Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

[RIP] Kisah Eksil Dharmawan Isaak : Dari Rektor Intitut Ilmu Pertanian dan Gerakan Tani Egom (Bogor), Tiongkok, Uni Sovyet Hingga Berlabuh di Negeri Belanda


 


7 Juni 1925 – 13 Februari 2024

RIP Dharmawan Isaak, salah satu eksil ’65 yang baru saja meninggal kabarnya. Saya beberapa kali menemui Beliau di benua biru, selain juga berinteraksi di buku wajah ini. Saya bagikan sedikit cerita tentang beliau sebagai kontribusi kecil untuk dokumentasi sejarah.

Menurut cerita beliau, ia dikirim belajar ke RRC jelang ’65, sebagai rektor Institut Pertanian Egom. D.N. Aidit konon menyebutnya sebagai “Bolshevik tanpa partai,” karena beliau bukan anggota PKI, meskipun terafiliasi lewat BTI. Dari Tiongkok, beliau kemudian pindah ke Uni Soviet, dan menjadi saksi terkoyaknya “Tirai Besi” tahun 1991.

Berkat beliau pula saya berkesempatan untuk berkunjung ke almarhum Asahan Alham Aidit, adik kandung D.N. Aidit, waktu beliau masih hidup. Dari beliau saya mendapat cerita-cerita tentang Ho Chi Minh dan perjuangan rakyat Vietnam menghadapi beringasnya imperialis Amerika.

Kesan saya tentang kakek Dharmawan adalah beliau relatif tampak sehat dan bugar untuk orang seusianya. Beliau mengatakan bahwa rahasianya adalah makan sayur-sayuran dan bermeditasi. Beliau juga tetap bekerja sebagai pembersih toilet, meskipun uang saku sebagai pengungsi sebenarnya cukup. Menurut beliau hal itu sejalan dengan ideologinya.

Saya juga ingat bagaimana beliau kerap mengkritik kecenderungan para “Santri Marxis” di Indonesia. Maksudnya adalah mereka yang sigap mengutip teks-teks Marx dkk., tapi gagap ketika ditanya soal analisis historis-materialis atas kenyataan sekarang dan dari titik mana revolusi mestinya diperjuangkan. Kritik beliau ini mengingatkan saya akan apa yang disebut ketua Mao sebagai “ben ben zhu yi,” alias buku-isme.

Ada banyak cerita menarik dari Uni Soviet yang beliau pernah bagikan. Misalnya, bagaimana anak-anak muda bebas berpacaran dan berkasih-kasihan di sana, tetapi kalau sampai ditemukan praktik pelacuran, pelakunya bakal dibuang ke Siberia. Bagaimana kaum buruh menghabiskan waktunya untuk belajar di perpustakaan, dan kehidupannya ditunjang negara. Bagaimana kesempatan belajar terbuka lebar bagi siapa saja, dan pelayanan kesehatan dengan standar tinggi bisa dinikmati secara gratis. Beliau juga bercerita bagaimana ia lewat serikat buruh ikut memprotes langkah-langkah Gorbachev jelang 1991, keputusan yang sempat membahayakan nyawanya.

Waktu Uni Soviet runtuh, istri beliau, seorang dokter, anak koster gereja, diberi wejangan oleh ibunya, “Nak, hari ini sosialisme sudah berakhir. Tapi ingat, kalau bukan karena sosialisme, tidak mungkin anak koster gereja sepertimu bisa jadi dokter.”

Istirahatlah dalam damai, kek. Terima kasih untuk cerita-cerita dari masa lalu, dan mimpi-mimpi yang akan kami lanjutkan..

