Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Untuk Ibu Hamil


WASPADAILAH HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Pada saat kehamilan, tekanan darah sang ibu merupakan faktor penting dalam pemberian makanan kepada janin. Pengaturan tekanan darah selama kehamilan sangat tergantung pada hubungan antara curah jantung dan tahanan/resistensi pada pembuluh darah, yang keduanya berubah selama kehamilan. Curah jantung akan meningkat sampai 30%, yang terlihat dari meningkatnya frekuensi nadi dan stroke volume. Walaupun kadar zat yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, seperti angiotensin dan renin, akan meningkat selama trimester kedua, tekanan darah cenderung turun. Hal ini menunjukkan adanya penurunan tahanan pembuluh darah di jaringan. Penurunan ini juga berhubungan dengan penurunan kekentalan darah dan sensitifitas pembuluh darah terhadap angiotensin yang terutama disebabkan oleh zat-zat vasodilator prostaglandin (menyebabkan pembuluh darah melebar). Pembentukan pembuluh darah baru di plasenta akan semakin menurunkan tekanan darah. Penurunan ini pada orang normal masih dalam batas normal bagi janinnya.

Peningkatan tekanan darah sang ibu sangat membahayakan bagi ibu dan janinnya. Pengaruh hipertensi pada kehamilan dapat langsung terlihat pada janin dengan berkurangnya aliran darah melalui plasenta. Kematian janin biasanya terkait dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia) atau rusaknya plasenta. Jika hipertensi dalam waktu lama bayi cenderung dapat mengalami pertumbuhan yang terhambat atau retardasi mental.

Hipertensi dalam kehamilan perlu dibedakan apakah terdapat hipertensi sebelum kehamilan atau hipertensi ditimbulkan oleh kehamilan. Hal ini akan memiliki penatalaksanaan yang berbeda, walaupun komplikasi yang dapat ditimbulkan sama. Pada setiap wanita hamil perlu ditanyakan apakah memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Hal ini diperlukan untuk lebih rutin memantau kehamilan serta perkembangan janinnya. Pembagian hipertensi yang dialami sebelum kehamilan mengikuti pembagian hipertensi secara umum (baca lebih lanjut pada edisi sebelumnya).

Hipertensi yang timbul saat kehamilan disebut preeklamsia. Preeklampsia ini juga memiliki tanda-tanda lain yaitu edema (penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh) dan proteinuria (keluarnya protein melalui urin). Peningkatan tekanan darah yang pertama kali timbul saat kehamilan diperkirakan disebabkan oleh adanya kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah pada plasenta. Sehingga peningkatan tekanan darah dianggap sebagai mekanisme kompensasi untuk janin. Akan tetapi peningkatan yang terlalu tinggi malah dapat mengancam janinnya sendiri dan sang ibu. Preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia (pasien menjadi kejang dan tidak sadar). Di Indonesia eklampsia masih merupakan sebab kematian utama ibu, selain perdarahan dan infeksi. Penanganan hipertensi dalam kehamilan masih kontroversial dalam praktek ilmu kebidanan. Tujuan penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk keselamatan ibu dan janinnya selama kehamilan, proses melahirkan dan masa nifas (40 hari setelah melahirkan). Secara umum penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan adalah

  • Pemeriksaan kehamilan yang lebih rutin. Pemeriksaan juga dilakukan pada target organ
    seperti mata, jantung dan ginjal.

  • Pengawasan pertumbuhan janin, dengan mengukur perkembangan kehamilan (mengukur tinggi fundus uteri) atau dengan USG. Pemeriksaan USG juga perlu dilakukan untuk memantau keadaan dan perkembangan janin.

  • Kenaikan berat badan yang tidak berlebihan (kenaikan berat badan kurang dari 12 kg selama kehamilan)

  • Penggunaan obat-obat antihipertensi jika diperlukan. Penggunaan ini juga perlu hati - hati untuk janinnya. Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dengan obat antihipertensi akan dengan segera menurunkan pula pasokan darah ke janin sehingga janin dapat mengalami hipoksia. Demikian juga dengan pemakaian diuretika yang akan menurunkan volume darah ibu, yang dengan sendirinya juga menurunkan volume darah ke janin.

