilah tabu/pamali. Anak-anak generasi platinum tidak akan puas hanya dengan alasan tersebut. Mencegah atau melarang hanya akan membuat anak-anak ini menjadi penasaran dan tidak puas. Dan dengan perkembangan teknologi sekarang mereka bisa dengan mudah mengakses dan melakukan ekplorasi ke sumber-sumber informasi yang lain yang belum tentu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Kunci kedua adalah life skill. Menurut Pak Buchori Nasution dari Dewan Pembina Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia (LMPI), kurikulum pendidikan yang dibutuhkan oleh generasi platinum adalah kurikulum kepemimpinan atau leadership, ilmu terapan dan life skill. Saya sangat setuju dengan pendapat ini, tapi bukan hanya di dunia pendidikan formal, dalam keluarga, orang tua juga perlu ajarkan kepada anak-anak mereka seni bertahan hidup. Sejak dini anak perlu diajarkan seni rumusan masalah dan mencari solusi secara aktif. Kemampuan ini dimaksudkan untuk untuk membekali anak dalam mengidentifikasi kebutuhan dan peluang, melakukan observasi, hingga membuat kesimpulan dan keputusan yang tepat terhadap setiap persoalan yang mereka hadapi. Diharapkan anak-anak mampu mengembangkan filter dan tahu bagaimana memilah-milah informasi yang ada. Dengan demikian, generasi platinum dapat bersikap dan menunjukkan perilaku yang sehat terhadap pemanfaatan teknologi.

Kunci yang ketiga adalah peletakan pondasi yang kokoh. Mendidik generasi platinum harus dimulai dengan meletakkan dasar-dasar yang kuat yang bisa menjadi pedoman bagi anak-anak ini. Pembangunan akhlak dan karakter adalah pondasi yang paling penting bagi anak-anak ini. Takut akan Tuhan adalah dasar dan sumber dari pengetahuan. Iman yang kuat dan benar akan menolong mereka senantiasa berada pada jalur pengembangan pribadi yang benar dan terarah.

Semoga dengan ini, sebagai orang tua kita bisa mendampingi, menolong dan mendidik anak-anak hingga kelak mereka pun dapat menggunakan potensinya untuk bertahan hidup. Bahkan juga menjadi manusia yang berkualitas, produktif dan lebih positif memandang dunia.

Menyiapkan anak generasi platinum menjadi sebuah tantangan yang luar biasa dalam hal mendidik anak di zaman yang oleh Jayabaya disebut zaman “edan”. Semoga dengan kemampuan dalam menguasai teknologi dan informasi, dilandasi dengan sikap takut akan Tuhan, kelak mereka bisa menciptakan peradaban dunia baru yang lebih baik.
Terakhir saya sisipkan kutipan ini sebagai penutup:

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu
- Amsal 22:6

Didiklah anak-anakmu untuk masa yang bukan masamu.
- Ali Bin Abi Thalib r.a.

Content from : Nama Saya Kristian Blog


This post first appeared on Nama Saya Kristian, please read the originial post: here

Share the post

Ini Generasi anak gua

×

Subscribe to Nama Saya Kristian

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×