(Daniel Sihombing)

Saat sehat Pak Dharmawan Isaak juga kerap mengunjungi saya. Terutama ketika persiapan IPT 65. Darinya kami memperoleh buku laporan penelitian tentang effektifitas UUPA yg kemudian menjadi dasar kampanye 7 setan desa itu. Sebelum menjadi eksil 65, Pak DI juga rektor Akademi Pertanian Egom. Dia  dikirim untuk studi di China dan kemudian menjadi dokter herbalist di Moscow. Riwayat hidupnya pantas dituliskan sebagai bagian sejarah terjadinya genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan 65/66. (disalin dari facebook Nursyahbani Katjasungkana)

Aki mah masih urang Sunda (Dharmawan Isaak)

#Lelayu

#Mulih ka jati mulang ka asal

19 Januari 2024 Percakapan terakhir kami lewat vidio call. Aku berteriak kegirangan, serasa dijenguk kakek: “Akiiiii…apa kabaaar? “

Sambil terkekeh sumringah beliau berkata, “Linda geulis s (begitulah beliau biasa memanggilku) — Aki mah masih urang Sunda. Hehehe… ” — artinya beliau memintaku bercakap dalam bahasa Sunda. Begitulah setiap kali beliau merindukan Tatar Sunda.

Kami bercakap layaknya seorang kakek dan cucu.

Di tengah bercakapan terakhir itu, aku baru sadar beliau yg selalu bersemangat, dan cerah ceria tak kehilangan karakter sundanya yg humoris duduk di ruangan serba putih bersih. Aku langsung terperengah, “Akiii…. ” Beliau memotong, “Parantos sasasih Aki sareng nini di rumah sakit.”

Pagi ini kudengar kabar: Parantos dipundut ku anu Rahayu aki Dharmawan Isaak (7 Juni 1925 – 13 Februari 2024)

Pileuleuyan Aki Isaak

Wilujeng mapag kabagjaan alam asal poe panjang. Bray sing kebat Taya panghalang. Multiple h ka jati mulang ka asalnyaasalna. Pinanggih jati permana. Damparan ku kabagjaan. Payungan ku karayuan.

Agung

Rahayu

ditulis oleh Linda Gumeulis 

dari vidio call Dharmawab Isaak dan Linda Gumeulis

salinan pernyataan Dharmawan Isaak di tanggapan facebook Danial Indrakusuma

Bung Danial Indrakusumah waktu saja mendjadi tenaga penuh/kepala sekerariata PDB Pemuda Rakjt Djawa Barata untuk bisa makan se-hari dipilih kaderr jang agak lumajan kehidupannja sedjumlah 30 orang, dari mereklah saja makan kalau kebetulan tidak pergi ke daerah, kalau tak ada kegiatan organisasi diluar djam kantor, saja mengertdjakan pekedjaah rumah mereka. Sesungguhnja kami punja donasi termasuk dri organisasi sekawan (BTI,SOBSI dan serikat2 buruh lainnja. Gerwani sama2 boke dengan Pemuda Rakjat) Donasi ini digunakan menhidupi tenaga penuh jang berkeluarga. Berahir hidup demikiaan ssudah sja ditukaskan  membentuk dan ditugaskan mendjabat Rektor Institut Ilmu Pertanian Dan Gerakan Tani bernama Egom selama 6 bulan pertama kaami hidup dari sumbangan kemudian kami swaembada, tapi semua jang bekerdja di Egom, ketjuali beberapa orang jang djaga untuk melajani hubungan dengan isntansi lain jang mendesak, semua pegawai dari Rektor, staf pengadjar dan pekerdja2 linnja dari djam 07,30 s.d djam 12 semua bekerdja di ladang. makan dan pakai sederhana sesuai dengan tugasnja dikasih inpentaris 4 perakat 2 pakai untuk bekerdja dilaangan dan 2 untuk kerdja sesuai dengan tugas masing, disamping itu dikantor hasih ada pakaian “lengkap” digunakan bergilrah sessuai dengan tugas kongkrit waktu itu, menerima tamu luar negri, bertugas ke instansi lain diluar organisasi atau instansi kiri.