  • Pemeriksaan dan penatalaksanaan dini penyakit-penyakit lain yang dapat memperburuk
    hipertensi seperti kencing manis.

Pasien dengan hipertensi ringan (140/90 sampai 150/100 mmHg) dan sedang (150/100 sampai 180/110 mmHg) sebaiknya mengkonsultasikan ke dokter sebelum memutuskan untuk hamil atau setidaknya sesegera mungkin setelah dipastikan hamil. Obat yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan kehamilannnya. Untuk pasien dengan tekanan darah yang tidak stabil, penurunan aktivitas fisik seringkali berhasil menurunkan tekanan darah dan bermanfaat untuk pertumbuhan janin. Apabila hipertensi tidak terkontrol atau timbul komplikasi yang membahayakan, bayi sebaiknya dilahirkan segera setelah memasuki masa pematangan /maturasi awal (38 minggu). Akan tetapi secara umum prognosisnya cukup baik untuk ibu dan janinnya.

Pasien dengan hipertensi berat (>180/110 mmHg) memiliki prognosis yang kurang baik dan harus segera ditangani. Pemeriksaan darah dan urin seperti kadar BUN(urea), kreatinin, creatinin clearance dan protein urin total harus segera dilakukan. Maturasi dan perkembangan janin dapat berkembang menjadi sangat buruk pada tahap ini. Jika kehamilan diteruskan, pasien harus segera mendapatkan obat antihipertensif yang sesuai, biasanya B-bloker. Pasien-pasien dengan kondisi seperti ini harus dirawat di rumah sakit untuk sisa masa kehamilannya. Jika keadaan memburuk, kehamilan harus dihentikan demi menyelamatkan si ibu. Selama kehamilan trimester (tiga bulan) pertama, angka kematian karena hipertensi cenderung meningkat pada pasien-pasien dengan tekanan darah >180/110 mmHg atau yang mempunyai nilai creatinin clearance 2 mg/dL, atau keduanya.

Gizi untuk Ibu Hamil Dalam Pandangan Islam

Vina berkunjung ke rumah ibunya. Ia mengandung empat bulan. Lazimnya, tubuh ibu pada usia kandungan demikian, mulai memelar. Tidak demikian dengan Vina. Seperti semasa gadis, tubuhnya tetap imut-imut, kendati mengandung anak pertamanya.

Ibunya yang doktor di bidang gizi tentu cemas. Vina tersenyum tipis sembari menjelaskan kesibukan bekerja dan beribadah membuatnya tak sempat memperhatikan kebutuhan gizi. ''Nggak cuma pada pelajaran nutrisi lho, malah jauh sebelumnya, agama pun telah menekannya,'' ujar ibunya sengaja memancing rasa ingin tahu putrinya yang dikenal saleha itu.

Betulkah Islam begitu sempurna sehingga telah menaruh perhatian pada gizi dan kesehatan? Hadis Nabi Muhammad SAW berikut, agaknya, mewakili kesempurnaan Islam sehingga mengatur pemeluknya di bidang nutrisi. "Tidak ada sesuatu yang dipenuhkan lebih buruk dari perut, kalaupun terpaksa dipenuhkan, maka biarlah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernafasan". Pesan tersebut mengisyaratkan kita untuk makan sesuai dengan kebutuhan tubuh dalam arti tidak kurang dan tidak berlebih.

Untuk itu perlu kiranya kita mengkaji seberapa besar kebutuhan gizi pada saat kehamilan. Kebutuhan gizi ibu selama kehamilan berbeda dengan pada masa normal. Kebutuhan gizi selama hamil menjadi lebih tinggi dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknya. Perubahan fisiologi selama kehamilan meliputi bertambahnya volume plasma, meningkatnya persediaan cadangan makanan, meningkatnya aliran darah uterine, serta bertambahnya berat janin, cairan amniotik dan plasenta. Hal itu menyebabkan terjadinya pertambahan berat badan. Rata-rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan adalah 12,5 kg

