Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Kaleidoskop Budaya : Melawan Hegemoni Sejarah Palsu Orde Baru (#Genosida65 Januari-Agustus ’17) [Genosida 65, Pembantaian Massal 65, Tragedi 65, Peristiwa 65]






Penghargaan Human Right Award of The Truth Foundation

Korban peristiwa 1965 terima anugerah HAM di Korsel – bbc indonesia


Bedjo Untung: Masih Ada Harapan Mengungkap Tragedi 65 – tirto.id

Korban 65 Raih Penghargaan Internasional – kbr68h

“Dengan adanya solidaritas dan friendship dari Korea Selatan, saya seolah-olah mendapat amunisi baru, kekuatan baru,”

Pidato Ketua YPKP 65 pada Penganugerahan “Human Right Award of The Truth Foundation” South Korea



Pentas Teater Makam Keramat

Mereka Yang Tak Mudah Menyerah – Kompas Minggu

Tragedi itu Bernama “Gejolak Makam Keramat” – Arie Kamajaya 

Sema’an “Gejolak Makam Keramat”, Pentasnya Perempuan Penyintas YPKP65 

SEMAAN TEATER TAMARA: ROMANTISME SEJARAH SENI YANG ‘DIHILANGKAN’ – Ficky Tri Sanjaya*



PERFORMATIVE DINNER, 2017, Bakudapan

Berbagi kisah dengan para penyintas dalam riset terkait kekuatan solidaritas dan makanan dalam peristiwa 1965 dalam Performative Dinner oleh Bakudapan (Bakudapan Food Study Group) .


Pameran Lorong Genosida 1965

Mengingatkan Negara Atas Peristiwa 1965 – historia.id

Pameran Repro Lorong Genosida 65-66 – aktual.com

Pameran Rangga Purbaya : Surat Kepada Seseorang Yang Hilang / Letter To The Lost One

Simak lebih lanjut di

https://genosida1965wordpress.wordpress.com/2016/06/01/rangga-purbaya-surat-kepada-seseorang-yang-hilangletter-to-the-lost-one/


Peluncuran Buku Laporan Akhir Pengadilan Rakyat Internasional 1965 dan Dari Beranda Tribunal

Kedua Buku diluncurkan bersamaan dengan rangkaian diskusi tematik di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Medan, Kupang dan Ambon

Review Buku. Saatnya Membaca: Laporan Akhir Pengadilan Rakyat Internasional -Eko Prasetyo

Tabur Garam Kepada Luka: Liturgi 1965 dalam Ibadah di Den Haag – Hartmantyo Pradigto Utomo

Review Buku Putusan Final IPT 65: Membaca Kembali Sejarah 1965 – Febriana Firdaus


Bunga Rampai Kisah Relawan

Friends of International People’s Tribunal 1965

berikut beberapa petikan kisah para relawan ipt 65

“Saya tidak mengerti bahasa Indonesia. Tetapi curahan kemarahan dan kesedihan para saksi itu cukup berbicara. Jeritannya menikam emosi saya. Pada suatu saat, terjemahan Inggris mendadak bisu. Suara juru bahasa laki-laki yang tengah menerjemahkan terhenti. Yang terdengar di headphone hanyalah isakan tangisnya. Penerjemahan segera diambil alih oleh rekannya yang perempuan” – Szilvia Csevár

“Setiap penggal kisah itu seolah melemparkan saya ke masa itu. Tidak, bukan karena saya teringat kisah pribadi maupun keluarga saya. Hanya satu cerita alm. Ibu yang mungkin berkaitan dengan tragedi ini: “Aku sering rindu Mbak Karsih, sahabatku satu-satunya. Mereka banyak yang main ketoprak atau wayang, dan baik-baik orangnya. Tapi kok Mbak Karsih tiba-tiba nggak pernah kelihatan lagi setelah geger ’65…”. Itu saja yang saya ingat, bahkan nama Mbak Karsih pun saya yakin hanya bikinan otak saya saja sebab saya sudah lupa detilnya”- Elisabeth Ida Mulyani

