Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Senja Terlukis di Pantai Anyer

Senja terlukis di ufuk Barat Pantai Anyer Kabupaten Serang. Cahaya emasnya menyepuh siluet Gunung Krakatau di ujung batas cakrawala. Indah, meski tak begitu sempurna lantaran gumpalan awan sedikit mencoreng wajahnya. Tak jauh di sebelahnya, kepulan asap Anak Krakatau masih terlihat, sisa batuk Desember silam. Sore itu, ombak Januari menghantam pesisir, membuat bibir pantai makin menyempit. Bayu Senja membelah langit dan pintu rezeki buat nelayan terbuka.


Menatap wajah senja di pesisir pantai memang tak akan pernah ada habisnya. Ada aura kemesraan dan romantisme terpancar di sana. Keduanya menyatu membentuk harmoni tiada ujung. Senja membuat hamparan Laut berdenyar laksana jutaan serakan kilau kristal. Ia seolah menjelma menjadi candu saat ruap ombak menciptakan nada kerinduan, membakar semangat nelayan. Ah, pantai dan laut memang sebuah tempat pelarian sempurna menepikan gundah, dan Tuhan sepertinya menitipkan cinta pada senja jingga di tepi pantai.

Senja mulai padam saat malam menjemput perlahan. Lembayung berlari menjauhi laut. Bocah lelaki enam tahun itu tampak kuyup. Butiran pasir memenuhi rambut tipisnya. Setelah nyaris seharian penuh menari bersama ombak, ia mulai lelah. Meski begitu, dua bola matanya yang memerah tersiram air laut tampak berbinar. Senyumnya terus mengembang. Sayang, sebentar lagi sore susut. Syair sunyi pun berlantun mengiringi datangnya malam, berharap bintang berbinar di tengah gemuruh gelombang. Saatnya membawa anakku pergi dari laut.

Sejak tiba di Pantai Anyer tengah hari bolong, Lembayung memang larut dengan keasyikannya sendiri bermain pasir dan mencari kepiting. Ia tak peduli panas matahari membakar kulit. Dibiarkannya lidah ombak menjilati kaki telanjangnya. Sesekali ia tampak menantang laut yang menggulung anak-anak ombaknya dalam debur terhelai. Tubuh kecilnya berguling terhantam gelombang yang menengadahi langit. Tawa pecah begitu air laut asin bercampur pasir menampar wajahnya.

Aku bahagia melihat Lembayung mulai mencintai laut, seperti ia mengagumi senja. Bagiku, laut laksana tempat peri-peri menjalin mimpi dan memintal asa yang beranjak menua. Laut mengisahkan kepergian dan kepulangan, tempat semesta bermuara. Kepada laut, aku kerap menitipkan pesan tentang luka yang terapung-apung pada botol kaca, terempas entah ke mana, abadi bersama dewa Neptunus. Oh laut, pada setiap pantainya, ada sederet kenangan tak terlupakan saat putaran angin mendesirkan pohon nyiur.

Malam itu awan hitam menyungkup laut Pantai Anyer. Anakku tertidur begitu cendera. Di luar gelombang liar laut pasang yang tak pernah tidur mengiringi keheningan malam. Gaungnya terasa begitu jujur melagukan nyanyian biru para pejalan sunyi. Angin mengempaskan pasir, mencatati setiap jejak putri duyung dan bajak laut yang sembunyi di balik karang. Di pinggir pantai, aku memejamkan mata, mendengarkan dongeng laut tentang lelah hati menggapai senja yang kau kisahkan pada bumi.



This post first appeared on Kabar Matahari, please read the originial post: here

Share the post

Senja Terlukis di Pantai Anyer

×

Subscribe to Kabar Matahari

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×