Get Even More Visitors To Your Blog, Upgrade To A Business Listing >>

Petualangan Birahi Joni 7 - Minah Pelampiasan Birahi

Sabtu pagi Sinta sengaja datang ketempat kos Joni. Rasa rindu telah mendorong dirinya untuk menemui Joni.

“Akhir2 ini susah menemui kamu Jon” kata Sinta.

“Sori Say, aku lagi sibuk bisnis” kilah Joni, “Tapi aku selalu ingat kamu kok, cuma mungkin harus cari waktu yang pas agar kita ketemuan berdua” sambungnya

“Gak apa2 aku turut senang dengan keberhasilanmu. Kamu makin sukses sekarang, tapi awas jangan keasyikan bisnis kuliahmu yang tinggal nyususn skripsi terbengkalai” kata Sinta mengingatkan Joni. Sinta memang senang dengan keberhasilan Joni. Kini taraf hidup Joni semakin meningkat dan penampilannya juga semakin keren. Sinta jadi tambah bangga jadi pacar Joni.

“Terima kasih sayang atas dorongannya" kata Joni, “Gimana kalau ntar malam kita keluar dan makan malam bersama? Kita sudah lama tidak jalan bersama” ajak Joni.

“Ide bagus tapi mau enggak kalau makan malamnya di rumah Sinta saja. Kebetulan Papa dan Mama sedang ke Yogya ada urusan. Di rumah tidak ada siapa2. Ntar aku minta Mbak Sari untuk masak buat makan malam. Mau enggak Say?” usul Sinta.



“Aku setuju say, lagian aku juga sudah lama enggak main kerumah kamu” jawab Joni.

Malam harinya Joni langsung menuju Rumah Sinta. Orang tua Sinta dan adik Sinta lagi pergi ke Yogya ada urusan keluarga, sehingga suasana di rumah Sinta benar2 sepi. Sinta hanya ditemani sama Sari pembantunya.
Melihat suasana rumah yang sepi, Joni mulai berpikir, “Sekaranglah saatnya aku dapat menyetubuhi Sinta”. Sudah lama Joni berhasrat dapat menyetubuhi kekasihnya tersebut, namun belum ada kesempatan dan malam inilah kesempatan itu ada.

"Aku ingin malam ini menjadi milik kita berdua" kata Joni merayu, "Kamu masih mencintai aku kan say?" tanya Joni.

Sinta tersenyum dan mengangguk. Lalu Joni menggeser duduknya lebih dekat dengan Sinta. Sinta diam saja ketika lengannya dicekal Joni, wajahnya menunduk.

"Sin" Joni membelai rambut Sinta dengan mesra, "Aku sayang sekali sama kamu" lanjut Joni.

Sementara Sinta hanya diam pasrah. Dan ketika Joni mencium bibirnya, Sinta berusaha meng¬elak. Wajah Sinta merah merona, malu. Namun Joni lebih pintar. Deng¬an gerak tipunya akhirnya dia berhasil mendarat-kan bibinyar ke bibir Sinta.
Sinta tidak bisa mengelak dari sergapan Joni. Sia2 saja menghindar. Lagi pula sebenarnya Sinta juga membutuhkan kemesraan itu. Apa artinya cinta kalau tidak disertai dengan kemesraan. Maka dibalasnya ciuman Joni de¬ngan mesra pula.
Keduanya saling berpagutan. Bibir mereka saling beradu mesra penuh dengan rasa cinta.
Dan meskipun hanya ciuman, namun itu sudah mampu menggetarkan sekujur tubuh Sinta.

Namun bagi Joni yang telah terbiasa bermesaraan dengan cewek, melihat keadaan Sinta saat itu, dia tidak merbiarkan kesempatan itu berlalu begitu saja. Tangannya mulai mengge¬rayah sekujur tubuh Sinta. Sinta membiarkan tangan Joni meng-¬usap2 punggungnya. Tetapi ketika tangan Joni menelusup ke dadanya, Sinta berusaha mengelak.

"Jangan, Jon!!!!" kata Sinta sambil berusaha mencegah Joni berbuat lebih jauh, "Kita jangan terlalu jauh" lanjutnya

"Kenapa? Biar lebih mesra kan?" kata Joni.

"Sinta malu. Aku enggak mau...!!!" jawab Sinta

"Kenapa harus malu. Toh disini cuma ada ki¬ta berdua?" kata Joni

"Jangan, Jon. Sinta malu ah!" sambung Sinta

“Santai Sin, nikma¬ti saja" kata Joni. Tangannya terus me¬rayap meski Sinta berusaha mengelak. Tapi Joni terus memaksa. Dipagutnya bibir Sinta lagi. Lebih erat le¬bih mesra.
Sinta terperangah. Karena Joni terus memaksa dibiarkannya tangan Joni memegangi susunya yang montok dan masih kencang itu. Sinta merasakan suatu kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya mengalir dalam dirinya saat tangan Joni meremas kedua susunya walau masih dari balik kaosnya. Ternyata nikmat juga rasanya. Bahkan Sinta mulai merintih dengan mata terpejam menikmati elusan tangan Joni pada susunya tersebut.

“Aaaah... say...” rintih Sinta

Joni terus memacu birahi Sinta de¬ngan memberi ciuman pada lehernya yang jen¬jang dan bersih itu dikulum lembut. Bulu kuduk Sinta berdiri, Joni tahu kekasihnya mula naik birahinya. Tangan Joni lalu menelusup kedalam bawahan Sinta dan mulai menyentuh CDnya.

"Jangan!" Sinta mengelak. Ditempiskan tangan Joni.

Sadar akan hal itu Joni membatalkan niatnya. Dia menyusun stateginya kembali. Dia tersenyum, lalu mengecup bibir Sinta kembali dengan mesra. Ciuman dan pagutan bibir keduanya berlangsung lagi. Kembali Joni meremas susu Sinta.
Kembali keduanya terdiam. Hanya suara kecipak bibir keduanya yang saling beradu yang terdengar.

Untuk keduan kalinya Joni mencoba menelusupkan tangannya ke dalam bawahan Sinta bahkan lebih dari itu tangan Joni berusaha menelusup kebalik CD Sinta dengan setengah memaksa. Sinta berusaha menge¬lak. Tetapi dengan kuat Joni memaksanya. Sinta tak kuasa menahan sehingga Sinta membiar¬kan tangan Joni merayapi bukit no noknya.

"Aaaaahhh..." Sinta mendesah, "Jangan, malu ah jangan pegang2 itu. Nggak mau...!!!” tolak Sinta.

Namun Joni tak perduli. Cengkeraman¬nya semakin ketat. Dia benar2 ingin me¬runtuhkan benteng birahi kekasihnya. Akibat, kemesraan yang ber-tubi2, Sinta menjadi lupa daratan. Ciuman Joni dibalas¬nya dengan liar. Dia menjadi berani. Bahkan diapun membiarkan ketika Joni membuka kaosnya. Joni mendekap tubuh Sinta yang sete¬ngah telanjang. Kembali diciumnya bibir Sinta dengan penuh nafsu, lidahnya menggelitik rongga mulut Sinta. Sinta kembali terpera¬ngah.