Cukup dengan tiga kata: bermanfaat, menyenangkan, dan memilukan. Bermanfaat, karena saya belajar begitu banyak selama empat hari itu. Saya mengagumi kuatnya komitmen orang; keteguhan dan kegigihan yang menggerakkan maju semua mereka yang terlibat, demi mencapai tujuan yang diharapkan; keberanian para saksi; besarnya jumlah kerja yang dilaksanakan oleh sekelompok kecil orang secara sukarela, demi sebuah usaha besar yang hasilnya belum lagi pasti. Dan khususnya, saya diilhami oleh ketekunan dan kerja keras orang dalam menggali data dan mempersiapkan argumentasi untuk membangun dakwaan. Sungguh menakjubkan! Saya belajar dari semua ini. Saya merasa pengalaman ini telah menjadikan saya orang yang lebih bijak. – Zak Yacoob, Ketua Majelis Hakim IPT 1965

Cinta membuat mereka kuat. Kecintaan kepada keluarga membuat mereka yakin pilihan untuk bersaksi di balik tirai tidak saja mengembalikan harkat martabat keluarga tapi juga memberi rasa aman dan kepercayaan.

Sri Lestari Wahyuningroem, relawan



Peluncuran Buku Mars Noersmono – Bertahan Hidup di Pulau Buru


Menunggu di Pulau Buru – terakota.id

Satu hal yang begitu menginspirasi dari Mars Noersmono adalah bahwa laki-laki ini telah selesai dengan masa lalunya. Tak ada dendam kesumat yang meluap-luap dalam dirinya. Buku itupun ia tulis bukan karena dendam pada Orde Baru. Noersmono menulis buku karena hobi membuat sketsa, sesederhana itu. Noersmono adalah manusia ikhlas dalam pengertiannya yang otentik.

Kata dan Sketsa Tahanan Politik Pulau Buru – terakota.id

“Seseorang masuk sebagai Tapol ini variatif. Ceritanya macam-macam, ada yang sedikit enak, ada yang tidak enak, ada yang tahu-tahu dipotong batang lehernya. Itu semua terjadi karena tidak ada dasar hukum yang seragam. Tidak ada landasan hukum yang sama.”


Peluncuran Buku Martin Aleida – Tanah Air Yang Hilang

Orang-orang Indonesia yang Kehilangan Tanah Airnya – historia.id

Kemerdekaan bagi para eksil yang dicabut paspornya oleh rezim Orde Baru adalah pulang ke Indonesia.



Peluncuran Buku Max Lane – Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia

Menulis Mencipta Indonesia – historia.id

Tanpa menulis dan menyebarluaskannya, perlawanan tidak ada gunanya, tidak diketahui dunia

Membaca Indonesia dari Kacamata Seorang Pram – liputan 6

Max Lane: Setelah Indonesia Merdeka, Mau Apa? – suara.com



Peluncuran buku Kapitsa MS dan Maletin NP Soekarno Biografi Politik
NAMA besar Bung Karno mempunyai daya tarik luar biasa tidak hanya di tanah air, namun juga di kalangan masyarakat internasional. Sejarah kehidupan beliau yang merupakan cerminan lika‐liku perjuangan panjang rakyat Indonesia di bawah pimpinannya untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan NKRI yang berdasarkan Pancasila, untuk membentuk sebuah masyarakat adil makmur, yang sampai sekarang masih tetap jauh dari tujuan, selalu menjadi pemikat untuk tetap mengikuti setiap tulisan mengenai Bung Karno. Orang masih saja ingin lebih tahu, apakah yang sebenarnya dicita‐citakan oleh beliau yang terkandung dalam seluruh ajaran‐ajarannya yang dikenal sebagai Marhaenisme itu, dan kenapa cita‐cita mulia yang benar‐benar diabdikan kepada bangsa yang besar ini menemui kegagalan yang menyedihkan. Tidak kebetulan, karya semacam ini muncul hampir di seluruh penjuru dunia di barat, timur, utara, dan selatan. Hampir di seluruh negeri yang mempunyai institut penelitian orientalistik pasti pernah menerbitkan buku‐buku kajian mengenai Bung Karno. Salah satu contohnya adalah karya penulis‐penulis Soviet, Prof.Dr. Kapitsa dan Dr. Maletin: Soekarno: Biografi Politik, yang terjemahannya kami sajikan ini.


This post first appeared on Lentera Di Atas Bukit, please read the originial post: here

Share the post

Kaleidoskop Budaya : Melawan Hegemoni Sejarah Palsu Orde Baru (#Genosida65 Januari-Agustus ’17) [Genosida 65, Pembantaian Massal 65, Tragedi 65, Peristiwa 65]

×

Subscribe to Lentera Di Atas Bukit

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×