Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Book Review : How Can I Talk if My Lips Don't Move? by Tito Rajarshi Mukhopadhyay

Tags: tito
Book Review How Can I Talk if My Lips Don't Move by Tito Rajarshi Mukhopadhyay
Kisah dari pemikiranku yang autis

Judul Buku : How can I talk if my lips don't move?
Penulis : Tito Rajarshi Mukhopadhyay
Alih bahasa : Stephanie Yuanita
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2013
Halaman : xvi + 259
ISBN 978-602-02-0705-6




Blurb
"Cerita kehidupan yang berasal dari pengalaman indrawi yang
menakjubkan" - Washington Post Book World

Ketika berumur tiga tahun, Tito didiagnosis autis berat, tapi ibunya,
tekun, dia mengajarinya membaca dan menulis sehingga sewaktu
berumur antara delapan dan sebelas tahun, Tito sudah bisa menulis
banyak kisah dan puisi yang mengandung keelokan didalamnya. Dr.
Oliver Sacks menyebutnya 'menakjubkan dan mengejutkan.' Keelokan
tersebut telah menunjukkan bahwa kita memiliki asumsi yang salah 
mengenai autisme. Kisah dan puisi itu juga memberikan wawasan
langka sekaligus mendalam bagaimana seorang autis melihat dan
menanggapi dunia ini.

Dalam How Can I Talk if My Lips Don't Move, Tito menggambarkan
bagaimana dia berbagi kisahnya pada cermin dan mendengar si cermin
kembali bercerita padanya, bagaimana suara menjadi warna, bagaimana
keindahan memenuhi pikiran dan hatinya. Melalui karyanya ini, 
Tito-yang Portia Iversen co-founder Cure Autism Now, gambarkan
sebagai 'sebuah jendela dalam memandang autisme yang tak pernah
dilihat dunia sebelumnya'-memberikan secercah harapan pada dunia.
Karena jika Tito bisa melakukannya, kenapa yang lain tidak?

Apa yang aku pikirkan?
TT Buku ini membuka mataku. Menyadarkanku betapa tidak pedulinya kita, saat kita berkonsentrasi pada suatu hal. Setelah aku selesai membacanya, saat itu pagi-pagi jam enam lewat, pagi itu juga aku memutuskan untuk berjalan kaki keluar dan mengamati apa yang terjadi disekitarku.

Awalnya aku tidak pernah memerhatikan lingkungan saat aku sedang berjalan, langsung ke urusan lalu pergi -aku tipe seperti itu. Tapi pagi itu, karena Tito memotivasiku dengan bukunya! Aku jalan pagi dan lebih mendengarkan sekitarku. Benar saja. Saat kita bergerak, orang lain juga bergerak.

Saat itu, ada yang sedang mengepel lantai dua, ada yang berjalan, ada yang sedang membeli makan juga, memerhatikan suara mesin lewat, ...yang selama ini tak pernah kuperhatikan ! Sungguh, dengan memerhatikan lingkungan sekitar, kecemasanku berkurang. Tito terimakasih telah menyarankan hal itu ^-^

Awalnya aku bosan sekali dengan buku ini. Pada awal-awal buku, aku tidak bisa menyatukan pikiranku dengan maksud bukunya. Jadi, buku ini diam saja selama empat bulan. Karena membosankan sekali awalnya -_- Tapi, lagi, aku menantang diriku lagi, masa baca aja nggak bisa? Yah, stupid dare lol :P



Buku sungguh luar biasa jujur, karena terlalu jujur bahkan sangat mengesankanmu. Apalagi pengalaman sensorinya yang luar biasa. Ia menuliskan, bagaimana mendengar, melihat, menyentuh, menjadi luar biasa efeknya. Autis itu bagiku adalah orang yang memiliki pengalaman sensori yang berlebih, tapi kekurangan kemampuan motorik. Karena kelebihan sensorinya, Tito bisa memberikan pengalamannya pada kita. Bahwa sensori itu, hmm setelah pengalamanku jalan pagi itu, menakjubkan. 