“Aaaaahhh...” kembali Sinta merintih.

Joni menyentakkan CD Sinta dan melemparkannya jauh2. Ia sendiri kemudian membuka celananya sendiri. Sinta tidak tahu kalau Joni sudah tak bercelana lagi. Dan ketika jemarinya menyentuh sesuatu yang besar, panjang dan hangat, Sinta terperanjat.

"Ouw!" pekiknya sambil membuang muka melihat kon tol Joni yang besar dan pan¬jang itu.

"Tidak!!!!" kata Sinta. Wajah Sinta tampak pucat dan tegang. Bayangan perkosaan yang menimpa dirinya 3 tahun yang lalu kembali membayang. Joni beru¬saha mendekap Sinta. Disentuhkan kepala kon tolnya pada paha gadis itu. Sinta mengelak. Dia merasa ngeri melihat betapa besarnya kon tol milik Joni. Ingatannya kembali kemasa lalunya, saat peristiwa perkosaan itu terjadi.
Joni mengarahkan kon tolnya keba¬gian selangkangan Sinta yang masih terus me¬ronta.

"Jangan! Tidak mau! Jangan...!" Sinta men¬-jerit2 sambil terus meronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Joni.

Namun Joni terus berusaha hingga ujung kon tolnya benar2 menyentuh bibir no nok Sinta. Kemudian ditekan kuat2 kon tolnya agar masuk kedalam no nok Sinta. Namun terpeleset.

Dengan dorongan yang kuat, dalam sekejap Sinta berhasil melepaskan diri dan beringsut bangkit dan menyambar pakaiannya. la berdiri dengan mata nanar memandangi Joni yang masih terpukau di kursi.

"Apa yang akan kau lakukan terhadapku Jon?!" tanyanya dengan nada yang sangat marah sambil tangannya menampar pipi Joni. Joni tak menjawab. Ia tertunduk malu sambil tangannya meng-usap2 pipinya bekas tamparan Sinta. Joni sadar dirinya tak mung¬kin berbuat lebih nekat terhadap Sinta, ga¬dis yang sangat dicintainya itu.

"Bukankah kau cinta sama aku?" tanya Joni.

“Aku sangat cinta sama kamu, Jon. Maafkan Sinta. Untuk yang satu itu Sinta belum siap” kata Sinta.

"Terus sampai kapan?" tanya Joni.

"Entahlah. Sinta mohon dengan sangat kelapangan hatimu. Beri waktu Sinta untuk mempersiapkan segalanya" jawab Sinta. Dalam hatinya sebenarnya Sinta kasihan dengan kekasihnya itu. Namun trauma perkosaan itu masih terus membayangi dirinya. Sehingga tanpa sadar dirinya berusaha menolak ketika Joni hendak memasukkan kon tolnya dalam liang no noknya. Wajah Sinta sendu menatap Joni sambil menutupi tubuh bugilnya dengan pakaiannya.

"Maafkan aku Sin. Aku telah memaksamu" Sambil berkata demikian Joni memakai celananya kembali. Sintapun memakai pakaiannya kembali.

“Sinta juga minta maaf. Percayalah kalau waktunya tiba, Sinta akan menyerahkan semuanya padamu” kata Sinta sambil melendot manja dibahu Joni.

"Ah sudahlah. Aku mengerti kok" ujar Joni menenangkan dirinya yang telah dikuasai nafsu birahi yang tidak tertuntaskan. Untuk beberapa lama keduanya terdiam berdekapan mesra.

“Makan yuk, say. Ntar keburu dingin masakkannya” ajak Sinta. Kemudian berdua mereka menikmati makan malam.

Saat keduanya sedang menikmati santap malam tersebut tiba2 Joni teringat pada Mirna. Mirna adalah harapan Joni untuk menuntaskan hasrat birahinya yang tertunda tidak tersalurkan. Setelah selesai santap malam, tiba2 HP Joni berbunyi,

“Halo, eh loe Har” kata Joni. Sesaat Joni ngobrol dengan temannya di telepon. Lalu Jonipun meminta diri pada Sinta.

“Sin, aku pulang dulu ya? Sori tadi Hardi yang telepon, dia mau pinjam mobil” kata Joni berpamitan pada Sinta.

“Oke, hati2 ya, say. Sampai ketemu lagi. Sinta janji kalau tiba waktunya ntar, Sinta akan serahkan seluruhnya pada kamu” jawab Sinta sambil mencium lembut pipi Joni.

Joni memacu mobilnya ketempat yang disebutkan oleh Hardi. Begitu bertemu dengan Hardi, Joni menyerahkan kunci mobilnya pada Hardi lalu Joni menghidupkan mesin motor Hardi. Joni memacu motor menuju rumah Mirna untuk menyalurkan hasrat birahinya yang tidak terpenuhi dari Sinta. Sepanjang jalan dia mengumpat. Sementara kon tolnya mulai ngaceng membayangkan Mirna. Sesekali Joni meringis menahan rasa sakit akibat kon tolnya terus mengacung mendesak celananya.

"Sabar dong! Sialan loe. Nggak bisa diajak kompromi!" gerutu Joni sambil memukul ba¬tang kon tolnya sendiri, "Aku harus melampiaskan birahi ini," bisik hatinya sambil memacu sepeda motornya ke¬rumah Mirna. Tapi sesampainya di rumah Mirna, ternyata Mirna tidak ada di rumah.

"Kemana dia?!" tanya Joni kesal pada Minah pembantu Mirna.

"Apa Non Mirna nggak bilang sama Mas Joni?" ujar Minah dengan suara manja dan tingkah yang genit balik bertanya.

“Genit juga pembantu Mirna ini” batin Joni, “Minah manis juga. Sejak suaminya mening¬gal dia hidup terus menjanda. Bekerja pada Mirna. Sudah hampir 3 tahun. Kulit Minah hitam manis. Rambut dipotong pendek. Bersih juga tubuhnya. Boleh juga nih cewek jadi pengganti Mirna daripada nafsunya yang sudah di-ubun2 tidak tersalurkan” kata Joni dalam hatinya sambil terus memperhatikan Minah.

"Non Mirna ke Yogya. Baru pulang Senin sore atau Selasa pagi" kata Minah menjelaskan.

Joni sempat berpikir dalam hatinya, “Kok Mirna dengan orang tua Sinta sama2 ke Yogya. Ah mungkin kebetulan aja mereka sama2 ke Yogya tapi beda acara” Joni menatap Minah dengan pandangan tajam keseluruh tubuh Minah. Pandangan mata Joni se-akan2 menelanjangan tubuh Minah. Minah menunduk.

"Kenapa sih Mas Joni memandang Minah seperti itu?" tanya Minah.

"Kamu manis juga Min" puji Joni sam¬bil bangkit berdiri.

"Ah Mas Joni bisa saja" kata Minah. Wajahnya merona merah.

"Aku bukan sembarang memuji. Kamu emang ma¬nis kok. Aku jadi pingin cium bibir kamu nih" ujar Joni makin berani.

"Idih Mas Joni genit ah. Jangan begitu lho nanti Non Mirna marah" balas Minah.