Bagaimana kebutuhan gizi untuk ibu hamil? Kajian nutrisi menyebutkan, kebutuhan kalori yang bertambah 258 gr dari keadaan normal. Energi ini digunakan untuk mengubah energi makanan menjadi energi dalam metabolisme. Rata-rata kebutuhan protein bertambah 8,5 gr per hari pada saat puncak kebutuhan. Hal ini untuk menutupi perkiraan 925 gr protein yang dideposit dalam janin, plasenta dan jaringan maternal. Dianjurkan untuk mengonsumsi protein sebanyak 85 - 100 gr/hari pada 5 bulan pertama kehamilan. Selanjutnya dapat mengonsumsi protein pada tingkat normal. Konsumsi protein selama sembilan belas minggu pertama kehamilan dapat mendukung pertumbuhan sel otak bayi. Namun kelebihan protein juga berdampak negatif pada kehamilan dan bayi yang akan dilahirkan, meski dukungan data untuk hal ini masih terbatas.

Berkait dengan hal tersebut, bagaimana perspektif Islam? Simaklah surah Al-Maidah :87-88 yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Melalui firman-Nya ini, kita diingatkan untuk tetap proposional dalam mengonsumsi, sesuai kebutuhan yang disyaratkan. Bila kita merenungkan surah tersebut, alangkah sempurna dan indahnya Islam. Kenapa? Tak jarang, ada ibu hamil yang melahap melebihi kebutuhan nutrisi, karena beranggapan makan yang banyak berdampak pada janin. Padahal ilmu gizi telah memberi takaran, agar kita melampaui batas, sehingga dapat membuat tubuh kian melar.

Secara teoritis, kebutuhan protein bisa dipenuhi dengan mengonsumsi susu, daging, ikan, dan unggas, juga tempe dan tahu. Namun, berbagai riset mengungkapkan mengonsumsi ikan terutama ikan laut, pada masa hamil sangat dianjurkan. Ini karena ikan laut mengandung asam lemak omega 3 yang berperan pada pertumbuhan dan perkembangan sel otak dan proses pengelihatan (retina mata) pada janin. Selain itu ikan juga mengandung asam amino esensial yang sangat baik bagi pertumbuhan janin, disamping kandungan vitamin dan mineralnya yang cukup tinggi.

Anjuran berdasarkan hasil riset itu ternyata telah tersurat di Al Quran. Simaklah surah Al-Nahl: 14 yang artinya : "Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang dapat kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar di atasnya, dan supaya kamu mencari dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur."
Selain beragam zat, ibu hamil pun membutuhkan vitamin A yaitu sekitar 500 SI. Bila ibu mengalami kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur dan retardasi pertumbuhan janin serta rendahnya berat bayi saat dilahirkan. Sebaliknya kelebihan vitamin A juga berdampak negatif. Ibu hamil untuk mendapatkan vitamin ini bisa dengan mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran dan buah berwarna hijau dan kuning. Kenyataan ini ternyata telah dianjurkan Nabi Muhamad SAW: "Berilah makanan wanita-wanita hamil sayuran, karena itu akan membuat anaknya sehat".

Kajian gizi secara sederhana menyarankan, ibu hamil untuk makan empat sampai lima porsi sehari dengan menu sehat seimbang. Yaitu terdiri atas nasi, laukpauk hewani (daging, ikan, udang, telur, ayam), laukpauk nabati (tahu, tempe), dan sayuran berwarna , serta usahakan untuk mengonsumsi buah-buahan. Dianjurkan pula bagi ibu hamil untuk minum susu antara 2 - 4 gelas sehari. Dari 2 gelas susu menyumbang 15 gr protein, 0,75 gr kalsium dan 160 kkal (skim milk), 320 kkal (whole milk).

Menariknya, kajian ilmu gizi menyarankan, ibu hamil mengonsumsi kafein berlebihan seperti kopi, teh, cokelat, dan cola. Konsumsi kafein yang di atas 600 mg sehari dapat mengakibatkan aborsi spontan dan kelahiran prematur. Demikian juga konsumsi minuman beralkohol, akan mengakibatkan terjadinya fetal alcohol syndrome. Berkaitan dengan anjuran ini, terutama pada alkohol, Islam tegas mengharamkannya tak hanya bagi ibu hamil, juga untuk semua pemeluk Islam.