Aku suka sekali kalimat pembuka bukunya TT bakan sebelum daftar isi, embuka yang impresif ^^

Untuk anda yang berpikir bahwa kata-kataku berarti

Halus sekali, aku sampai diam beberapa detik dengan kata-kata itu.
Jika membaca blurb diatas, kurang lebih sudah menjadi resensi isinya. Dari cermin, obsesi, kejengkelannya didiagnosis yang menurutnya tidak pas, Ibu super woman, aku bahkan sampai heran ...dia suka sekali membuat puisi. Yang mana jarang aku baca bagian puisinya, hmm aku kurang suka puisi.



Buku ini ditulis oleh Tito, seorang autis yang menulis dengan kejujuran. Ia autis yang mengalami kesulitan bicara maupun menggerakkan tubuhnya. Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman bersama orang autis, tapi membaca buku ini aku jadi sedikit mengerti. Mengapa orang autis mudah mengamuk. Karena seringkali lingkungannya tidak mengerti apa yang ia mau. Pikirannya hidup, bahkan pengetahuan Tito luas sekali >,< hanya saja ia tidak bisa mengekspresikannya dengan tindakan. Tito tidak bisa bicara, ia harus menuliskan perkatannya. Menulis dan membaca kemampuan terbaik, ia merasa beruntung bisa menulis dan membaca.

Belajar menulis adalah keahlian terpenting yang kudapatkan karena membantuku menjadi seorang pendongeng ...p189

Ada masa-masa dalam kehidupan setiap orang ketika dia butuh untuk menceritakan sebuah kisah ..p xv

Dia menginspirasi untuk menulis. Dengan segala keterbatasannya tapi ia sudah menerbitkan beberapa buku. Penyandang autis. Karena jika Tito bisa melakukannya, kenapa yang lain tidak? hehehe di blurb sih :P

Autisme adalah gangguan perilaku ditandai dengan interaksi sosial yang buruk, bahasa yang lambat dan tak erorganisir, dan area ketertarikan yan terasing ...p xi

Jika berusaha cukup keras, kau bisa berbicara ... p5

 Apakah autisme akhirnya akan berhasil disembuhkan? Tidak ada salahnya berharap ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya ...p253

Saluran indrawiku yang dominan adalah pendengaran. Pendengaranku begitu mendominasi sehingga aku bermimpi dalam bentuk suara disebagian besar waktu, bahkan ketika aku tidur pada malam hari. Jadi jika ada orang bertanya padaku, "apa yang kau lihat dalam mimpimu?" aku akan menjawab "Aku mendengar mimpiku." ...p232 


Sebenarnya banyak sekali kata-kata yang disa dikutip. Aku menulisnya dalam buku catatanku. Tapi karena kemarin mudik aku sungguh tidak sengaja meninggalkannya TT Karena aku menaruh di tempat yang tidak biasa aku jadi lupa -_- Yang mendorongku melakukan pengalaman berjalan pagi adalah kata jika kau cukup peduli yang entah bagaimana redaksi kalimatnya bisa mengusik pikiranku. Dan satu lagi yang membuatku menaruh kagum padanya, ia mendeskripsikan kecantikan dengan kulit. Kulit, jika tanpanya bisa melihat organ-organ, apalah definisi cantik. Bukan seperti itu juga redaksinya, tapi yah ...karena ia sepaham denganku aku jadi tambah menyukai buku ini. Banyak hal yang baru kita tahu manisnya di akhir, seperti membaca buku ini. Bersabarlah dengan autis. Dan kisah luar biasa Tito ! Saran saja, buku ini bukan perjalanan hidup dengan kronologis, tapi kumpulan pecahan kehidupannya. Jadi kadang menceritakan saat berumur sekian, atau saat di Bangalore, Mysore, Hollywood, London ...Tito menjalani terapi di India, Inggris dan Amerika Serikat. Ia memiliki ibu yang luar biasa, yang menemukan cara untuk berjuang menyembuhkan Tito dari Autis :)


This post first appeared on Words Post, please read the originial post: here

Share the post

Book Review : How Can I Talk if My Lips Don't Move? by Tito Rajarshi Mukhopadhyay

×

Subscribe to Words Post

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×