Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Berani Menciptakan Tren

undercover.co.id – Berani Menciptakan Tren , Mengikuti tren memudahkan pelaku usaha merintis bisnisnya. Namun, ketiadaan tren bukan berarti tidak ada peluang yang bisa digali.

Merek harus terus mengikuti tren yang berkembang.” Kalimat tersebut sudah menjadi dogma bagi merek, dan tak sedikit merek yang mengikutinya. Alhasil, kecenderungan merek mengikuti pasar yang terbentuk dari tren juga tinggi.

Tidak ada yang salah dari paradigma tersebut. Pembangunan usaha mengikuti tren selaras dengan prinsip keberlanjutan bisnis dan kewirausahaan. Namun, membangun bisnis dengan tidak mengikuti tren, bahkan belum memiliki pasarnya, bukan hal yang sepenuhnya salah.

Hal ini yang dipahami oleh Ilham Pinastiko, Founder dari Pala Nusantara. Merek yang memproduksi dan menjajakan jam tangan serta aksesori berbahan dasar kayu ini menolak mengikuti tren. Ilham bilang, merek yang ia buat akan menjadi tren.

“Saya percaya bahwa yang saya bawa itu selalu suatu hal yang baru, inovasi. Bukan ikutan tren, melainkan kami yang membuat trennya,” kata pria yang karib disapa Iko tersebut.

Membangun tren mungkin terdengar absurd untuk merek. Tak hanya butuh waktu hingga menjadi tren, bisnis tentunya butuh biaya untuk tetap bertahan. Namun keyakinan Iko berbuah manis, dengan omzet yang kini menyentuh belasan miliar.

Omzet bisnis jam tangan berbahan kayu ini mampu meraup pendapatan antara Rp 1 miliar hingga Rp 1,5 miliar dalam sebulan. Tahun 2023, Iko membeberkan bahwa usaha miliknya membukukan omzet Rp 13 miliar. Pendapatannya juga disebut tumbuh dengan rata-rata 16% per tahun.

Pencapaian bisnis Pala tak cuma dari segi omzet. Pala Nusantara didapuk menjadi suvenir resmi Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang digelar di Bali pada tahun 2022 lalu. Selain itu, merek ini sempat melenggang pula di Paris Fashion Week.

Namun jauh sebelum mencapai omzet belasan miliar per tahun, Pala Nusantara tak ujug-ujug menjadi besar. Iko sadar betul, membangun bisnis yang tak ingin mengacu pada tren, malah ingin membuat tren, tidak akan “semurah” biasanya. Bukan hanya soal biaya saja, identitas brand juga perlu dipikirkan secara matang.

Ilham memulai bisnis Pala Nusantara dari hobinya membuat kerajinan tangan pada tahun 2009. Sering diajak ibunya yang berprofesi sebagai arkeolog keliling Indonesia, rupanya menumbuhkan kecintaannya pada tanah air. Baginya, membangun bisnis dari sesuatu yang dicintai bisa menjadi “bahan bakar” untuk menjalankan bisnis tersebut.

Iko memilih kayu sebagai bahan utama dalam karyanya karena melihat kekayaan kayu di Indonesia yang hanya diolah menjadi barang-barang umum seperti meja dan kursi. Ia menyayangkan, kayu yang mampu berusia ratusan tahun hanya diolah menjadi barang yang tidak bernilai jual tinggi. Inilah yang memicu Iko untuk membuat sesuatu yang kecil namun memiliki nilai yang sama dengan furnitur besar yaitu jam tangan.

Iko memilih nama Pala karena terinspirasi oleh rempah pala yang terkenal hingga menarik penjajah datang ke Indonesia. Dari penjelasannya, beberapa ratus tahun yang lalu, buah pala sangat berharga karena dapat menggantikan kulkas. Saat kulkas belum ditemukan, daging di daerah subtropis mampu bertahan 3 hingga 4 bulan karena disimpan bersama pala.

Berani Menciptakan Tren

“Itu sebabnya negara-negara Eropa berbondong-bondong datang ke Indonesia. Karena itulah saya ingin produk saya bisa dikenal hingga ke pasar global,” jelasnya.

