Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Jejak Pesindo – Pemuda Sosialis Indonesia Dalam Pasang Surut Revolusi (1945-1950)




REVOLUSIONER No. 1 [Madjallah Resmi PESINDO] (5 Januari 1948)

REVOLUSIONER NO 2

Mencari suara yang dibungkam

wwancara dengan Francisca C. Fanggidaej

oleh Hersri Setiawan

Bagian 1 –

Bagian 2 –
tentang perubahan dalam Pesindo, 51 sec. (mp3, 804 Kb)

PESINDO: Pemuda SOSIALIS INDONESIA, 1945-1950

Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) merupakan kelompok pemuda terbesar dalam kancah Revolusi Indonesia. Jumlah anggota­nya paling banyak dan struktur organisasinya tersusun paling sistematis di antara kelompok pemuda lainnya. Kegiatan mereka juga sangat luas, mulai dari penerbitan majalah, pro­paganda radio, hingga perjuangan bersenjata melalui unit-unit kelaskaran yang diperbantukan pada tentara Republik Indo­nesia. Pesindo juga menggelar usaha-usaha pendidikan dan pelatihan melalui Sekolah Menengah Proletar dan Marx House. Anggota Pesindo ber­peran aktif dalam diplomasi Indonesia di pelbagai forum inter­nasional, misalnya “Festival Pemuda dan Pelajar” di Praha (1947) serta “Konferensi Pemuda dan Pelajar Asia Tenggara yang Berjuang untuk Kebebasan dan Kemerdekaan” di Kalkuta (1948).

Sayangnya, keterlibatan Pesindo dalam Front Demokrasi Rakyat di Madiun (1948) membuat Pesindo akhirnya tersisih dari panggung politik Indonesia. Dan perubahan mereka menjadi Pemuda Rakyat yang lantas dihancurkan pasca 1965 membuat nama mereka dihapus selamanya dari penulisan sejarah Indonesia.

Buku ini bisa jadi adalah buku pertama yang membahas organisasi pemuda yang tidak ada duanya dalam sejarah Indonesia ini.

disalin dari Marjin Kiri

Jejak Pesindo Dalam Revolusi – Kristian Ginting [koran sulindo]

Tercatat sebagai ormas pemuda terbesar di masanya, Pesindo bernasib tragis karena dikaitkan Peristiwa Madiun 1948. Bagaimanapun, jejak Pesindo pernah mewarnai sejarah Republik Indonesia

….menurut Norman Joshua Soelias dalam buku Pemuda Sosialis Indonesia 1945-1950, di samping radio dan perjuangan bersenjata, Pesindo juga memiliki Badan  Penerangan yang bertugas menerbitkan selebaran dan pamflet yang berisi advokasi serta propaganda yang berkaitan  dengan  perjuangan  pemuda  pada  saat  itu. Selain menerbitkan  majalah Revolusioner, Pesindo juga menerbitkan koran Bintang  Poetih, Soeara  Pemoeda, Keadilan serta Penghela Rakyat. Majalah Revolusioner, misalnya, berisi kumpulan tulisan para tokoh-tokoh Pesindo, serta berita keorganisasian seperti perubahan AD/ART dan pergantian pimpinan dalam kongres-kongres Pesindo, serta propaganda yang fungsinya untuk membangkitkan semangat kepemudaan dalam konteks zaman itu.

Norman membenarkan pernyataan Supeno soal Pesindo sebagai ormas pemuda terbesar dan terkuat di masanya. Sejak pertama kali berdiri hingga 1947, jumlah keanggotaan Pesindo mencapai kira-kira lebih dari 300 ribu orang. Namun, jumlah ini merosot menjadi 100 ribu pada Februari 1948. Pada  Kongres  Pesindo I  yang  diadakan  pada  11  November  1945  di  bawah  pimpinan Chairul Saleh, Pesindo memiliki perwakilan dari Jakarta, Bogor, Priangan, Banten, Cirebon, Pekalongan,  Semarang,  Banyumas,  Kedu,  Mataram,  Surakarta,  Pati,  Bojonegoro,  Madiun, Kediri,  Surabaya,  Malang,  Besuki,  Madura,  Sunda  Kecil,  Palembang,  Bengkulu,  Lampung, dan Kalimantan.

Laskar Pesindo dalam Pasang Surut Revolusi – tirto.id

Sempat menjadi salah satu laskar perjuangan dengan anggota paling banyak, Pesindo berakhir tragis: kalah dalam Madiun Affair 1948 dan gempa politik 1965.

Pasca Madiun Affair 1948, Pesindo dipimpin oleh Ir. Setiadi. Kendati tidak dijatuhi status sebagai organisasi terlarang dan Hatta memberikan amnesti terhadap unsur-unsur yang terlibat dalam Madiun Affair, Pesindo tidak diperkenankan mengikuti Kongres Pemuda Seluruh Indonesia ke-III pada tanggal 14-18 Agustus 1949 di Yogyakarta.

Baru pada tanggal 8-15 Juni 1950, Pesindo kembali hadir dalam Kongres Pemuda Seluruh Indonesia ke-IV di Surakarta. Lalu pada 4-12 November 1950, Pesindo mengadakan kongres ketiga di Jakarta yang memutuskan Pemuda Rakyat sebagai bentuk baru Pesindo.

Ir. Setiadi diangkat sebagai Pemimpin Umum I, sedangkan Francisca Fanggidaej dan Baharudin sebagai Pemimpin Umum II dan III. Selain itu, Asmudji, Sukatno, dan Iskandar Subekti ditetapkan sebagai Sekretaris Umum I, II, dan III.

sekilas beberapa pimpinan Pesindo dan kemudian pimpinan Pemuda Rakyat

Menteri Termuda Dalam Sejarah Kabinet Republik Indonesia – Ir. H. Setiadi Reksoprodjo (Menjadi Menteri Dalam Usia 25 Tahun Pada Masa Kabinet Amir Sjarifuddin)

Francisca C. Fanggidaej, Perempuan Revolusioner [1925-2013] #Eksil1965

Sekilas Perjalanan Hidup Sukatno, Sekretaris Umum Pemuda Rakyat dan Anggota Parlemen Termuda  Hingga Eksekusi Matinya

Simak 1700 ‘entry’ lainnya pada link berikut

Daftar Isi Perpustakaan Genosida 1965-1966


Road to Justice : State Crimes after Oct 1st 1965 (Jakartanicus)



Definisi yang diusulkan D. Nersessian (2010) untuk amandemen/ optional protocol Konvensi Anti-Genosida (1948) dan Statuta Roma (2000) mengenai Pengadilan Kejahatan Internasional. (disalin dari Harry Wibowo)



This post first appeared on Lentera Di Atas Bukit, please read the originial post: here

Share the post

Jejak Pesindo – Pemuda Sosialis Indonesia Dalam Pasang Surut Revolusi (1945-1950)

×

Subscribe to Lentera Di Atas Bukit

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×