Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Siapa Bilang Belajar Musik Mahal?

"Where words fail, music speaks". Ketika kata tidak lagi berguna, maka musiklah yang berbicara. Begitu kutipan penulis kenamaan dunia Hans Christian Anderson. Tak sebatas kutipan, orang-orang yang memilih Musik sebagai jalan hidup kini telah membuktikannya. Musik menjelma menjadi bahasa universal, melepas simpul-simpul perbedaan. Pun menebas sekat dan prasangka.

Semua berawal 2010 lalu. Saat itu, Irawan Zulhidayat gundah. Tinggal di wilayah timur Kota Bandung, dia tak menemukan tempat kursus musik yang komplet. Jika pun ada, biayanya cukup mahal. Padahal, banyak warga di daerahnya yang berminat mendalami musik.

Maka, pria yang akrab disapa Wawan itu pun memutar otak. Dia punya obsesi mendirikan sebuah kelas musik yang harganya terjangkau. Demi mewujudkan impiannya itu, Wawan pun mulai kasak-kusuk mencari lokasi. Tak mudah memang, hingga akhirnya dia menjatuhkan pilihan.

Sebuah rumah di Kompleks Margahayu Raya, dia sulap jadi lokasi kursus. Kamar-kamarnya, berubah jadi kelas musik. Tepat 1 November 2010, Rumah Nada Music School resmi berdiri. Lokasi persisnya, di Jalan Mars Selatan No 49 Metro Margahayu Raya Kota Bandung.

“Sebetulnya Rumah Nada didirikan karena di wilayah Bandung timur tak ada tempat kursus musik yang harganya terjangkau. Banyak peminat musik, tapi celakanya tempat kursusnya jauh dan mahal,” kata pria yang aktif mengajar di Purwacaraka Music Studio itu, beberapa waktu lalu.

Resmi berdiri, Rumah Nada Music School sempat sepi peminat. Padahal sebelumnya, Wawan sempat sounding ke sejumlah teman-temannya hendak mendirikan tempat kursus. Dari hasil pembicaraan bersama teman-teman, tercatat 40 murid siap mengikuti kursus musik di tempatnya.

“Saya sounding ke teman-teman akan mendirikan kursus musik. Banyak yang menyambut baik. Total, 40 murid siap ikut kurus. Tapi pada kenyataannya, ternyata yang kursus tak sampai segitu. Awal-awal berdiri, kami hanya punya 10 murid,” terang Wawan.

Wawan tak patah semangat. Dia tetap yakin dengan niatnya membangun sekolah musik dengan harga terjangkau. Tiga tahun berlalu, kesabarannya berbuah hasil. Kini, jumlah siswa yang mengikuti kursus di Rumah Nada Music School sudah mencapai 100.

“Sekarang, yang kurus di Rumah Nada tak hanya warga Kompleks Margahayu Raya, tapi dari berbagai kompleks di Kota Bandung. Malah, ada juga yang dari Ciparay. Total murid sudah mencapai 100 orang,” tutur pria kelahiran Tebing Tinggi, 27 Februari 1970 itu.

Sejumlah promo pun dilakukan. Dalam tiga tahun ini, tercatat Rumah Nada Music School menggelar dua kali konser. Promo itu sekaligus jadi ajang siswa-siswa tampil berani di depan umum. Hasilnya cukup positif. Siswa yang awalnya malu-malu, berani tampil di atas panggung.

“Meski harganya relatif terjangkau, kita tetap mengedepankan kualitas. Di Rumah Nada Music School, siswa-siswanya dididik oleh guru musik yang profesional,” pungkas pria yang sudah mendalami musik usia 8 tahun itu. (gin gin t ginulur)


This post first appeared on Kabar Matahari, please read the originial post: here

Share the post

Siapa Bilang Belajar Musik Mahal?

×

Subscribe to Kabar Matahari

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×