cover foto karya instalasi Dadang Christanto di Luweng Grubug
Indonesia Number 116, October 2023 Cornell University Press
Violence on the Margins:Local Power, Spillover Effects, and Patterns of Violence in Gunung Kidul, 1965–66 – Mark Winward and Siddharth Chandra
sumber / unduh disini https://muse.jhu.edu/pub/255/article/910148
This paper sheds light on spatial determinants of violence in rural areas of Indonesia during the 1965–66 mass killings. To do so, it focuses on the regency of Gunungkidul through the lens of the census. The analysis of census information for the 144 desa and kelurahan (village and urban neighbourhoods) of Gunungkidul reveals that violence was higher near the more urban environs of Wonosari and the adjacent city of Yogyakarta, and in the central-eastern desa of the regency. We attribute these high levels of violence to the proximity of these desa to perpetrator strongholds in Wonosari and Yogyakarta and to their accessibility by road. We also attribute violence in eastern areas of the regency to pre-existing political tensions in this region. Conversely, we find patterns of population gains in the southwest, southeast, and northeast corners of the regency, suggesting that they were sites of refuge: all are remote and difficult to access by road. In the case of the northeast, this region also likely served as a refuge for people fleeing intense violence in neighbouring Klaten to the north. This paper demonstrates that even in areas of high communist party support such as Gunungkidul, the intensity of violence varied significantly due to a combination of factors both internal (political tension and local perpetrators) and external (the armed forces) to the region.
Kekerasan di Pinggiran: Kekuasaan Lokal, Dampak Limpahan, dan Pola Kekerasan di Gunung Kidul, 1965–66
Makalah ini menyoroti faktor-faktor penentu spasial kekerasan di daerah pedesaan di Indonesia selama pembunuhan massal tahun 1965–66. Untuk melakukan hal tersebut, mereka fokus pada Kabupaten Gunungkidul melalui lensa sensus. Analisis informasi sensus di 144 desa dan kelurahan di Gunungkidul menunjukkan bahwa tingkat kekerasan lebih tinggi terjadi di Wilayah perkotaan seperti Wonosari dan kota Yogyakarta yang berdekatan, serta di desa-desa di bagian tengah-timur kabupaten tersebut. Kami mengaitkan tingginya tingkat kekerasan ini dengan kedekatan desa-desa tersebut dengan basis pelaku di Wonosari dan Yogyakarta dan aksesibilitas ke desa-desa tersebut melalui jalan darat. Kami juga mengaitkan kekerasan di wilayah timur kabupaten ini dengan ketegangan politik yang sudah ada sebelumnya di wilayah ini. Sebaliknya, kami menemukan pola pertambahan jumlah penduduk di wilayah barat daya, tenggara, dan timur laut kabupaten ini, yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan lokasi pengungsian: semuanya terpencil dan sulit diakses melalui jalan darat. Dalam kasus wilayah timur laut, wilayah ini juga kemungkinan besar berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di wilayah tetangga, Klaten, di utara. Tulisan ini menunjukkan bahwa bahkan di wilayah dengan dukungan partai komunis yang tinggi seperti Gunungkidul, intensitas kekerasan sangat bervariasi karena kombinasi faktor internal (ketegangan politik dan pelaku lokal) dan eksternal (angkatan bersenjata) di wilayah tersebut.
[Situs Genosida 1965-1966] Ziarah, Doa dan Tabur Bunga Di Luweng Grubug, Gunung Kidul.
Berapa Jumlah Korban Pembantaian Massal 1965-1966 di Pulau Jawa? – Penelitian Siddharth Chandra Berdasarkan Kajian Data Sensus Penduduk
#BukaData Narasi TV Newsroom : Sensus Daerah Pembantaian Massal ’65 – Kajian Siddharth Chandra, Profesor dan Direktur Asian Studies Center Michigan State University
Kajian Mark Winward (Disertasi 2019) Tentang Politisida (Genosida Politik) – Studi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.