Hadis nabi besar Muhamad SAW yang diungkapkan Abu Huraira R.A berkata ''Dibawa kepada Rasulullah SAW pada malam beliau berisra' di Iliya dua buah gelas dari arak dan susu. Maka beliau memandang kedua gelas itu, kemudian beliau mengambil susu. Jibril berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menuntun engkau kepada fitrah. Sekiranya engkau mengambil arak, sungguh akan sesatlah umat engkau." (Al Bukhary 65:17, Muslim 36:10, Al Lu'lu-u wal Marjan 3:19 dalam Mutiara Hadits VII, 2002).

Hal lain yang perlu diperhatikan, ibu hamil harus mendapatkan makanan yang halal dan thayyib, dan berasal dari rizki yang halal. Makanan yang halal adalah semua makanan yang disediakan Allah SWT kecuali yang diharamkan seperti bangkai, darah yang memancar, daging babi, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-An'am: 145. Namun terdapat pengecualian untuk binatang yang hidup di air (tawar maupun laut seperti ikan). Begitu juga dengan belalang, walaupun bangkai yang mati dengan sendirinya. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW ''Laut itu suci airnya, halal bangkainya.''

Namun makanan yang halal belum tentu thayyib. Dijelaskan pula bahwa yang thayyibah ialah semua binatang yang tidak menjijikkan. Makanan yang thayyib adalah makanan yang aman dan sehat. Makanan yang halal dan thayyib tersebut harus pula berasal dari rizki yang halal. Karena bila kita makan dan minum yang berasal dari rizki yang haram, maka Allah SWT tidak akan menerima doanya, seperti yang diungkapkan hadis sebagai berikut:

Rasulullah SAW bersabda: ''Hai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik. Ia tidak akan menerima (sesuatu) kecuali yang baik. Dan bahwa Ia memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Ia memerintahkan kepada para Rasul-Nya; kemudian beliau membacakan ayat yang artinya: "Hai para Rasul makanlah olehmu rizki yang baik yang telah kami anugerahkan kepadamu".

Lalu beliau menggambarkan tentang seseorang yang berjalan jauh (dalam keadaan) kumal dan kotor, menengadahkan kedatangannya ke langit seraya mengiba-iba: "Ya Tuhanku, ya Tuhanku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram pula, maka bagaimana bisa dikabulkan doanya. (HR. Muslim). Padahal pada saat kehamilan mutlak diperlukan doa kepada Allah SWT untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan janin. Begitu juga agar kelak bayi yang dilahirkan menjadi anak yang saleh/salehah.

Ibu Hamil Tak Harus Ngemil

Porsi makan wanita berbadan dua alias sedang mengandung biasanya lebih besar daripada wanita berbadan satu. Mestinya memang bukan asal makan, melainkan memperhatikan mutu dan komposisi zat-zat gizi yang terkandung dalam makanannya. Ibu hamil tak harus ngemil, cukup mengikuti pola konsumsi seperti sajian berikut.

Kehamilan merupakan saat yang membahagiakan karena akan ada anggota baru di dalam sebuah keluarga. Karena itu, kerap kali ibu yang sedang hamil dianjurkan untuk menyantap makanan dalam porsi yang berlebih. Artinya, makan lebih banyak dibandingkan dengan ketika belum mengandung. Alasannya, ibu hamil tidak hanya makan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin dalam kandungannya.

Betul sekali. Namun, sebenarnya, penekanan pada jumlah atau kuantitas itu kurang tepat. Yang lebih ditekankan mestinya kualitas ataupun komposisi zat-zat gizi, sebab faktor ini lebih efektif dan fungsional untuk kesehatan ibu maupun pertumbuhan janinnya.

Setiap tahap berbeda

Pada setiap tahap kehamilan, seorang ibu hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat-zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin.

