Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Masjid dan Aku

Tags: masjid
Adzan magib beberapa menit lagi berkumandang. Aku telah selesai mandi sore itu. Aku sempatkan membaca ayat suci alquran beberapa ayat sambil menunggu adzan gumamku. Lalu tiba-tiba, persis di saat adzan berkumandang, hujan pun turun. Tanpa basa-basi, hujan mengguyur deras. Aku diam sejenak sambil memandang ke jendela kamarku. Sampai iqomah dikumandangkan hujan tak memberi isyarat untuk akan berhenti. Aku sedih sessaat, dalam hatiku, “aku lagi kangen masjid masa gak bisa bertemu gara-gara hujan.” Sayangnya payungku kutinggal di kantor. Aku tak ada ide. Imam sudah memulai sholat, Allahuakbar terdengar. Ah terobos aja. Yup, kuberlari dan berlari menuju masjid. Alhamdulillah akhirnya bisa berjamaah.

Aku ingat dulu sewaktu kuliah aku rajin sekali ke masjid. Hampir tiap sholat lima waktu jika berkesempatan senantiasa kuusahan untuk berjamaah di masjid. Meskipun keadaanku sedang sakit sekalipun. Ya sebenarnya semangat berjamaah di masjid ini terbangun oleh semangat teman-teman ikhwan lain ketika di wisma tarbiyah. Tapi aku sangat menikmatinya. Bahkan sering sekali ketika aku sedang stres, galau, banyak pikiran, atau penyakit hati semacam itu, kusegera menuju masjid dan menenteramkan hatiku. Dengan ke masjid, hati menjadi terasa teduh.

Semangat ke masjid sebenarnya pertama kali tumbuh ketika aku kelas 3 SMA. Dengan hidayah Allah, mulai saat itu aku senantiasa menjaga sholat lima waktuku. Bahkan untuk sholat subuh aku memaksa mataku terbuka dan menggerakkan tubuhku untuk berjalan ke arah masjid di saat adzan subuh terdengar. Saat itu aku sangat percaya bahwa Tuhan akan memberikan surga kepada pemuda yang rajin ke masjid. Saking cintanya dengan masjid bahkan ketika Ramadhan aku berusaha untuk sholat tarawih di masjid-masjid yang berbeda (di Pangkalan Bun). Aku menargetkan waktu itu untuk bisa sholat di sebanyak mungkin masjid di Pangkalan Bun.

Ah, iman manusia sangatlah lemah, terutama aku banyak sekali kekuranganku. Semangat berjamaah di masjid pun sering juga mengalami penurunan. Kualami semenjak lulus kuliah. Tapi kutetap berusaha agar bisa terus ke masjid. Sewaktu di Turki aku pun tetap berusaha untuk jamaah di masjid. Kemudian beberapa waktu setelah itu hingga sekarang aku sering melalaikan untuk jamah di masjid. Mungkin satu atau dua fator yang menyebabkannya. Aku juga tak bisa menyamakan kondisi saatdi dunia kerja dengan kondisi saat kuliah dulu. Kalau saat kuliah, kapanpun bebas untuk kemana ingin pergi. Namun saat bekerja sebagai karyawan perusahaan, waktu yang kumiliki seperti berkata “aku telah dibeli dengan gaji.” Yah apapun itu kondisinya masjid selalu menjadi tempat paling favoritku. Wassalam.


Hilangkan keraguan dan ambillah kepastian!


This post first appeared on Arsyil_keren`s, please read the originial post: here

Share the post

Masjid dan Aku

×

Subscribe to Arsyil_keren`s

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×