Sementara itu, Nusantara diambil sebagai penanda bahwa produknya adalah buatan Indonesia. Tidak hanya namanya saja yang Nusantara, tiap produk dikemas dengan story telling yang didasarkan dari keanekaragaman budaya Indonesia, baik dari produk maupun hewan khas. Salah satunya seperti ayam cemani dan tarsius.

“Tidak semua orang tahu itu binatang asli Indonesia. Dari situ muncullah ide yang lebih besar, bahwa sebagai dalang Nusantara, kami tidak bisa membawakan sesuatu yang mainstream,” ujar pria lulusan Institut Teknologi Bandung dari program studi Brand Design ini.

Usaha ini dibuat sedari tahun 2016, namun dua tahun pelaksanaannya, Iko masih banyak melakukan riset produk, baik internal atau dikompetisikan dalam ajang kewirausahaan. Dalam membangun tren, Iko percaya kekuatan produk menjadi hal yang wajib diutamakan merek. Kekuatan produk tak cuma dari sisi pemasarannya saja, namun baik dari sisi materi dan desain.

“Produk yang bagus adalah produk yang ‘bersuara’. Sehingga ketika ditiru, produk yang meniru hanya akan menyerupai saja, tidak akan mirip,” katanya.

Harga produk Pala Nusantara memiliki kisaran mulai dari Rp 250.000 hingga Rp2,5 juta. Dirata-rata, harganya berada di angka Rp 550.000.

Membuat tren tak terlepas dari penentuan segmen pasar. Menurut Iko, Pala Nusantara tak menyasar segmen pasar berdasarkan demografi. Pasar yang disasar merek ini adalah pasar yang ia sebut sebagai pasar Wastra.

Dari penuturannya pasar Wastra adalah “orang-orang yang sadar desain dan memiliki kecintaan terhadap Indonesia.” Dari contoh yang dijelaskan Iko, mereka yang tergolong sebagai kaum Wastra terlihat dari busananya. Seperti penggunaan sepatu sneakers dan jarik.

Produk Pala dipasarkan baik secara offline dan online. Selain memiliki gerai fisik di Bandung dan Jakarta Selatan, produk Pala juga dijual melalui e-commerce dan website mandiri. Pala juga menggandeng sejumlah key opinion leader (KOL) untuk memasarkan produk-produknya, ditambah dengan iklan berbasis media sosial.

baca juga

  • Branding With Character
  • Berani Menciptakan Tren
  • Eksplorasi Industri Fesyen Indonesia
  • The Art of Retro Branding
  • Retro Branding Behavioral Science Perspective

Perjalanan bisnis Iko tak selalu mulus. Sebelum merintis Pala Nusantara, ia sempat merintis bisnis jam tangan kayu, yang menurutnya pada waktu itu, adalah merek jam tangan pertama di Indonesia yang berbahan kayu. Kekecewaan dan drama berujung dengan pecah kongsinya Iko dengan brand lamanya itu.

“Pecah kongsi itu yang dirugikan adalah saya. Sebagai shareholder, saya punya sahabat di situ, saya punya desain, saya yang membangun manufaktur bersama partner saya,” katanya.

Pala Nusantara bak hikmah bagi Iko. Usahanya kian berkembang hingga dikenal publik secara luas. Tahun 2023, Pala Nusantara menjadi gold member rising star local brand dalam Wonderful Indonesia, kampanye milik Kementerian Pariwisata dan Kreatif Republik Indonesia.

Tahun ini, pria alumni ITB tersebut mengatakan bahwa merek akan berfokus pada penjualan dan peningkatan kesadaran merek melalui kolaborasi. Salah satu kolaborasi yang sedang dalam diskusi adalah kolaborasinya dengan Irwan Mussry. Pria yang sering disebut sebagai “dewanya jam tangan” itu memberikan kesempatan untuk Pala Nusantara menjajakan mereknya di 20 titik gerai Urban Icon.

Menurutnya, usai menyentuh target penjualan yang disepakati, keduanya akan membuat bisnis bersama.



This post first appeared on Undercover.co.id, please read the originial post: here

Share the post

Berani Menciptakan Tren

×

Subscribe to Undercover.co.id

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×