Masa kehamilan ibu dibagi dalam tiga tahapan atau trimester. Trimester pertama, saat kehamilan mencapai usia 1 - 3 bulan, adalah masa penyesuaian tubuh ibu terhadap awal kehamilannya. Karena pada tiga bulan pertama ini pertumbuhan janin masih lambat, penambahan kebutuhan zat-zat gizinya pun masih relatif kecil.

Pada tahap ini ibu hamil memasuki masa anabolisme yaitu masa untuk menyimpan zat gizi sebanyak-banyaknya dari makanan yang disantap setiap hari untuk cadangan persediaan pada trimester berikutnya. Dalam keadaaan ini biasanya ibu hamil mengalami mual, muntah-muntah, dan tidak berselera makan, sehingga asupan makanan perlu diatur. Makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, porsi kecil, dan frekuensi pemberian yang sering. Jika diperlukan, bisa juga mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk menunjang pertumbuhan janin. Namun, hal itu perlu konsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu.

Memasuki trimester kedua, saat kehamilan berusia 4 - 6 bulan, janin mulai tumbuh pesat dibandingkan dengan sebelumnya. Kecepatan pertumbuhan itu mencapai 10 gram per hari. Tubuh ibu juga mengalami perubahan dan adaptasi, misalnya pembesaran payudara dan mulai berfungsinya rahim serta plasenta. Untuk itu, peningkatan kualitas gizi sangat penting karena pada tahap ini ibu mulai menyimpan lemak dan zat gizi lainnya untuk cadangan sebagai bahan pembentuk ASI (air susu ibu) saat menyusui nanti.

Sedangkan pada tahap terakhir atau trimester ketiga, ketika usia kehamilan mencapai 7 - 9 bulan, dibutuhkan vitamin dan mineral untuk mendukung pesatnya pertumbuhan janin dan pembentukan otak. Kebutuhan energi janin didapat dari cadangan energi yang disimpan ibu selama tahap sebelumnya.

Dengan kondisi semacam itu, pola konsumsi ibu hamil tetap mengacu pada formula "4 sehat 5 sempurna", yang diyakini para ahli gizi mengandung tiga golongan utama makanan yang sangat diperlukan oleh tubuh. Yaitu sumber zat tenaga yang didapat dari makanan sumber karbohidrat dan lemak seperti padi-padian, kentang, umbi-umbian, jagung, sagu, tepung-tepungan, roti, mi, minyak, mentega; sumber zat pembangun berasal dari konsumsi protein seperti telur, daging, tahu, tempe, ikan, dan kacang-kacangan; kemudian sumber zat pengatur yang berasal dari vitamin dan mineral didapat dari sayuran dan buah-buahan.

Untuk memenuhi ketiga unsur gizi penting itu, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi bahan makanan secara proporsional yang meliputi padi-padian atau serelia, kacang-kacangan, daging, ikan, telur, sayur, buah, susu, dan lemak.


Berikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil:

  1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.

  2. Makanan dapat diberikan 4 - 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual, pusing, dan ingin muntah.

  3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol semacam tape.

  4. Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan susunan yang meliputi 2 piring nasi @ 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g kacang-kacangan, 3 porsi sayur @ 100 g, 2 porsi buah-buahan @ 100 g, segelas susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm minyak atau lemak.

  5. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink (minuman ringan) pemicu hipertensi.

  6. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat membahayakan kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan seperti amaranth, potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb.

  7. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah.

  8. Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan.

  9. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.

  10. Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi hari.

Zat-zat gizi penting

Zat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah sebagai berikut:

  1. Sumber tenaga, digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel-sel baru, pemberian makanan dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan enzim dan hormon penunjang pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadi energi.

  2. Protein, diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan kurang, serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak.

  3. Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1 dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.

  4. Mineral, antara lain :

    1. Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik.

    2. Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang disebabkan oleh :

  • Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.

  • Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

  • Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi (ferosulfat) 30 - 60 mg per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran hijau.



This post first appeared on Mother And Baby, please read the originial post: here

Share the post

Untuk Ibu Hamil

×

Subscribe to Mother And Baby

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×