"Dia kan di Yogya, mana bisa marah? Jawab Joni

"Tapi..." Minah tak melanjutkan kata2nya karena secara tiba2 Joni telah menyumbat mulutnya dengan suatu ciuman yang penuh nafsu. Minah berusaha memberontak. Namun tenaga Joni jauh lebih kuat. Dalam tempo sekejap saja tubuh Minah telah berada dalam dekapan Joni.

"Oooooh... hhhhmmm..." akhirnya Minah menyerah. Bahkan dia membalas ciuman itu dengan nafsu pula.

Tangan Joni menggerayah tubuh Mirna seperti apa yang di¬lakukannya tadi terhadap Sinta. Namun kali ini dia tidak mendapatkan sedikitpun penolakan dari Minah. Mendapat perlakuan seperti itu dari Joni, Minah yang telah 3 tahun menjanda, gelora birahinya langsung bangkit dengan hebatnya. Ia merangsak tubuh Joni membuat Joni terkesiap.

“Edan betul nafsunya. Rupanya nafsu Minah sudah lama juga tidak tersalurkan” bisik Joni dalam hati.

Saat pakaian Minah sudah terlucuti semuanya, Minah mu¬lai terkulai pasrah. Tubuh yang se-hari2nya ditutup pakaian longgar itu kini menunjukkan lekak-lekuk yang indah dengan warna kulit hitam yang bersih. Sungguh diluar dugaan Joni, ternyata tubuh Minah cukup mempesona. Dia me¬mang pembantu tetapi pandai merawat tubuhnya.
Malam ini sungguh keberuntungan bagi Joni menemukan janda Jablai macam Minah. Untuk selanjutnya Joni tidak banyak komentar. Dibukanya celananya sendiri berserta CDnya sehingga kon tolnya nampak mencuat membuat Minah terpekik.

"Edan... gede tenan kon tol Mas Joni!" kata Minah dengan logat jawanya yang medok.

"Kan makin besar makin enak Min. Bukannya cewek suka dengan kon tol yang besar?" kata Joni.

"Pantas Non Mirna ter-gila2 sama Mas Joni" sambung Minah.

"Sebentar lagi kamu jugai!" ujar Joni sam¬bil meng-usap2 jembut keriting Minah yang lebat. Herannya meski sudah diamuk nafsu birahi, no nok Minah tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan. No nok Minah hanya sedikit basah seperti no nok yang habis dicuci dengan air sehabis kencing. Ini sungguh menakjubkan.

"Aduh Minah enggak nyangka, Mas Joni mau sama Minah" ujar Minah bangga, "Kalau Minah tahu Mas Joni mau sama Minah, sudah sejak dulu Minah minta Mas Joni ngen toti Minah” kata Minah semakin berani.

Minah mencekal batang kon tol Joni sambil terus di-elus2 dengan lembut membuat kon tol Joni yang sudah tegang semakin keras.
Minah takjub melihat pemandangan yang ada dihadapannya, ia melihat kon tol Joni panjang dan besar, di genggamnya kon tol Joni dengan kedua tangannya, Minah heran dengan besarnya kon tol Joni karena masih ada sedikit yang tidak tergenggam oleh tangannya, lalu Minah mulai menjilati kepala kon tol Joni, lidahnya kadang2 bermain di liang kencingnya, sementara kedua tangannya me-remas2 lembut bagian batangnya, akibatnya tubuh Joni bergetar, lenguhannya kembali terdengar, kepalanya terdongak matanya terpejam menikmati jilatan2 lidah Minah serta remasan2 tangan Minah di kon tolnya.

“Oohh... Min, terus... enak... jilatanmu... aaaaaaahhhh...” lenguh Joni, “En tot kon tolku dengan mulutmu Min... sssssshhhhh... oooohhh...” desah Joni meminta Minah untuk mengulum kon tolnya.

Dengan senang hati Minahpun melakukan apa yang diminta oleh Joni. Mulutnya mulai me-ngulum2 kon tol Joni, mulutnya maju mundur dikon tol Joni. Sementara tangan kanannya tetap me-remas2 sebagian kon tol Joni, tangan kirinya mempermainkan biji peler Joni. Joni semakin melenguh mendapatkan perlakuan Minah ini, kedua tangannya memegang kepala Minah, dengan perlahan Joni memaju mundurkan kepala Minah mengimbangi gerakan maju mundur mulut Minah di kon tolnya.

“Oooooohh... sssshhhh... aaaaaahhh... enak betul sepongan mulutmu Min... ooooohhhhh...” Joni mendesah, “Terus Min... terus... kulum kon tolku... sssssshhhh... aaaaahhh...” Joni kembali mendesah.

Kepala Joni terdongak, mulutnya setengah terbuka dan matanya terpejam menikmati permainan mulut Minah serta kedua tangannya di kon tol dan biji pelernya, tubuhnya semakin bergetar, Minah sendiri semakin mempercepat gerakan maju mundur mulutnya. Joni tidak mau hanya puas dengan mulut Minah saja, iapun menahan gerakan kepala Minah, dan menarik tubuh Minah yang sedang berjongkok untuk berdiri, diajaknya Minah pindah ke sofa.

Joni duduk disofa dengan posisi sehingga kon tolnya yang telah ngaceng sempurna tersebut berdiri tegak. Minah tahu apa yang diinginkan oleh Joni, kemudian Minahpun mengangkang diatas tubuh Joni, tangannya segera meraih kon tol Joni, di-gesek2kannya kepala kon tol Joni ke 1t1lnya. Kemudian setelah itu Minah menyelipkan kepala kon tol Joni ke celah no noknya.

Sssllleeeppp....

Kepala kon tol Joni terselip dicelah no nok Minah, kemudian dengan perlahan Minah mulai menurunkan pantatnya, sehingga kon tol Joni yang besar tersebut perlahan mulai menerobos liang no noknya.

Blleesssss...

Minah merasakan kon tol Joni yang besar membuat sesak liang no noknya, dan ia merasakan sedikit perih pada liang no noknya akibat besarnya kon tol Joni dan juga akibat liang no noknya yang sudah lama tidak kemasukkan batang kon tol lelaki. Sementara itu Joni sendiri merasakan no nok Minah yang keset sangat sempit dan menjepit dengan erat kon tolnya. Minah mendiamkan sebentar gerakkannya.

“Edan, ini kon tol gede banget, bisa robek no nokku” celoteh Minah, "Ssssssh... ooooohhhh..." desis Minah.

Sungguh luar biasa no nok Minah yang tidak becek terasa keset sehingga semakin menambah kenikmatan bagi Joni.

"No nok kamu keset banget Min, rasanya lebih nikmat dari Mirna" puji Joni sambil memegangi pantat Minah yang sedang naik turun sehingga kon tolnya keluar masuk no nok Minah.

Minah tersenyum.

"Akan Minah beri sesuatu yang lebih nikmat" ujar Minah sambil dengan lincah memutar pan¬tatnya.

"Ssssshhhh... aaaaahhhh...!!!" Joni mengerang karena batang kon tolnya seperti dipelintir diliang no nok Minah. Goyangan Minah sungguh luar biasa. Tapi Minah menolak ketika Joni menuduh Minah sudah terbiasa melakukan hal tersebut sehingga jadi sangat mahir dengan goyangan tersebut.

