Seperti tahun sebelumnya, tahun ini pada bulan pada pertengahan bulan Juni petani sudah sibuk mempersiapkan semaian bibit padi yang akan ditanam pada bulan depan. Meski saat ini Musim kemarau baru mulai, tetapi hal tersebut tidak menghalangi semangat petani di desa saya utuk memulai tanam padi.
Related Articles
Musim tanam ketiga atau biasa disebut Musim Tanam Gadu yaitu kegiatan menanam padi pada musim kemarau. Padi yang merupakan tanaman dengan kebutuhan air yang cukup banyak untuk proses tumbuhnya, tentu akan sangat beresiko jika ditanam pada musim kemarau. Namun, peluang harga tinggi yang ditawarkan untuk hasil panen padi musim gadu sanggup mematik semangat pasa petani desa ini.
Sebenarnya biaya terbesar pada musim gadu adalah pada biaya irigasi, karena tidak semua lahan terjangkau saluran irigasi. Dan sebagian besar pangairan di desa ini adalah pengairan dengan mesin pompa. Maka pemilihan benih padi untuk musim kemarau adalah benih dengan masa panen pendek, pilihan tentu jatuh pada Varietas IR-64.
Tetapi tidak menutup kemungkinan menggunakan varietas lain, pada musim gadu kali ini saya mencoba menanam varietas Ciherang, dengan resiko masa panen yang lebih lama dibanding varietas IR-64.
Benih ciherang yang biasa saya beli adalah benih Ciherang Boyolali SS atau biasa disebut label ungu atau benih pokok BP, Benih Pokok (BP) adalah keturunan dari Benih Dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang di tetapkan dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Alasan pemilihan benih Ciherang pada musim gadu kali ini adalah agar ada variasi dengan musim tanam sebelumnya dan berdasarkan pengalaman beberapa petani, hasil panen varietas ciherang pada musim gadu ternyata lebih bagus jika dibanding dengan varietas IR-64, (kali yang harus saya buktikan sendiri tentunya). Meski dengan resiko waktu panen yang lebih panjang yang berati bertambahnya biaya pengairan. Serta jumlah anakan yang tidak terlalu banyak juga merupakan tantangan tersendiri.
Berikut Deskripsi varietas Ciherang yang saya ambil dari
http://www.litbang.pertanian.go.id
Komoditas: | Padi Sawah |
Tahun: | 2000 |
Anakan Produktif: | 14-17 batang |
Anjuran: | Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl |
Asal Persilangan: | IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1-///IR64/////IR64 |
Bentuk Gabah: | Panjang ramping |
Bobot: | 1000 butir = 27-28 gr |
Dilepas Tahun: | 2000 |
Golongan: | Cere |
Hasil: | 5 -8,5 t/ha |
Nomor Pedigri: | S3383-Id-Pn-41-3-1 |
Tahan Hama: | Wereng coklat biotipe 2 dan 3 |
Tahan Penyakit: | Bakteri Hawar Daun (HDB) strain III dan IV |
Tekstur Nasi: | Pulen |
Tinggi Tanaman: | 107-115 cm |
Umur Tanaman: | 116-125 hari |
Warna Gabah: | Kuning bersih |
Keterangan: | Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV. Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 5000 m dpl. |
Status: | Komersial |
Berdasarkan pengalaman jumlah anakan varietas ciherang jika dibandingkan dengan varietas IR-64 memang lebih banyak varietas IR-64, mungkin data bisa berbeda jika ditanam di daerah lain. Tapi pada musim gadu ketika nutrisi tanaman bisa diberikan dengan dosis maksimal tanpa kuatir roboh, atau muncul serangan penyakit karena tingginya kelembaban. Maka pada lokasi tanam di desa kami Ciherang yang biasanya kurang anakanpun bisa beranak lebih banyak.
Sedangkan untuk hasil akan saya update jika sudah panen,,