Begitulah kehidupan saja sampai tanggal 26 September 1965 saja ditugaskan ke luar selama setahun untuk dibordjuiskan, ditugaskan untuk mendapat gelar Dr.M.Sc, sajang sajang tak bisa kembali sampai sekarang, selama mendjadi pelarian dan waktu muda menggunakan semaksimal mungkin untuk beladjar. 

(sesuai aslinya tanpa pengeditan)

Dharmawan Isaak: “Penjelengaraan IPT 65 adalah usaha jang luar biasa dan patut dihargai”

Kawan2 tertjnta di tanah air tulisan ini lama ter-tunda2, karena sisa2 pikiran bordjuis ketjil jang masih tebal pada diri saja.

Kemudian dengan adanja IPT saja agak tergesa2 mnejelesaikannja, karena itu bisa dirasakan kekurangan dalam politik dan idologi, demikian djuga di bidang stelis dan lexicon.

Djuga tak sedikit mepengaruhi semua bahan hanja bedasarkan ingatan tua, jang telah lama tertjabut dari akarnja, karena itu saja meminta dengan sngat supaja kawan2 memberikan analisa dan kritik jang tadjam dan tuangkanlah sebagai penjempurnaan, dengan harapan akan mendjadi bahan jang berguna bagi Revolusi Rakjat Pekerdja Indonesia.

Selamat berdjuang.

Salam dari djauh

Dharmawan Isaak.

selengkapnya

Hakekat Kekuasaan Belum Berubah – Dharmawan Isaak (2015)

Jagus Dan Hilangnya Kedaulatan Pangan Kita – Grace Kelana

dalam catatan kaki *Saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga alm. Jagus, terutama untuk koleksi foto mereka, serta kepada Hersri Setiawan dan Dharmawan Isaak yang membantu merangkai kisah hidup Jagus.

sekilas tentang Intitut Ilmu Pertanian Dan Gerakan Tani Egom

BTI memang tak main-main dalam hal penelitian. Selain sekolah tani, BTI juga memiliki Institut Pertanian Egom (IPE) yang bahkan sudah didirikan lebih dahulu, tepatnya pada November 1963. Tugas utamanya, selain sebagai institusi pendidikan pertanian juga melakukan penelitian-penelitian agraria. Selaiknya institut, lembaga ini juga mengorganisir seminar dan diskusi, namun dengan orientasi praksis yang jelas manfaatnya bagi rakyat petani, seperti Seminar Produksi Pertanian yang diselenggarakan pada 1963. Riset-riset yang dilakukan institusi ini, di samping mengenai keadaan pertanian dan gerakan tani, juga seputar hal-hal teknis pertanian. Selain IPE, penelitian dalam tema terakhir ini juga banyak dikerjakan oleh Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan Pertanian & Pembibitan (JLPKPP) di Klaten yang didirikan sejak 1959 dan digerakkan oleh tokoh-tokoh BTI.[13]

selengkapnya BTI dan Warisan-Warisannya – MUHAMMAD NASHIRULHAQ

BTI dan Warisan-Warisannya

“Kaum Tani Mengganyang Setan-Setan Desa” : Memadukan Kerja Politik, Pendidikan dan Penelitian Partisipatori (Menarik Pelajaran dari Pengalaman PKI dan Barisan Tani Indonesia – BTI)

simak pula

KOMPILASI BARISAN TANI INDONESIA

KOMPILASI BARISAN TANI INDONESIA

Kompilasi Kisah-kisah Para Eksil 1965

Kompilasi Kisah-kisah Para Eksil 1965

Simak 1800 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966


Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)




This post first appeared on Lentera Di Atas Bukit, please read the originial post: here

Share the post

[RIP] Kisah Eksil Dharmawan Isaak : Dari Rektor Intitut Ilmu Pertanian dan Gerakan Tani Egom (Bogor), Tiongkok, Uni Sovyet Hingga Berlabuh di Negeri Belanda

×

Subscribe to Lentera Di Atas Bukit

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×