"Aku biasa nampi beras di kampung Mas" kata Minah.

“O, pantas. Karean dengan menampi beras, se¬cara tidak langsung berlatih goyang pantat” kata Joni.

“Tapi kalau empotan no nokku itu bakat alam Mas. Sudah dari sononya. Setiap no nokku kemasukan batang kon tol, secara alami langsung pasti akan mengempot... Apalagi kalau aku merasakan nikmat pada no nokkku, maka empotan itu akan semakin kencang” jelas Minah.

Joni kagum dengan semua yang ada di no nok Minah. Terutama empotan no noknya yang terasa sangat luar biasa. Mirna sajasampai harus berlatih senam Kegel untuk melatih otot2 no noknya. Namun Minah secara alami dapat menggerakan otot2 no noknya tersebut.

Joni yang biasa tahan lama dalam persenggamaan, merasa kedodoran. Goyangan Minah membuat kon tolnya rasanya seperti di-remas2 sambil sekaligus di-isep2 oleh otot2 dinding didalam liang no nok Minah. Hebatnya lagi no nok Minah sama sekali tidak becek, masih terasa keset, se-olah2 Minah sama sekali tak terangsang oleh permainan ini. Padahal Joni yakin se-yakin2nya bahwa Minah juga sangat bernafsu, karena Joni lihat dari wajahnya yang memerah, serta pentil susu dan 1t1lnya yang mengeras seperti batu itu. Sungguh luar biasa, lebih2 ketika Minah menekan kuat pantatnya kebawah dan kemudian menggoyangnya, Trak! Terdengar bunyi berderak pada pangkal kon tol Joni akibat goyangan pantat Minah. Namun seketika itu juga, batang kon tol Joni merasakan pijitan dan remasan didalam liang no nok Minah.

Kon tol Joni serasa di-urut2. Sehingga nikmatnya bukan main. Dan kenyataannya kurang dari 10 menit Joni yang sejak tadi birahinya sudah tinggi tidak mampu lagi memper¬tahankan puncak kenikmatannya. Dia menjerit panjang disertai tekanan hebat.

“Oooooohhhhh... Miiinn... aaakkkuuuu mau kelluaaaarrr... ssssshhhhh... aaaahhhhhh... no nok kamu enaaakkk sekaaalliiiii... ssssshhhhh... ooooooohhhh... Miiiin... aku gak taaahhaaannn laagi... ssssshhhh... aaaaaaaaahhhh... aku keluaaaaaaar...!!!” Jonipun mengerang merasakan puncak orgasmenya, kepala kon tolnya menyemburkan pejunya.

Croott... crooottt... crooootttt... pejunya yang kental muncrat membasahi no nok Minah. Nikmatnya luar biasa.

Sementara itu ketika kon tol Joni amblas seluruhnya ditelan liang no nok Minah hingga menyentuh dinding rahimnya, Minahpun merasakan nikmat dan berada diambang orgasmenya.

“Ooooooh... Maaaaaaas... nikmat... enaaaaak... aku gak tahan lagi, ssssshhhh... ooooohhhh... Maaaasss... Minah juga keluaaaaar...!!!” Minah mengerang panjang saat orgasmenya berhasil ia rengkuh. Minahpun memeluk Joni kuat2,

Seerr... seerrr... seeerrr... seeeerrrrr... no noknya menyemburkan cairan orgasmenya, membasahi kon tol Joni dan memenuhi liang no noknya. Tubuh Minah bergetar dengan hebat, pantatnya me-ngejut2. Kini tubuhnya ambruk merapat ke tubuh Joni, no noknya ber-kedut2. Mulutnya tersungging senyum kepuasan.

“Mas, kon tolmu gede banget, no nok Mirna perih gara2 kon tolmu ini, Edan enak banget rasanya no nok Minah penuh terisi kon tol Mas” kata Minah dengan nafas yang masih ter-sengal2 akibat gelombang orgasmenya.

“No nokmu juga enak Min, sempit sekali dan keset, jepitannya ketat” balas Joni. Birahinya yang tadi tidak tersalurkan dengan Sinta, kini terlampiaskan¬ melalui no nok Minah. Setelah beristirahat sejenak dari gelombang orgasme masing2. Minah mencabut kon tol Joni dari no noknya. Kemudian dia menuju ke dapur untuk membuatkan minuman bagi Joni.

Merasakan enaknya no nok Minah, malam itu Joni memutuskan untuk tidak pulang ke tempat kos. Dia akan tidur dirumah Mirna meskipun Mirna sendiri sedang ke luar kota. Tentu saja Joni betah tinggal di situ karena ada Mi¬nah yang punya sesuatu yang lebih enak dari punya Mirna yang membuat dia ketagihan. Kemudian dia pindah ke kamar tidur tamu. Tadinya dia akan memakai kamar tidur Mirna, tapi rasanya tidak enak jika memakai tempat tidur Mirna untuk ngen toti perempuan lain. Makanya dia memilih untuk tidur di kamar tidur tamu saja. Sambil menunggu Minah membuatkan minuman buatnya, dia tidur2an di tempat tidur. Namun karena kondisi badannya yang capek, belum sempat menikmati minuman yang dibuat oleh Minah Jonipun ketiduran.

Tengah malam Joni terbangun. Tubuh Mi¬nah yang masih telanjang bulat telentang disampingnya, matanya terpejam karena kelelahan akibat didera kenikmatan puncak birahinya. Melihat pemandangan disampingnya, nafsu Joni bangkit kembali. Per-lahan2 Joni duduk disamping Minah. Dengan penuh nafsu kedua tangannya mulai me-remas2 kedua susu Minah. Sambil di-remas2, kedua susu tersebut mulai dijilati mulut Joni dan pentilnya dia isep2. Minahpun terbangun dari tidurnya akibat aksi Joni dikedua susunya tersebut.

Melihat Minah bangun, Jonipun semakin meningkatkan aksinya. Kini sambil tangan yang satu me-remas2 susu Minah, tangan Joni lainnya mulai meng-elus2 no nok Minah. Saat tangannya mulai menyentuh no nok Minah, dia merasakan no nok Minah agak lembab, nampaknya Minah terangsang karena ulahnya. Kemudian Joni mulai memasukkan jari tengahnya kedalam liang no nok Minah yang lembab itu, dengan gerakan per-lahan2 dikeluar masukkan jarinya itu dino nok Minah yang keset itu. Seluruh aksinya itu membuat Minah mulai mendesah keenakan.

“Ooooohh... sshhhhh... aaaahhhh...” desah Minah.

