Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Cara Terbaik Menulis Buku adalah Mengamati

Menulis adalah narasi dan penejelasan terhadap sebuah realitas. Maka, cara terbaik menulis apapun terutama buku adalah mengamati.

Hal itu diungkapkan Tere Liye, penulis puluhan novel terkenal asal Indonesia. Beberapa karyanya pernah diangkat ke layar lebar yaitu Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Ayahku (Bukan) Pembohong, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Hafalan Shalat Delisa, dan Bidadari-Bidadari Surga.

Tere Liye

Puluhan novel lainnya pun laris di pasaran dan ditunggu-tunggu pembacanya. Kesuksesannya itu membuat banyak pemuda bertanya-tanya, bagaimana caranya menulis seperti Tere Liye?

“Bagaimana membuat tulisan yang baik itu, kata kuncinya hanya satu, latihan, titik, selesai. Itulah kuncinya. Nggak ada jawaban lain,” ujar penulis yang akrab dipanggil Bang Tere, dilansir Tuminesia pada 13 Februari 2019.

Baca Juga: 40 Hari Menghasilkan Satu Naskah Buku Siap Terbit [Ads]

Baginya, menulis itu mudah, tinggal duduk, berpikir, dan menulis. Namun yang menyulitkan adalah konsistensi melakukan semua itu.

Maka, hal pertama yang harus dicari adalah motivasi menulis. Apa tujuannya dan bagaimana cara mencapainya.

Lebih lengkap, berikut penjelasan, tips, cara, dan langkah menulis buku ala Tere Liye:


1. Cari Sudut Pandang Berbeda


Pertama, jangan terlalu neko-neko mau menulis apa. Tulisl topik apapun asal sudut pandangnya berbeda.

Banyak karya-karya hebat yang datang dari sudut pandang berbeda. Keunikan dan nilai dari sebuah tulisan menjadi lebih penting ketimbang menulis banyak topik tapi biasa saja atau sama saja dengan yang ada di pasaran.

“Tema cinta itu ada cowoknya dan ada ceweknya, lalu ada orang ketiga, terus berantem. Tapi kenapa sebuah novel jadi istimewa, banyak pembacanya, bagus, dan bisa best seller? Itu karena sudut pandang yang unik dari pengarangnya. Jadi tugas kamu adalah menemukan sudut pandang yang berbeda,” terang Tere Liye.


2. Isilah Kepalamu Terlebih Dahulu


Meski sebelumnya disarankan untuk menulis apa saja, tapi jangan pernah menulis apa yang kamu tidak tahu. Maka, pelajarilah terlebih dahulu topik dan seluk beluknya, baru menulis.

“Sama seperti sebuah teko, jika teko tidak ada isinya, bagaimana cangkirnya bisa penuh? Tidak bisa! Karena itulah teko harus ada isinya,” kata penulis best seller itu mencontohkan.

Bacalah banyak buku dan lakukan observasi langsung di lapangan. Misal, jika kamu ingin menulis buku traveling, pasti kamu harus mengetahui cara menggapai suatu tempat.

Tidak baik kalau tulisanmu hanya berdasarkan perkiraan dan wawancara. Lebih berharga, ketika kamu menulis sambil melakukan topik yang ingin kamu tulis. Jadi kebaruan dari tulisan tersebut tidak hilang dan lebih banyak data yang bisa dibagikan.

3. Tak Usah Lama Menulis Kalimat Pertama

Salah satu novel Tere Liye: Hujan (foto: Hipwee)
Mungkin banyak yang pusing bagaimana menuliskan kalimat pertama. Bahkan, ada yang menghabiskan berjam-jam hanya untuk paragraf awal. Namun, bagi Tere Liye, hal itu tidak perlu dipusingkan.

Jadi, tulis saja kalimat pertama dengan cepat dan tetap melanjutkannya. Langkah selanjutnya, baru revisi paragraf pertama itu jika sudah mendapatkan sudut pandang yang lebih mantap.

“Saya kalau menulis di paragraph awal itu asal-asalan saja. Nanti kalau sudah jadi beberapa paragraf panjang, baru saya hapus kalimat pertama tadi. Ini pernah saya lakukan dalam menulis novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu,” ucap Tere Liye.

4. Tak Usah Pusing Dengan Gaya Bahasa


Gaya bahasa mengikuti kebiasaan menulis. Jadi, semakin konsisten menulis, gaya bahasanya pun semakin baik.

“Soal gaya menulis itu terbentuk dengan sendirinya, kalau rajin menulis. Sedangkan kalau untuk menyelesaikan sebuah naskah novel, kalau memang mentok, bingung mau menulis apa lagi, ya, sudah tuliskan saja di bawah naskah itu TAMAT. Selesai sudah novel kamu. Novel Hapalan Sholat Delisa juga begitu. Bingung saya mau melanjutkan ceritanya ketika di halaman 50-an, ya, sudah saya ketik saja TAMAT,” ucap Tere Liye.

5. Konsisten


Ini adalah yang paling sulit untuk dilakukan oleh penulis pemula. Namun sulit tidak sama dengan mustahil. Jadi, lawanlah malasmu dan tetap menulis.

“Karena saya dulu ketika mengikuti seminar menulis, saya tanya pada penulis itu, bagaimana menjadi seorang penulis yang hebat? Jawabannya adalah latihan… latihan… dan latihan. Maka sekarang pun saya katakan lagi pada kalian, latihan… latihan… latihannn,” pesan Tere Liye yang telah membuktikan konsistensinya dengan karya-karya best seller-nya.

Baca Juga: 40 Hari Menghasilkan Satu Naskah Buku Siap Terbit [Ads]

Itulah sebagian cara untuk menulis apapun termasuk buku. Untuk tips lainnya, bacalah banyak buku. Jika kamu sudah gemar membaca, maka motivasi menulis pun akan tumbuh dengan sendirinya.

Nah, bagaimana sobat tumi? Sudah paham kan sekarang? Ditunggu ya kabar terbitan buku-bukunya!


This post first appeared on Tumi Indonesia, please read the originial post: here

Share the post

Cara Terbaik Menulis Buku adalah Mengamati

×

Subscribe to Tumi Indonesia

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×