Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Becak, Beda Negeri Beda Rejeki

Ada perasaan aneh menggelitik ketika menyaksikan liputan dari VOAIndonesia mengenai Tur Becak di New York (12.05.2012). Liputan tersebut menceritakan kehidupan penarik becak di New York dan bagaimana kegiatan mereka di salah satu kota tersibuk di Amerika. Begitu berbedanya nasib maupun perlakuan terhadap penarik becak antara di New York dan di Indonesia. Berikut liputan singkatnya.


 Menggelitik bukan? Penarik becak di New York tersebut memilih untuk menjadi penarik becak sedangkan di Indonesia sebagian menjadi penarik becak karena tidak ada pilihan. Simak saja penarik becak asal New York, Frankie Legarreta yang mengatakan, “Begitu saya memulai pekerjaan ini saya pikir ini adalah cara yang hebat untuk mencari nafkah. Dengan cara ini saya bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang dari seluruh pelosok dunia.” Menarik bukan? Selain itu becak tidak hanya sebagai sarana transportasi, namun becak juga sebagai media penarik wisatawan mancanegara untuk berkeliling di "The Big Apple", New York. Frankie dalam wawancara tersebut menambahkan selama tubuhnya tetap sehat, dia akan baik-baik saja menjadi pengemudi becak merangkap sebagai pemandu wisata bagi para wisatawan yang menumpang becaknya selama beberapa dekade lagi

Becak Malam Hari di New York
Kisah Penarik Becak di New York

Lain di New York lain pula di Indonesia, New York sebagai salah satu kota besar dan sibuk, masih mengizinkan becak untuk tetap beroperasi di tengah kota. Di Indonesia sendiri jumlah becak semakin berkurang, bahkan di Jakarta, becak sudah mulai dilarang beroperasi sejak awal tahun 1990. Alasan utama pelarangan tersebut antara lain adalah becak disebut sebagai "eksploitasi manusia atas manusia". Selain itu becak dipandang lamban sehingga menyebabkan kemacetan dan tidak enak dipandang mata akibat armada becak yang terkesan kotor dan kumuh.
Penertiban Becak
Becak adalah satu satu warisan budaya sosial dalam masyarakat Indonesia. Sejarah becak di Indonesia sendiri sudah berlangsung sejak 1930 mulai dari Batavia lalu berkembang sampai Surabaya. Sudah sepatutnya budaya becak tetap dilestarikan dan jangan dibiarkan mati perlahan. Bahkan di New York terdapat  asosiasi pemilik becak yang didirikan oleh para penarik becak yang ada di kota tersebut. Asosiasi tersebut bahkan menerbitkan panduan bagi pemilik becak dalam bentuk e-book yang berisi aturan dan himbauan dalam berbecak ria di New York. Hal yang membangun seperti itulah yang patut ditiru, bukan sekedar kebijakan pembatasan yang pada akhirnya berujung pada kematian warisan budaya.

Razia Becak di Surabaya
Alasan utama mengapa becak dilarang adalah kemacetan. Beberapa pihak mengatakan bahwa becak cenderung lambat sehingga menimbulkan kemacetan. Tapi hal tersebut pernah coba dibuktikan dengan lomba adu cepat antara taksi dan becak di tengah kota New York. Siapakah pemenangnya? Simaklah video berikut ini.


Yap, becak lah pemenangnya. Selain lebih cepat, becak juga tidak membakar BBM dan tidak mengeluarkan emisi gas buang sehingga lebih ramah lingkungan. Lebih cepat, ramah lingkungan, melestarikan warisan budaya, menarik wisatawan, dan menyehatkan bagi penariknya. Becak, kenapa tidak? 





This post first appeared on Keep Our Dreams Alive, And We Will Survive, please read the originial post: here

Share the post

Becak, Beda Negeri Beda Rejeki

×

Subscribe to Keep Our Dreams Alive, And We Will Survive

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×