Setelah rangsangan di no nok Minah, Joni rasa cukup, Joni mengeluarkan jari tangannya dari liang no nok Minah. Ia mengangkangkan kedua kaki Minah dan mengarahkan kon tolnya keno nok Minah, dengan per-lahan2 Joni mulai melesakkan kon tolnya keliang no nok Minah, Joni tidak mau ter-buru2 memasukkan kon tolnya dia pingin merasakan nikmatnya saat kon tolnya memasuki liang no nok Minah. Per-lahan2 batang kon tol Joni mulai masuk kedalam liang no nok Minah, ia merasakan no nok Minah keset dan masih sempit, sempit karena memang no nok Minah sudah 3 tahun tidak kemasukan kon tol laki2 dan sekalinya kemasukkan kon tol laki2, langsung kon tol yang sangat besar miliknya sehingga pantas kalau no nok Minah terasa masih sempit. Kon tol besarnyalah yang petama kali memasuki no nok Minah setelah 3 tahun puasa. Sedikit demi sedikit kon tol Joni mulai terbenam diliang no nok Minah, dengan gerakan perlahan Joni mulai menurunkan tubuhnya sehingga posisinya mulai menindih tubuh Minah dan kedua tangannya mulai diselipkan ketubuh Minah.

Sambil memeluk tubuh Minah dengan cukup erat dan bibirnya mengulum bibir Minah, tiba2 Joni membenamkan kon tolnya dalam2 kedalam liang no nok Minah, membuat Minah tersentak. Minahpun memeluk Joni, namun Minah tidak dapat berbicara karena mulutnya sedang dilumat oleh Joni. Minah merasakan bukan hanya mulutnya saja yand sedang dilumat tapi no noknya pun sedang disumpal oleh kon tol Joni yang gede itu. Minah mulai merasakan Joni menggerakkan kon tolnya diliang no noknya.

Bless... sleep... bleess... sleppp... bleess... sleeeppp...

Mata Minah mulai merem melek menikmati sodokan2 kon tol Joni yang gede itu. Melihat Minah mulai menikmati en totannya Joni melepaskan lumatan dibibir Minah.
Minah tersenyum.

“Masih mau lagi to Mas?” tanya Minah.

“Aku ketagihan no nokmu, Min. No nokmu enak banget” jawab Joni dan mulai menjilati leher dan telinga Minah, aksinya ini semakin membuat desahan2 Minah semakin menjadi.

“Ouuhhh... ssshhhhh... aaahhhhh... Maaaaass... kon tooolllmuuuu... gede banget... terasa eenaakk banget di no nok Minaaah... sshhhh... aaahhhh...” Minah mendesah merasakan nikmatnya en totan Joni.

“Hmmhhhh... slrruuuppp... hmmmm... no nokmu seeempiiiit... sssshhhh... oohhhh Miiiin... eenaaakkk bangeeeet... ssluuurrpppp... sllluuurrpppp... sssssshhhhhh... oooohhhh...” Joni melenguh keenakan merasakan no nok Minah yang sempit itu sambil tetap meng-isep2 susu Minah.

“Oooohhh... Maaaaass...” desah Minah. Ia mulai membuka selangkangannya lebih lebar. Namun Joni segera melarang dan meminta agar Minah tetap pada posisi semula bahkan agar sempitnya no nok Minah lebih terasa, kini Joni mengangkat kedua kaki Minah dan diletakkan di pundaknya. Dengan posisi tersebut tampak bibir no nok Minah monyong saat Joni menarik kon tolnya. Dan saat Joni menekan kon tolnya terlihat bibir no nok Minah ikut terdorong masuk. Posisi tersebut membuat jepitan no nok Minah semakin erat dan gesekan kon tol gede Joni pada liang no nok Minahpun semakin terasa oleh Minah.

"Ssssssshhhh... aaaaahh..." Minah mendesah dan menggeliat. Genjotan Joni membuat getaran nikmat pada rahimnya.

"Maaas... Apakah setiap laki2 menghendaki liang no nok yang sempit?" tanya Minah.

"Mana aku tahu" jawab Joni, "Yang je¬las no nokmu bikin aku ketagihan" kata Joni.

Minah nyekikik kecil. Kakinya meng¬-hentak2 membuat gerakan aneh. Akibatnya kon tol Joni terasa seperti di-geleng2 didalam liang no nok Minah.

“Aaaaaahhh... Miiiiin... eennnaaaaakkk bangeeeeet kon tolku... sssssshhhh... oooohhh... nikmaaaatt” erang Joni. Minah terus memutar dan menggoyang pantatnya mengimbangi sodokan kon tol Joni.

"Hmmmm... Mas kuat sekali... Oooohhh Maaaas... terus enjot yang kuat Maaaas... puaskaannn Minaaahh... ssssshhhh... aaaahhhh...” puji Minah sambil terus melenguh keenakan.

Joni tersenyum sambil mempercepat enjotan kon tolnya dengan kuat. la sudah tak tahan lagi, tak peduli apakah Minah sudah akan mencapai orgasmenya atau belum, ia ingin segera menuntaskan hasrat birahinya yang menggebu. Namun justru sebaliknya Minah yang akan mencapai orgasmenya duluan.

“Aduuuuhh... terus Maaaaasss... Enaak Maaaass... sssssshhhh... oooohhhh... teruuss Maaaaasss... aaaaahhh... lebihh cepaat Maaaaasss...” Mirna terus mengerang dan merintih.

Joni semakin mempercepat keluar masuk kon tolnya diliang no nok Minah. Irama sodokan kon tol Joni diliang no nok Minah semakin tidak teratur dan tak lama kemudian.

“Oooooohhh Maaaaass... Aku keluaaaaaarr Maaaaass... ssssshhhhh... aaaaaaaahhhh...” erang Minah.

Seerr... seerrr... seeerrr... seeeerrrrr... no noknya kembali menyemburkan cairan orgasmenya, menyiram hangat kon tol Joni. Mata Minah membelalak. Tubuhnya meregang dan kelojotan didera kenikmatan orgasmenya. Tangannya memeluk erat tubuh Joni. Joni merasakan saat Minah orgasme itu, no nok Minah seperti mencengkeram erat kon tol Joni dan me-mijat2. Jonipun menghentikan enjotannya sejenak.

Karena Joni ingin segera mendapatkan puncak kenikmatannya, maka Joni mulai mencip¬takan rangsangan2 lain guna menaikkan birahinya setinggi mungkin agar pejunya cepat muncrat. Dia cabut batang kon tolnya lalu meminta Minah untuk menyepongi kon tolnya.

Minah mendekatkan wajahnya ke kon tol Joni, lalu dengan sigap pula Minah menggenggam kon tol Joni dan kemudian mengulumnya. Joni lihat bibir Minah yang tebal itu sampai membentuk huruf O karena kon tolnya yang gede itu hampir seluruhnya memadati bibir mungil Minah. Minah sepertinya sengaja memamerkan kehebatan sepongannya, karena sambil mengulum kon tol Joni ia berkali kali melirik kearah Joni. Joni hanya dapat menyeringai keenakan dengan sepongan Minah tersebut.

“Edan!!! Enak banget Min seponganmu... Kayaknya kamu sudah terbiasa nyepong ya?” selidik Joni.

“Enak aja... hmmm... sluurrpp...” protes Minah sambil mencubit pinggang Joni.

“Minah sering lihat di film BF punya Non Mirna saat Minah lagi dirumah sendiri. Sluuurrpp... hhhmmmhhh... sluuurrpp... hhhmmmm...” jelas Minah lalu melanjutankan me-ngulum2 kon tol Joni.

