dan serdadu hujan turun di pelupuk subuh
menggetarkan hati yang tadi rapuh
menjadi luluh
dan hujan mulai memburu
melumat rindu
dengan sembilu
Mataram, 29 Nov 2012
menggetarkan hati yang tadi rapuh
menjadi luluh
dan hujan mulai memburu
melumat rindu
dengan sembilu
Mataram, 29 Nov 2012
Siapa yang tidak suka hujan?
Semua orang dapat menjadi pujangga dadakan karena hujan. Ada yang bercerita tentang kerinduan yang justru berapi - api, ada pula yang justru semakin terpuruk dalam derita. Tidak sedikit pula yang bercerita tentang kencan yang tertunda akibat derasnya hujan di malam minggu.
Saya pun tidak tahu, senyawa apa yang menjadikan hujan lekat dengan aliran ide yang bermuara kepada lahirnya sebuah sajak. Apa karena suasananya yang syahdu?
Bagi saya, yang paling pas adalah ketika hujan separuh deras turun di malam hari (ya sekitar setelah shalat Isya'), sedikit ada petir, mati lampu, di samping ada gitar, ada rokok, ada teh panas manis, ada lilin, ada kertas, ada ballpoint.
Mungkin beberapa sajak bisa jadi dalam waktu satu jam.
Jreeeennngg !
Hujan di malam minggu(tek tek dung!)
aku tak datang padamu(treeeett teeett teettt teeett!)
Bukaaaaan, aku tak mau, sayang!
Hujan di malam minggu..u..(tek tek dung!)
Hujan di malam minggu
aku tak datang padamu
Bukaaaaan, aku tak mau, sayang!
Hujan di malam minggu..u..
This post first appeared on Santai Sejenak | Secangkir Teh Dan Sekerat Roti, please read the originial post: here