Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Bahan Baku Biodesel


        Beberapa bahan baku Minyak nabati untuk menjadi biodeseladalah minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak goreng bekas. Bahan baku tersebut sangat melimpah dan memungkinkan dikembangkan menjadi biodesel.

        Minyak kelapa dihasilkan dari buah kelapa tua, yaitu diperoleh dari daging buah kelapa yang diekstrak melalui pembuatan santan dan akhirnya menjadi minyak. Atau dihasilkan melalui proses pengeringan buah kelapa menjadi kopra dan selanjutnya diolah untuk mendapatkan minyaknya. Berdasarkan kandungan asam lemak, minyak kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat karena komposisi asam tersebut paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya.

        Minyak Kelapa Sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit dengan kandungan asam lemak yang bervariasi, baik dalam panjang maupun struktur rantai karbonnya. Rantai panjang karbon dalam minyak kelapa sawit berkisar antara atom karbon C12 – C20. Minyak kelapa sawit mengandung sejumlah kecil komponen non trigliserida. Karotenoid, tokotrienol, sterol, phospatida, dan alkohol alipatik merupakan beberapa komponen non trigliserida yang terkandung dalam minyak kelapa sawit dan selanjutnya disebut sebagai komponen minor. Jumlah komponen minor dalam minyak kelapa sawit sekitar 1%. Tiga komponen minor pertama kelapa sawit peranan penting dalam mempertahankan stabilitas minyak. Karoten, tokoperol, dan tokotrienol di dalam kelapa sawit merupakan agen antioksidan alami yang menjaga stabilitas minyak terhadap kerusakan akibat oksidasi. Minyak kelapa sawit mengandung sekitar 500 – 700 ppm karoten dan 600 – 1000 ppm tokotrienol dan tokoperol. Umumnya, karoten, dalam minyak kelapa sawit ada dalam bentuk ả dan ậ-karoten. Kombinasi kandungan karoten, tokoperol, tokotrienol, dan 50% asam lemak tidak jenuh menyebabkan minyak sawit memiliki stabilitas oksidatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Selain sebagai antioksidan alami, karoten, tokoperol, dan tokotrienol dalam minyak sawit memiliki peranan penting bagi kesehatan manusia. Komponen ả dan ậ-karoten berperan sebagai sumber vitamin A, sedangkan tokotrienol dan tokoperol memiliki peranan penting sebagai sumber vitamin E.

        Kelapa sawit merupakan bahan baku penghasil minyak terefisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Secara garis besar, buah kelapa sawit terdiri dari daging buah yang dapat diolah menjadi CPO (crude palm oil) dan inti (kernel) yang dapat diolah menjadi PKO (palm kernel oil). Minyak CPO dan PKO memiliki perbedaan baik dalam komposisi asam lemak yang terkandung maupun sifat fisika kimianya. Komponen asam lemak terbesar penyusun PKO adalah asam laurat. Karakteristik ini menjadikan PKO memiliki karakteristik yang mirip dengan minyak kelapa. Minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses ektraksi dan pemurnian, seperti penjernihan dan penghilangan bau atau dikenal dengan RBDPO (refined, bleached, and deodorized palm oil). Selain itu CPO dapat difaksinasi menjadi RBD stearin dan RBD olein dengan komposisi asam lemak yang berbeda. RBD olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD stearin terutama dipakai untuk margarin, shortening, serta bahan baku industri sabun dan detergen.

        Secara umum, proses pengolahan minyak sawit dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (palm fatty acid distillate), dan 0,5% bahan lainnya. Pada umumnya PFAD digunakan oleh industri, baik sebagai bahan baku sabun maupun  makanan ternak. PFAD memiliki kandungan FFA (free fatty accid) sekitar 81,7%, gliserol 14,4%, squalane 0,8%, vitamin E 0,5%, sterol 0,4%, dan lain – lainnya 2,2%. Produk – produk turunan minyak sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku diesel diantaranya CPO, CPO low grade (kandungan FFA tinggi), PFAD, dan RBD olein. Sebelum diolah menjadi biodesel, CPO membutuhkan proses pemurnian (degumming). Degumming bertujuan untuk menghilangkan senyawa – senyawa pengotor yang terdapat dalam minyak, seperti gum dan fosfatida.

        Minyak jarak dihasilkan dari tanaman jarak. Jarak pagar termasuk dalam famili Euphorbiaceae, berupa perdu dengan tinggi 1 – 7 meter, bercabang tidak teratur, dan batangnya berkayu berbentuk silinder. Daun tanaman jarak tunggal berlekuk dan bersudut tiga atau lima. Panjang daun 5 – 15 centimeter dengan tulang daun menjari. Buah jarak berupa buah kotak berbentuk bulat telur, berdiameter 2 – 4 centimeter, dan panjang buah 2 cm dengan ketebalan 1 cm. Buah jarak terbagi menjadi tiga ruang, masing – masing ruang berisi satu biji.  Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna cokelat kehitaman dan mengandung minyak (30 – 50%). Jarak pagar dapat hidup sampai 25 tahun. Produktivitas jarak setelah berumur 5 tahun berkisar 3 – 4 kg biji per pohon.

        Minyak jarak dihasilkan dengan mengekstrasi biji jarak. Baiasanya, cara yang digunakan adalah pengepresan mekanik. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yanng kadar minyaknya diatas 10%. Pengepresan mekanik menggunakan dua teknik, yaitu pengepresan hidrolik dan pengepresan berulir. Sebelum digunakan sebagai bahan baku biodesel, minyak jarak dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa pengotor, seperti gum (getah atau lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin), asam lemak bebas, dan senyawa pengotor lainnya. Minyak jarak mempunyai komposisi trigliserida yang mengandung asam lemak oleat dan linoleat.

        Minyak jelantah adalah minyak yang dihasilkan dari sisa penggorengan, baik dari minyak kelapa maupun minyak sawit. Minyak jelantah dapat menyebabkan minyak berasap atau berbusa pada saat penggorengan, meninggalkan warna cokelat, serta flavor yang tidak disukai dari makanan yang digoreng. Sampai saat ini, minyak jelantah belum dimanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang sebagai limbah rumah tangga ataupun industri. Meningkatnya produksi dan konsumsi secara umum akan minyak goreng, akan berkorelasi dengan ketersediaan minyak jelantah yang meningkat pula. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan baku biodesel akan memberikan nilai tambah bagi minyak jelantah.

       

9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
salsabila


This post first appeared on Salsabila-Ravina, please read the originial post: here

Share the post

Bahan Baku Biodesel

×

Subscribe to Salsabila-ravina

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×