“Oohh... Miiiin, teruuuus... enak jilatanmu... en tot kon tolku dengan mulutmu Miiiiiin... ssssshhhhh... oooohhh...” desah Joni meminta Minah terus mengulum kon tolnya.

Kemudian Minah lebih merentangkan kedua kaki Joni dan mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling kon tol Joni, mulai dari biji pelernya, terus naik keatas sampai ke liang kencingnya semuanya Minah jilati, bahkan Minah dengan telaten menjilati liang dubur Joni yang membuat Joni benar2 blingsatan. Birahi Joni terus naik merambat ke tingkat tertinggi. Joni hanya dapat me-remas2 susu Minah serta me-rojok2 no nok Minah dengan jarinya. Joni sudah tak tahan dengan kelihaian Minah tersebut, Joni menyuruh Minah berhenti tetapi Minah tak memperdulikannya malahan mulutnya yang hangat itu makin lincah mengeluar masukkan kon tol Joni dan tangannya meng-urut2 lembut biji pelernya. Joni merasa puncak kenikmatannya sebentar lagi akan meledak.

“Aduuuuhhh Miiiin... udah Miiiin, aku gak mau ngecret dimulutmu, aku pingin ngecret di no nokmu...” kata Joni minta agar Minah berhenti sambil menarik kepala Minah menjauh dari kon tolnya.

Joni tak tahan lagi. Dengan cepat Joni memasukkan kembali batang kon tolnya kedalam liang no nok Minah. Dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk no nok Minah dengan penuh nafsu. Begitu bernafsunya sehingga tempat tidur itu goyah bagai diguncang gempa bumi.

“Mas ganas banget... Aaauuuggghhh... pelan Maaaas, bisa robek no nok Minah... kon tolmu gede banget...” jerit Minah saat liang no noknya diterobos dengan kuat oleh kon tol Joni.

Minah mengimbangi permainan Joni. Dia juga mengharapkan memperoleh orgasmenya kembali. Minah memutar dan menggoyang pantatnya pelan2 sambil menekan pantat Joni sehingga kon tol Joni amblas dalam sekali di liang no noknya. Joni merasakan ujung kon tolnya menyentuh dinding empuk yang rupanya leher rahim Minah. Setiap kali Minah memutar dan menggoyang pantatnya, Joni menggelinjang menahan rasa nikmat yang sangat luar biasa diujung kon tolnya. Kon tol Joni rasanya seperti diremas dan diisep oleh dinding2 liang no nok Minah.

"Aaaaah... bukan main enaknya!!! ssssshhhh... oooooohhh... empotan no nokmuuu enaaakkk banget... ssssshhhhh... oouughhh... kon tolku teeraasaaa disedooot seeedooot... nikmaaat banget Miiiin... sssshhhhhh... aaaaaahhhhh...“ Jonipun melenguh keenakan merasakan empotan dinding2 liang no nok Minah dibatang kon tolnya.

Joni men-dengus2. Birahinya meng¬gelegak. Dengan ganas disodoknya liang no nok Minah. Perlakuan Joni tersebut semakin menambah kenikmatan bagi Minah.

“Ouughhh... Maaass... teeruusss ssooddokkk no nok Minah dengaaannn kkon ttol gedemu ituuu... ssssshhhhhh.... aaaggghhhh... teekaaaaan lebih daaaaalllaamm Maaass... ssssshhhhh... oooooohhhh...” Minah mengerang kenikmatan menikmati sodokan kon tol Joni di liang no noknya.

Hingga akhirnya Minah harus mengakui ke¬kuatan Joni. Joni mampu bertahan le¬bih lama dibandingkan dengan dirinya. Padahal tadi kon tol Joni sudah akan ngecret dimulutnya. Namun justru begitu kon tol Joni menyodok liang no noknya, dialah yang mencapai orgasme lebih dulu.

“Ooooohhh... Maaaaasss... aaaakkkkuuu... kkeeelluuarrr lagiiiiiiiii... sssssshhhhh... aaaaaahhhh!!!!” Minah mengerang tubuhnya melenting dan mengejang kuat.

Sssseeerrr... ssseeerrr... ssseerrrr... cairan orgasmenya yang hangat muncrat dari dalam no noknya meng¬guyur kon tol Joni.

"Ooooohhh Maaaasss... Akku kallllah... ssssshhhh... nikmat banget... ssssshhhhh... ooooohhhhh..." rintih Minah kenikmatan.

Setelah memberi kesempatan bagi Minah untuk menikmati orgasmenya lagi, Joni kembali memompa kon tolnya keluar masuk liang no nok Minah yang lebih licin dan basah akibat cairan orgasmenya, sehingga kon tol Joni lebih lancar keluar masuk diliang no nok Minah.

Cplek... cplek... cplek... suara yang dihasilkan dari tumbukan kon tol Joni dan no nok basah Minah.

“Mas cabut dulu, biar Minah lap dulu no noknya...” usul Minah. Joni menolak ketika Minah mengusulkan agar no noknya dibersihkan dulu.

"Enggak usah Min. Biar saja" ujar Joni.

"Bunyi Mas... malu!!!” ujar Minah

"Biarin... bikin aku tambah nafsu..." ujar Joni sam¬bil terus me-mutar2kan batang kon tolnya.

Setelah sekian lama Joni berusaha barulah ia merasakan tanda2 kon tolnya akan menyemprotkan pejunya. Joni minta agar Minah lebih merapatkan kedua pahanya untuk mempersempit liang no noknya. Minah melakukan apa yang diminta Joni. Be¬nar saja dalam tempo yang tidak lama Jonipun mengejang kuat.

“Ooohhh... Miiiin... Aku Kelluluaaaar... sssssshhhhh... aaahhhhh!!!!” teriak Joni sambil menghujamkan kon tolnya dalam2 di no nok Minah.

Crooott.... Crootttt..... Crootttt...... peju Joni muncrat disertai kenikmatan yang luar bi¬asa. Tubuhnya menggelosoh lemas.

Minah tersenyum memandang Joni yang perkasa. Dia sadar setelah majikannya datang dari luar kota ia takkan memiliki kesem¬patan itu lagi. Tiba2 senyum Minah terhenti jika mengingat semua itu. Malam ini dia bisa begitu bahagia mereguk kenikmatan demi kenikmatan bersama Joni yang tidak lain adalah milik majikannya, tapi besok? Mata yang bagus itu tiba2 me¬merah. Joni kaget melihat perubahan itu.

"Ada apa Min?" tanya Joni.

"Minah sedih Mas. Besok setelah Non Mirna datang, belum tentu aku bisa menikmati semua ini. Mas bukan milikku. Dan aku pasti harus menanggung derita karena ketagihan kon tol Mas" jawab Minah

“O itu. Kenapa mesti sedih semua bisa diatur. Aku siap kok memberimu ke¬nikmatan kapan saja. Lagian aku juga ketagihan sama legitnya no nok kamu" jelas Joni.

"Benar Mas?" tanya Minah lagi.

"Tinggal atur aja, asal ada kesempatan" kata Joni.

"Makasih Mas... kamu baik banget" ucap Minah sambil mengecup lembut bibir Joni.

Keduanya kemudian tertidur dalam keadaan telanjang dan berpelukan. Mereka berdua tidur dengan lelapnya setelah melakukan pergumulan yang melelahkan namun penuh dengan kenikmatan tersebut.

Minggu pagi2 sekali Minah sudah bangun dari tidurnya. Ia tidak melupakan tugas utamanya sebagai seorang pembantu rumah tangga meski¬pun semalam ia merasa dirinya bagai seorang ratu di atas tempat tidur. Setelah semuanya beres, Minah langsung ke kamar mandi mem-bersihkan diri.

Air segar mengguyur sekujur tubuhnya. Ke¬letihan semalam sirna seketika. la ter-senyum2 sendiri sambil menggosoki tubuhnya de¬ngan sabun.

"Ouw!!!" Minah no nokik kaget ketika melihat Joni muncul dengan tiba2. Secara reflek Minah menangkupkan kedua tangannya untuk menutupi no noknya, "Ih Mas Joni!!! Keluar ah, Minah Malu!!!!" pekiknya.

"Malu bagaimana? Bukannya semalam kita sudah saling melihat tubuh telanjang kita" kata Joni sambil membuka pakaiannya sen¬diri.

"Mas mau apa?" tanya Minah.

Tanpa banyak bicara Joni langsung men¬dekap tubuh Minah yang penuh busa sabun. Didesakkannya ke sudut hingga wanita itu terduduk di kloset duduk yang tertutup. Pada saat itulah Joni langsung jongkok dan membuka selangkangan Minah hingga bibir no noknya terkuak.

"Edan kamu Mas..." kata Minah sambil mencipratkan busa dari tangannya.

Joni tertawa. Matanya menatap nanar ke arah no nok Minah yang ditumbuhi jembut keriting yang lebat disekitarnya, sorot matanya penuh nafsu birahi. Joni pun mulai menyibak jembut Minah yang menutupi celah no noknya, lalu jari Joni membuka bibir no nok Minah secara perlahan sehingga celah no noknya semakin terbuka lebar. Kemudian tanpa menunggu lebih lama lagi, Jonipun mulai menjilati no nok Minah dari bawah ke atas sambil sesekali ia cucukan ujung lidahnya kedalam liang no nok Minah.

“Ooohhh Maaass... sssssshhhh... enak banget Maaaaaas... ssssshhhh... aaaaahhhh...” desah Minah.

Jilatan lidah Joni melalui merambat ke ujung atas no nok Minah dimana 1t1lnya berada. Begitu sampai pada 1t1l Minah tersebut, dengan penuh nafsu 1t1l tersebut ia jilat2 dengan lidahnya dan ia kenyot2 dalam mulutnya. Kontan membuat Minah semakin mendesah keenakan.

“Aduuuuhhhh... iya itu... jilat terus 1t1l Minah... sssssshhhhh... nikmat Maaaas... ooooooohhh...” desah Minah makin menjadi saat Joni mulai mengerjai 1t1lnya, “Aaaaaahhhh... Maaaaas... sudah Maaaas... sekarang puasin Minah dengan kon tol gedemu Mas... ssssshhhhh... oooohhhh...” pinta Minah sambil menarik kepala Joni menjauhi no noknya.

Jonipun berdiri tangan kirinya mulai mengarahkan batang kon tolnya menuju ke liang no nok Minah. Di-gesek2kannya kepala kon tolnya yang besar itu dicelah no nok Minah. Minah hanya dapat mendesah merasakan pergesekan antar kepala kon tol Joni dengan celah no noknya dan terkadang mengenai 1t1lnya.

“Maaaass... buruan masukin Maaaas... Minah udah nggak tahan” rengek Minah. Tangannya mengambil alih tangan Joni, Minah meraih batang kon tol yang besar dan panjang itu kemudian diselipkan dicelah no noknya. Kemudian secara tiba2 Joni menghujamkan kon tolnya kedalam liang no nok Minah.

"Aow!!!" Minah no nokik kaget. Dia merasa agak ngilu karena tiba2 kon tol Joni yang keras itu menusuk no noknya. Namun rasa ngilu itu sekejap saja segera berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa.

Dua kaki Minah terangkat naik dan me¬lipat pada pinggang Joni. Sementara Joni te¬lah berhasil menghujamkan separuh dari batang kon tolnya. Ditekan lagi batang kon tolnya hingga amblas sepenuh¬nya di dalam no nok Minah.

"Adduh Mas... sakit. Nggak mau begini ah punggungku sakit" kata Minah sambil melepaskan lipatan kakinya. Minah merasa tidak nyaman saat Joni mengen toti dirinya dengan posisinya tersebut.

Minah kemudian berdiri. Joni menggenggam kon tolnya dan dengan perlahan mengarahkannya ke¬liang no nok Minah. Sesaat ia men-cari2 liang no nok Minah dengan ujung kon tolnya.

"Ya, itu pas Mas. Tekkkkaaaan... ssssshhhh...” Minah merintih dan men-desis2 ketika kepala kon tol Joni membelah celah no noknya dan batang kon tolnya mulai menyelinap masuk liang no noknya.

Minah agak mengangkangkan kedua kaki¬nya hingga tubuhnya setengah mendongkak sambil memegangi bahu Joni. Joni tetap berdiri tegak sementara ta¬ngannya mencengkeram pantat Minah. Diangkatnya sedikit pantat Minah agar posisi kon tolnya pas betul dengan liang no nok Minah.

Saat kon tol Joni telah memasuki liang no nok Minah, Minahpun lalu menggelayut pada leher Joni. Tu¬buhnya yang tidak seberapa besar dapat deng¬an mudah diangkat oleh Joni. Bersamaan dengan itu kedua belah kaki Minah melingkar dipinggang Joni sehingga persetubuhan mereka menjadi makin mantap. Kedua kelamin mereka sa¬ling beradu dengan ketat.

Joni berjalan. Dan sungguh tak disang¬ka ia merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa. Batang kon tolnya secara otomatis keluar masuk seiring langkah kakinya. Namun nikmatnya luar biasa. Nikmatnya dirasakan sampai ke-ubun2nya. Joni berjalan mengitari ruangan kamar mandi yang tidak begitu luas. Lagi2 sentuh¬an nikmat itu terasa seiring dengan setiap langkah kakinya.

“Ooohhh... sssshhhh... ooooooohhh... ssshhhh... aaaaahhhh...” Joni mendesah kenikmatan, matanya merem melek meresapi kenikmatan akibat gerakan kon tolnya di dalam no nok Minah saat dia berjalan.

Demikian juga Minah. Dia me-rintih2 merasakan nikmat yang sama. Bibirnya men-de¬sah2. Ini ngen tot cara baru buat mereka. Bersetubuh dengan cara demikian ternyata lebih nikmat dari cara apapun. Mungkin Joni yang tidak nyaman karena harus menang¬gung beban tubuh Minah. Namun semua itu tak sebanding dengan kenikmat yang dia rasakan.

"Sssssshhhh... aaaaahhhh... Maaaaaasss... oooooooh... sssshhhh...” Minah merintih. Tubuhnya bergoyang, "Oh, nikmat banget Maaaas... oooooohhhh... sssshhhh...” kembali Minah mengerang merasakan kenikmatan.

“Sssssshhhhh... aaaaahhhhh... Miiiiiiinnn... ssssshhhhh... aaaaahhhhh...” erang Joni menikmati persetubuhan tersebut. Nafasnya ter¬-engah2. Menggendong tubuh Minah lama2 membuat Joni capek juga. Kemudian ia meme¬rintahkan Minah agar menurunkan kakinya dan berdiri disudut kamar mandi. Ketika Joni hendak mencabut kon tolnya Minah memprotesnya.

"Jangan dicabut Mas kon tolnya!" protes Minah. Sambil mendekap tubuh Joni ia berjalan mundur menuju bibir bak mandi. Tem¬pat itulah yang dimaksud Joni dan disitulah Joni mulai mengen tot Minah kembali.

Dengkul Joni memaksa menguakkan selangkangan Minah. Kon tolnya yang besar menelusur dalam liang no nok Minah, keluar masuk dengan lincahnya. Minah me-rintih2 lagi. Sesekali ia menggelinjang ke¬tika Joni menekan dengan keras kon tolnya.

“Aow... ssssshhhh... aaaahhhhhh... eeeddaaann... nikmat banget Maaaass... ssssshhhh... ooooohhhh... Mas betul2 hebattttt... ssssssshhh... aaaaahhh...” Minah mengerang.

Mereka masih saja memacu persetubuhan itu. Belum ada tanda2 keduanya meraih orgasme masing2. Kon tol Joni bagaikan kon tol kuda yang tak pernah lelah. Kepala kon tolnya yang besar itu terus menggelitik bagian terdalam diliang no nok Minah.

"Sssssshhhhh... ooooooooh..." desah Minah sambil mencengkeram bahu Joni. Giginya mengatup rapat.

Gerakan keluar masuk kon tol Joni makin gencar. Rintih¬an Minah sering terdengar. Dia terus menggoyangkan pantatnya seiring dengan enjotan kon tol Joni. Akibat goyangan itu Joni mera¬sa dibuai kenikmatan dan makin mempercepat keluar masuknya batang kon tolnya. Minahpun mempercepat goyangannya. Ia sudah tak sabar ingin mendapatkan orgasmenya yang sudah di-nanti2i.

"Tekan lebih dalam Maaaaas, sodok yang keras dan putar di dalam!!!" pinta Minah. Joni mehentakkan pantatnya dengan kuat dan menyodokkan kon tolnya kuat2 sehingga seluruh batang kon tolnya terbenam di no nok Minah lalu dia putar2 kon tolnya tersebut didalam liang no nok Minah.

"Nah begitu... ya begitttu... sssshhhh... oooohhhh enaaak bangeeeet... Aduuuuuh... Maaaasss... kon tolmu nikmat banget... sssssshhhhh... aaaaaahhhh..." rintih Minah.

“Terus Miiiiin... goyang terus... sssshhhh... ooooohhh... kamu memang hebat Min... sssshhhh.... hhhmmm... Gila no nok kamu sempit dan ber-kedut2 terus, kon tolku kaya di-pijat2...Miiiinn... aaaaahhhh...!!!” teriak Joni yang sedang keenakan merasakan jepitan dan empotan no nok Minah, "Aduuuuuuh nikmatnya ngeeen ttootti kamu... sssshhhh.... ooohh...” Joni mengerang merasakan nikmat pada kon tolnya.

Kembali keduanya saling memacu. Kemudian no nok Minah terasa hangat. Itu dapat dirasakan oleh kon tol Joni. Tidak lama kemudian sekujur tubuh Minah meregang. Joni tahu Minah akan mendapatkan orgasmenya. Iapun memacu kon tolnya keluar masuk no nok Minah semakin cepat dan tidak beraturan. Minah mengerang hebat.

“Ssssshhhhh... oooooooohhhh... aaaakkuuu... keluuaaarr... sssshhhh... ooooohhh nikmat...!!!” Minah mengerang menikmati puncak kenikmatannya. Dengan ejangan kuat Minah meregang. Dekapannya kian erat pada tubuh Joni.

Sseerrrrr... ssseeerrrr... ssseeeerrrr... ssseeeeerrrr... no nok Minah menyemburkan cairan orgasmenya dan membasahi batang kon tol Joni yang masih gencar meng-aduk2 no noknya.

“Ssssssshhhh... aaaaaahhhh... en totan Mas betul2 enaaaakk... ssssshhhh... aaaahhhh...” Minah masih terus mengerang merasakan kenikmatan orgasmenya dan rojokan batang kon tol Joni yang masih terus menyodok liang no noknya. Disaat no nok Minah menyemburkan cairan orgasmenya, kali ini Joni tidak menghentikan sodokan kon tolnya tapi malah menambah cepat keluar masuk kon tolnya hingga tubuh Minah berguncang hebat,

Bleeesss... ssrrrtttt... bleeesss... sssrrrtttt... kon tol Joni dengan gencarnya terus keluar masuk no nok Minah.

“Ooohhh.... Miiiiiinnn aakuu jugaa keluaaaaarrr... ssssshhhhh... ooohhh!!!!!” erang Joni yang menikmati kon tolnya menyemburkan pejunya didalam liang no nok Minah.

Croottt... ccrooott... crooooottt... peju Joni menyembur keluar dengan kuat menghantam dinding rahim Minah.

Joni membenamkan batang kon tolnya dalam2 diliang no nok Minah. Minah merasakan peju Joni yang hangat menyirami dinding rahimnya. Kini mereka telah berhasil merengkuh puncak kenikmatan masing2.

Setelah badai nafsu birahinya mereda dan setelah puas merasakan jepitan no nok Minah, Jonipun mencabut kon tolnya dari cengkraman liang no nok Minah dan melepaskan pelukkannya.

“Mas hebat. Mas benar2 perkasa. Kon tol Mas lama lemesnya sekali ngaceng bisa bikin Minah orgasme lebih dari sekali. Minah betul2 puas, Mas. Kapan2 Minah mau dien tot lagi ah sama Mas” kata Minah lalu tersenyum penuh kepuasan.

Hari telah menjelang siang, mereka berdua kemudian membersihkan diri masing2 dan berpakaian kembali. Minah menyiapkan makan siang buat Joni. Dan setelah menyantap makan siang, Joni tertidur dengan nyenyak. Badannya baru terasa capek setelah semalaman dan pagi tadi ngen tot dengan Minah habis2an.

Malam harinya Joni menginap lagi di rumah Mirna. Dia ingin puas2in nafsunya untuk menyetubuhi Minah. Dia ingin menikmati legitnya no nok Minah se-puas2nya. Mumpung ada kesempatan, disaat Mirna sedang keluar kota. Kembali malam itu mereka berdua berpacu dalam birahi saling berlomba mencapai kenikmatan surga dunia.


This post first appeared on Kisah 17Thn | Cerita Dewasa Khusus 18 Tahun Keatas, please read the originial post: here

Share the post

Petualangan Birahi Joni 7 - Minah Pelampiasan Birahi

×

Subscribe to Kisah 17thn | Cerita Dewasa Khusus 18 Tahun Keatas

Get updates delivered right to your inbox!

Thank you for your subscription

×